Berita Terbaru

Teladan Abadi Rasulullah: Kompas Moral di Tengah Gempuran Zaman

Much Fiqri Ahnaf – Dakwahpos.com

Jumat, 12 September 2025

Di tengah pusaran zaman yang serba cepat, ketika isu keadilan, kesenjangan sosial, dan krisis kepemimpinan menjadi santapan harian, kita patut merenungkan kembali esensi sebuah figur teladan. Khutbah Jumat yang mulia ini, yang bertepatan dengan bulan Rabiul Awal 1447 H, mengajak kita untuk menoleh pada sosok yang misi utamanya adalah menyempurnakan akhlak mulia. Beliau adalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, teladan agung yang ajarannya melampaui batas waktu, menawarkan kompas moral yang tak lekang oleh masa.

Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT pada masa ketika umat manusia khususnya bangsa Arab berada dalam kesulitan dan kekosongan kepemimpinan spiritual selama kurang lebih 600 tahun setelah wafatnya Nabi Isa as. Masa itu dikenal sebagai era Jahiliyah, sebuah "abad kebebasan" yang justru sarat dengan kemusyrikan, kemaksiatan, ketidakadilan hukum, dan kesenjangan sosial yang parah, baik di Jazirah Arab maupun wilayah lainnya. Melihat kondisi ini, tujuan utama diutusnya Rasulullah ke muka bumi bukanlah semata-mata soal kekuasaan, melainkan untuk menyempurnakan akhlak mereka. Sebagaimana sabda beliau "Innāma bu'itstu li utammima makārim al-akhlāq" (Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).

Lantas, di mana letak keagungan teladan (Uswatun Hasanah) itu? Allah SWT dengan tegas berfirman bahwa pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi mereka yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir. Keteladanan tersebut terwujud dalam empat pilar utama.  Kepemimpinan yang Adil dan Berkorban, yang diwujudkan melalui hidup sederhana, pengorbanan diri, dan selalu mendahulukan kesejahteraan umat, bahkan menolak kesempatan untuk kemewahan duniawi Keimanan yang Kokoh (Tauhid) yang tak tergoyahkan, menolak bujukan harta dan kekuasaan untuk meninggalkan keyakinan kepada Allah Ketakwaan yang Sempurna, terlihat dari kesetiaan beliau dalam menjalankan seluruh perintah dan sunnah Allah, siang dan malam; serta Akhlak Terpuji yang Menyempurnakan, dengan memiliki sifat wajib para rasul Shiddiq (jujur), Amanah (terpercaya), Fathanah (cerdas), dan Tabligh (menyampaikan kebenaran) yang menjadi misi untuk menyempurnakan akhlak manusia dan membasmi kemungkaran di muka bumi, sesuai firman Allah

Di zaman sekarang, ketika masalah kesabaran, keadilan, dan kepemimpinan yang benar-benar menjadi panutan sangat dibutuhkan, keteladanan Rasulullah SAW wajib kita tiru dan teladani. Nilai-nilai ini menjadi kunci untuk mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera, makmur, dan aman.  Inti dari misi kenabian Muhammad SAW, yaitu menyempurnakan akhlak, adalah peta jalan bagi umatnya untuk mencapai kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat Marilah kita semua, sebagai umat Nabi Muhammad SAW, senantiasa berpegang teguh pada keimanan dan berupaya meneladani akhlak mulia beliau dalam setiap aspek kehidupan. Dengan mengimplementasikan sifat Shiddiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh dalam diri, kita berharap akan terwujudnya negeri yang baldatun ṭayyibatun wa rabbun ghafūr (negeri yang adil, makmur, aman, serta sejahtera), dan semoga kita semua dianugerahi keselamatan, kesehatan, dan kesabaran dalam menghadapi setiap situasi.

 Reporter: Much Fiqri ahnaf/3b

Tingkatkan Kemakmuran Masjid dan Kuatkan Silaturahmi, Majelis Taklim Al-Ikhlas Cipadung Adakan Tawasul dan Belajar Membaca Al-Qur’an

dakwahpos.com – Bandung, Majelis Taklim Al-Ikhlas Cipadung mengadakan Tawasulan dan Belajar Membaca Al-Qur'an untuk memakmurkan masjid dan menguatkan silaturahmi antarwarga khususnya ibu-ibu RW 06. Senin, (10/11/2025).

Rosita selaku ketua Majelis Taklim Al-Ikhlas mengungkapkan bahwa setiap hari Senin, ibu-ibu setempat anggota Majelis Taklim Al-Ikhlas melaksanakan pengajian rutin. "Waktunya bada dzuhur sampai setengah tiga" Ujarnya

"Biasanya diisi dengan ngaji, ngaji Qur'an perorangan sama artinya. Terus dilanjut sama Tawasul dan Do'a, kalau ada penceramah ya ceramah, kalau ngga ya pulang" Jelas Rosita.

Rosita juga mengungkapkan bahwa selain untuk memakmurkan masjid, dan mempererat silaturahmi antar ibu-ibu sekitar, juga agar mengetahui kabar-kabar mengenai keadaan tetangga, baik yang sedang sakit dan hal lainnya.

Rosita berharap bahwa Majelis Taklim ini bisa lebih maju, lebih banyak jamaahnya, juga bisa dapat penceramah, khususnya donasi untuk mengundangnya agar jamaah lebih tertarik menghadiri pengajian ini.

Reporter: Jauharatuzzahra Kurnia, KPI/3C

Jamaah Salat Jumat Masjid Al-Ikhlas Cipadung Harapkan Segera Ada Tindakan Perluasan Masjid

dakwahpos.com – Bandung, Jamaah Salat Jumat Masjid Al-Ikhlas Cipadung mengharapkan adanya tindakan sigap perluasan Masjid Al-Ikhlas Cipadung, guna kenyamanan beribadah, Jumat, (7/11/2025).

"Saya sholat di halaman, karena masjidnya penuh" Ungkap Koswara selaku salah satu Jama'ah Sholat Jum'at.

Koswara mengungkapkan keinginan untuk adanya perluasan masjid, karena kapasitas masjid sudah tidak layak untuk menampung jama'ah masjid yang kian bertambah.

"Kan ada lahan yang dijual untuk wakaf masjid, semoga rezekinya ada, biar dibeli sama masjid" Tambahnya.

Reporter: Jauharatuzzahra Kurnia, KPI/3C

Syukuri Fasilitas Sempurna dari Allah, DKM Al-Hikmah Gelar Pengajian Ibu-ibu

Dakwahpos.com, Bandung– Pengajian Ibu-ibu Jamaah Cileutik, kembali dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah, Cileutik, Kecamatan Banjaran Wetan, Kabupaten Bandung. Minggu (09/11/2025). Kajian kali ini mengangkat tema "Fasilitas Sempurna dari Allah Swt", yang disampaikan oleh Ustazah Siti Hikmayanti 


Dalam ceramahnya, Ustazah Siti Hikmayanti membahas kandungan Surah At-Taghabun Ayat 3, yang menjelaskan bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi, serta menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya.


"Manusa teh diciptakeun ku Allah dina bentuk rupa anu pang sae-sae na. Benteun sareng makhluk nu sanesna, manusa mah dianugerahkeun ku Allah Akal sareng Pikiran" tuturnya.


Dengan digelarnya pengajian ini, diharapkan jamaah bisa lebih memahami isi kandungan Al-Qur'an secara mendalam, dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


Reporter: Hasna Shofia Dzihni Alfadhila, KPI 3/C

Meneladani Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan



Haikal Faliqul - Dakwahpos.com
Senin, 10 November 2025

Bandung – Setiap Rabiul Awwal, umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun, lebih dari sekadar seremonial, Maulid seharusnya menjadi momentum untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak Rasulullah adalah cermin hidup dari ajaran Al-Qur'an. Sifat jujur, sabar, pemaaf, dan cinta tanah air menjadi teladan yang sangat relevan di tengah krisis moral saat ini.

Rasulullah digelari Al-Amin karena kejujurannya. Beliau juga sabar dalam menghadapi ujian, bahkan ketika seorang Badui kencing di masjid, Nabi menanggapinya dengan lembut. Sikap pemaaf beliau terlihat saat tetap memberi makan pengemis buta yang sering mencacinya, hingga akhirnya sang pengemis masuk Islam karena tersentuh akhlak Nabi.

Selain itu, Rasulullah juga menunjukkan kecintaan terhadap tanah air. Saat hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau menoleh ke kota kelahirannya dengan penuh rindu. Ini menjadi teladan bahwa cinta negeri adalah bagian dari iman, selama diwujudkan dengan menjaga persatuan dan kedamaian.

Meneladani akhlak Nabi bukan hanya tugas di bulan Maulid, tapi panggilan sepanjang hayat. Di tengah masyarakat yang mudah terpecah, meniru kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang Rasulullah adalah kunci untuk membangun kehidupan yang damai dan penuh berkah.

Keutamaan Shalawat

Dakwahpos.com, Cimahi – Kegiatan pengajian bertema "Keutamaan Shalawat sebagai Penolong di Hari Kiamat" di Masjid Nurul Iman, Cimahi, jadi pengingat pentingnya shalawat dalam kehidupan kita. Di tengah kesibukan dan dunia yang serba cepat, melantunkan shalawat bisa membuat hati lebih tenang dan dekat dengan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya manusia yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." (HR. Tirmidzi).
Hadis ini mengingatkan kita bahwa shalawat bukan sekadar bacaan, tapi bentuk cinta kepada Nabi yang membawa berkah dan ketenangan.

Kegiatan seperti ini juga menunjukkan bahwa dakwah bisa dilakukan dengan cara sederhana. Lewat dzikir dan shalawat bersama, jamaah dari berbagai usia bisa saling menguatkan dan merasakan kedamaian.

Selain menambah pahala, majelis shalawat juga mempererat silaturahmi antarwarga. Di masa sekarang, ketika orang mudah sibuk dengan urusannya sendiri, kegiatan seperti ini bisa jadi ruang untuk saling menyapa dan menumbuhkan rasa persaudaraan.

Mari jadikan shalawat bukan hanya di lisan, tapi juga di hati dan perbuatan. Dengan shalawat, kita belajar meneladani akhlak Rasulullah SAW dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Reporter: Citra Lestari/ KPI 3b





Re: I’jaz Qur’an di era Digital: Dari Kalam Ilahi ke konten Viral

 
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Perkenalkan, saya Meilisa Rahmanita, mahasiswa dan peneliti di bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Bersama email ini, saya ingin mengirimkan naskah opini berjudul:

📖 "I'jaz al-Qur'an di Era Digital: Dari Kalam Ilahi ke Konten Viral."

Tulisan ini membahas relevansi i'jaz al-Qur'an di tengah era digital dan refleksinya bagi generasi Z, dengan gaya yang ringan namun tetap berbasis kajian ilmiah. Saya berharap tulisan ini dapat diterbitkan di rubrik opini [nama media] sebagai bahan renungan bagi pembaca muda Muslim di era teknologi.

Naskah saya lampirkan dalam format .docx.
Apabila diperlukan revisi atau penyesuaian gaya penulisan sesuai pedoman redaksi, saya sangat terbuka untuk melakukannya.

Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.
Semoga tulisan ini dapat berkontribusi bagi khazanah literasi Islam kontemporer.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hormat saya,
Meilisa Rahmanita
Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir


Min, 9 Nov 2025 pukul 18.00 Meilisa Rahmanita <meilisarahmanita@gmail.com> menulis:
I'jaz Qur'an di era Digital: Dari Kalam Ilahi ke konten Viral
Penulis ; Meilisa Rahmanita , Mahasiswa Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau
Kemajuaan teknologi digital telah merubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia, baik dari cara berinterksi sesama manusia maupun dengan nilai- nilai spiritual. Generasi yang lahir dan tumbuh bersama internet salah satunya Adalah Generasi Z, generasi ini menjadi saksi bagaimana agama, khususnya Islam menemukan forum baru dalam mengekpresikan penyaluran dakwah. Salah satu yang menarik untuk dibahas Adalah bagaimana kemukjizatan Al-Qur'an (I'jaz Qur'an) mulai hadir dalam format digital, seperti video singkat, konten edukatif, podcast reflektif, hingga unggahan estetik di social media.
Namun, muncul pertanyaan penting: apakah digitalisasi benar- benar menumbuhkan pemahaman yang lebih terhadap kemukjizatan Qur'an, atau malah mengubah menjadi tren viral yang kehilangan ruh spiritualnya?. Inilah pertanyaan yang sangat relevan di Tengah arus informasi yang melanda generasi muda saat ini.
Secara etimologis, I'jaz Qur'an adalah ketidak mampuan manusia untuk menandingi Al-Qur'an. Dari defenisi ini kita dapat memahami bahwa Qur'an itu Adalah mukjizat yang sholih li kulli zaman wa makan, bukan hanya karna keindahan bahasanya saja tetapi juga karena kebenaran pesan dan pengetahuan yang di kandung didalamnya. Para Mufassir Klasik seperti Al-Baqillani dan Ar-Rafi'I menegaskan bahwa keistimewaan Al-Qur'an terlatak pada struktur bahasanya yang unik, maknanya yang mendalam dan kemampuan dalam menjawab semua permasalahan setiap zaman.
 Bagi Generasi Z, media sosial bukan hanya sekedar platform hiburan saja, akan tetapi sebagai ruang belajar, berekspresi, dan membentuk pandangan hidup. Misalnya, konten yang menjelaskan hubungan antara ayat tentang penciptaan manusia dengan embriologi modern, atau seperti makna ayat- ayat moral yang dikaitkan dengan Kesehatan mental (self Love). Fenomena ini sangat memberikan wajah baru untuk dakwah Qur'ani. Dengan adanya platform digital jutaan manusia bisa dengan mudah mengetahui serta belajar tentang keindahan dan keagungan Qur'an. Contoh konten yang relevan dengan kehidupan Generasi Z, seperti keresahan, makna hidup serta perjuangan identitas. Ini menjadi pintu masuk untuk memahami mukjizat Al-Qur'an secara kontekstual.
Namun, jika mukjizat Ilahi dibungkus dengan logika algoritma dan engagement, maka makna dari Al-Qur'an itu sendiri akan menjadi tereduksi. I'jaz yang seharusnya menggetarkan hati justru menjadi konten estetis yang cepat dilupakan, karena seringkali konten viral memindahkan focus dari "pesan" menjadi "penampilan". Mengutip dari pemikiran M Quraish Shihab, bahaya terbesar dalam memahami Al-Qur'an secara dangkal adalah ketika teks suci itu hanya dijadikan objek sensasi, bukan inspirasi.
 Selain menghadirkan mukjizat Al-Qur'an dalam bentuk konteks digital, era ini juga memunculkan spiritual instan. Kemunculan Al-Qur'an apps dan visualisasi ayat interaktif menjadi bukti bahwa teknologi dapat memperluas jangkauan mukjizat Al-Qur'an. Namun, kemajuan ini haruslah diimbangi dengan etika digital Qur'ani (cara berinteraksi dengan teks suci secara terhormat, otentik dan ilmiah), peran manusia sebagai pembaca yang ulul albab menjadi kunci untuk menilai mana konteks yang menumbuhkan iman, dan mana yang sekedar hiburan religious.
Dalam konteks ini, I'jaz Qur'an seharusnya tidak dipahami semata sebagai bukti ilmiah atau keindahan sastra saja, tetapi juga sebagai energi spiritual dan moral yang membentuk kesadaran sosial generasi muda. Seperti yang dikemukakan sahiron Syamsuddin, bahwa memahami Al-Qur'an berarti menafsirkan pesan Ilahi sesuai konteks zaman tanpa kehilangan ruh ketuhanan, maksudnya adalah Generasi Z perlu berperan bukan hanya sebagai konsumen pasif dari dakwah digital, melainkan sebagai generasi yang menafsirkan, menghidupkan dan mewariskan kembali mukjizat Al-Qur'an dalam bahasa zaman mereka.
Generasi Z memiliki keunggulan luar biasa: mereka kreatif, dan akrab dengan teknologi. Namun, mereka juga menghadapi tantangan yang sangat serius, yaitu bagaimana menjaga kedalaman spiritual ditengah banjir informasi. Dalam konteks I'jaz Qur'an, tantangan ini berarti bagaimana mengubah hubungan "pasif" dengan Al-Qur'an (sekedar menonton, menyukai, atau membagikan konten) menjadi hubungan "aktif" (merenungi, memahami, dan mengamalkan pesan-pesannya).
Mukjizat Al-Qur'an tidak terletak pada visualnya, melainkan pada dampak yang ditimbulkan terhadap hati dan perilaku. Disinilah pentingnya literasi Qur'an digital sebagai jembatan untuk memahami, memfilter dan mengkontekstualisasikan pesan Al-Qur'an di Tengah arus media.
Prof M. Quraish Shihab menegaskan bahwa mukjizat Al-Qur'an tidak hanya terdapat pada Bahasa dan sastranya saja, tetapi juga dalam kemampuan pesannya yang selalu relevan di setiap era. Maka, bagi Generasi Z memahami I'jaz Qur'an berati menggali makna Al-Qur'an dengan Bahasa dan media zaman mereka sendiri tanpa harus kehilangan esensi spiritualnya.
Kesimpulan
I'jaz Qur'an Adalah jembatan antara keabadian wahyu dan dinamika zaman. Di era digital mukjizat itu tidak akan memudar, ia justru menemukan bentuk barunya. Generasi Z memiliki peluang besar untuk menjadi penerus tradisi Qur'an yang kreatif dam modern, namun tetap Kembali kepada nilai- nilai illahi. Namun, tugas mereka bukan hanya membuat Al-Qur'an viral, tetapu membuatnya hidup dalam perilaku, tutur, dan karya. Ketika Generasi Z memadukan kreativitas digital dengan keimanan, maka I'jaz Qur'an akan terus bersinar bukan hanya di layar, tetapi juga di hati dan Tindakan mereka.
Akhirnya Mukjizat Qur'an tidak pernah berhenti menunjukkan dirinya, hanya car akita memandangnya yang berubah. Jika generasi sebelumnya menyaksikan mukjizat itu lewat lafaz dan tafsir, maka Generasi Z bisa menemukan mukjizat itu lewat Scroll, click dan reflection selama mereka mau berhenti sejenak, dan benar-benar mendengarkan suara illahi di balik setiap ayatnya.
Referensi
Al-Baqillani, A. (n.d.). I'jaz al-Qur'an. Beirut: Dar al-Ma'rifah.
Nasr, S. H. (2015). Islam and the Modern World. London: Routledge.
Shihab, M. Q. (2002). Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.
Shihab, M. Q. (2017). Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'I atas Pelbagai Persoalan Umat. Jakarta: Lentera Hati.
Syamsuddin, S. (2017). Hermeneutika al-Qur'an dan Hadis. Yogyakarta: Elsaq Press.

Masjid

Masjid

Opini

Opini

Sosok

Sosok

Pendidikan

Pendidikan

Ekonomi

Ekonomi

Sastra

Sastra

Wisata

Wisata

Resensi

Resensi
© Dakwahpos 2024