Dakwahpos.com, Sumedang – Majelis Ta'lim Nurul Iman menggelar kajian ibu-ibu bertema "Riyadlah Batin Menuju Qalbun Salim" bersama Ust. Achmad Hisyam dan Umi Alia K. Djirim, S.Psi., pada Rabu (17/9/2025) di Masjid Nurul Iman, Perum Griya Jatinangor 2, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
Kajian rutin yang dilaksanakan setiap minggu ketiga ini dimulai pukul 09.30 hingga 11.30 WIB. Kegiatan diikuti oleh para ibu anggota Majelis Ta'lim Nurul Iman dengan tujuan memperdalam pemahaman agama sekaligus membangun ketenangan batin melalui pendekatan psikologis. Dengan bimbingan para pemateri, jamaah diarahkan untuk melatih hati agar tetap bersih dan tenang dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Dalam pemaparannya, para pemateri menekankan bahwa qalbun salim tidak hanya berarti hati yang terbebas dari dosa, tetapi juga hati yang sehat secara emosional dan spiritual. Hal ini sangat relevan dengan kehidupan ibu-ibu yang sehari-hari menghadapi berbagai peran, mulai dari mendidik anak, mendampingi suami, hingga mengurus rumah tangga. Dengan hati yang bersih, setiap peran tersebut dapat dijalankan dengan lebih sabar dan ikhlas.
Riyadlah batin, atau latihan spiritual, dipahami sebagai usaha membersihkan hati dari penyakit batin seperti iri, dengki, sombong, dan amarah. Dengan pendekatan psikologis, latihan batin ini membantu jamaah mengelola emosi agar tidak menumpuk menjadi stres. Islam menekankannya melalui muhasabah, dzikir, doa, serta penguatan iman sebagai terapi hati yang mendalam.
Kajian ini menekankan pentingnya menjadikan setiap masalah sebagai sarana untuk melatih diri, sehingga hati tetap tenang dan tidak mudah terguncang.
"Masalah itu nomor sekian, yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana dengan masalah ini kita bisa melatih diri menjadi qalbun salim, jiwa yang tenang. Itu yang harus ditancapkan di kepala kita, sehingga ketika ada masalah, kata kunci yang keluar adalah ketenangan," ujar Umi Alia.
Kajian ini memberikan pemahaman kepada jamaah bahwa riyadlah batin adalah jalan menuju qalbun salim. Dengan hati yang tenang, bersih, dan terlatih, seorang muslim mampu menghadapi masalah hidup dengan lebih sabar, ikhlas, serta tetap menjaga hubungannya dengan Allah SWT.
Kajian rutin yang dilaksanakan setiap minggu ketiga ini dimulai pukul 09.30 hingga 11.30 WIB. Kegiatan diikuti oleh para ibu anggota Majelis Ta'lim Nurul Iman dengan tujuan memperdalam pemahaman agama sekaligus membangun ketenangan batin melalui pendekatan psikologis. Dengan bimbingan para pemateri, jamaah diarahkan untuk melatih hati agar tetap bersih dan tenang dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Dalam pemaparannya, para pemateri menekankan bahwa qalbun salim tidak hanya berarti hati yang terbebas dari dosa, tetapi juga hati yang sehat secara emosional dan spiritual. Hal ini sangat relevan dengan kehidupan ibu-ibu yang sehari-hari menghadapi berbagai peran, mulai dari mendidik anak, mendampingi suami, hingga mengurus rumah tangga. Dengan hati yang bersih, setiap peran tersebut dapat dijalankan dengan lebih sabar dan ikhlas.
Riyadlah batin, atau latihan spiritual, dipahami sebagai usaha membersihkan hati dari penyakit batin seperti iri, dengki, sombong, dan amarah. Dengan pendekatan psikologis, latihan batin ini membantu jamaah mengelola emosi agar tidak menumpuk menjadi stres. Islam menekankannya melalui muhasabah, dzikir, doa, serta penguatan iman sebagai terapi hati yang mendalam.
Kajian ini menekankan pentingnya menjadikan setiap masalah sebagai sarana untuk melatih diri, sehingga hati tetap tenang dan tidak mudah terguncang.
"Masalah itu nomor sekian, yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana dengan masalah ini kita bisa melatih diri menjadi qalbun salim, jiwa yang tenang. Itu yang harus ditancapkan di kepala kita, sehingga ketika ada masalah, kata kunci yang keluar adalah ketenangan," ujar Umi Alia.
Kajian ini memberikan pemahaman kepada jamaah bahwa riyadlah batin adalah jalan menuju qalbun salim. Dengan hati yang tenang, bersih, dan terlatih, seorang muslim mampu menghadapi masalah hidup dengan lebih sabar, ikhlas, serta tetap menjaga hubungannya dengan Allah SWT.
Dimida Zahwa, KPI/3B
Tidak ada komentar
Posting Komentar