Dakwahpos.com, Bandung –Ilman Ardiansyah sering di sapa Ilman ia lahir tahun 2002 di Indramayu dari pasangan Bapak Sohib Susanto dan Ibu Damiah. Ayah nya lulusan SD bekerja sebagai Petani sedangkan Ibu nya lulusan SD bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Memiliki orang tua yang mempunyai latar belakang yang kurang baik dalam sisi pendidikan, namun itu bukanlah suatu hambatan untuk dirinya untuk berprestasi. Dan untuk menggapai prestasi tersebut tidak lah mudah dan membutuhkan proses yang panjang dan waktu yang lama, karena itulah ia sejak kecil sudah memulai petualangannya dalam mencari ilmu.
"Sejak SD tuh saya udah mulai pesantren dan jauh dari orang tua, hal itu bukanlah suatu hal yang mudah bagi saya karena usia tersebut merupakan usia yang semestinya menikmati kasih sayang orang tua dan menikmati masa kecil dengan bermain, tapi saya berbeda dari anak SD yang semestinya ,waktu yang seharusnya digunakan untuk bermain-main namun saya gunakan untuk belajar," tegasnya.
Kurang lebih 10 tahun ia mengabdikan dalam dunia pesantren. Dan dalam dunia pesantren itu lah ia mulai mengepakkan sayapnya dalam dunia dakwah dengan mengikuti segala lomba yang di selenggarakan oleh pihak internal pondok maupun eksternal.
"Sejak kecil tuh saya suka banget ikut-ikut lomba yang diadakan oleh pihak pesantren maupun pihak luar, awalnya si coba-coba tapi ketika dapat juara, saya tuh merasakan rasa yang berbeda, yang mana rasa tersebut belum pernah dirasakan sebelumnya yang membuat ingin ikut lomba terus menerus, ya walaupun setiap ikut lomba nggak selalu menang terus," ungkapnya dalam obrolan santai.
Dari pengalaman-pengalaman tersebutlah ia mampu bersaing dalam ajang Pemilihan Duta Santri Nasional yang diikuti oleh 6.431 peserta dari 37 provinsi. Dan ia mampu lolos dalam tahap grand final yang selenggarakan di Auditorium Universitas Nahdatul Ulama Surabaya yang diikuti oleh 48 dari 6.431 peserta. Tidak hanya itu saja, ia juga mampu mencapai rangking 10 besar dalam perlombaan tersebut.
Reporter : M. Khoirul Hidayat KPI 3B
"Sejak SD tuh saya udah mulai pesantren dan jauh dari orang tua, hal itu bukanlah suatu hal yang mudah bagi saya karena usia tersebut merupakan usia yang semestinya menikmati kasih sayang orang tua dan menikmati masa kecil dengan bermain, tapi saya berbeda dari anak SD yang semestinya ,waktu yang seharusnya digunakan untuk bermain-main namun saya gunakan untuk belajar," tegasnya.
Kurang lebih 10 tahun ia mengabdikan dalam dunia pesantren. Dan dalam dunia pesantren itu lah ia mulai mengepakkan sayapnya dalam dunia dakwah dengan mengikuti segala lomba yang di selenggarakan oleh pihak internal pondok maupun eksternal.
"Sejak kecil tuh saya suka banget ikut-ikut lomba yang diadakan oleh pihak pesantren maupun pihak luar, awalnya si coba-coba tapi ketika dapat juara, saya tuh merasakan rasa yang berbeda, yang mana rasa tersebut belum pernah dirasakan sebelumnya yang membuat ingin ikut lomba terus menerus, ya walaupun setiap ikut lomba nggak selalu menang terus," ungkapnya dalam obrolan santai.
Dari pengalaman-pengalaman tersebutlah ia mampu bersaing dalam ajang Pemilihan Duta Santri Nasional yang diikuti oleh 6.431 peserta dari 37 provinsi. Dan ia mampu lolos dalam tahap grand final yang selenggarakan di Auditorium Universitas Nahdatul Ulama Surabaya yang diikuti oleh 48 dari 6.431 peserta. Tidak hanya itu saja, ia juga mampu mencapai rangking 10 besar dalam perlombaan tersebut.
Reporter : M. Khoirul Hidayat KPI 3B
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Beri komentar secara sopan