Cerdas Hadapi Pancaroba

Pancaroba, dikenal sebagai  peralihan dari musim hujan ke musim kemarau  biasanya terjadi di bulan Maret dan April, dan peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, terjadi di bulan September dan Oktober mempunyai dampak yang signifikan serta tidak bisa untuk diabaikan akan bahaya yang dibawanya. Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikora Karnawati menghimbau masyarakat Indonesia untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan (pancaroba).
Mari berkenalan dengan musim pancaroba, seperti yang dikemukakan Ekky Amiral Faqi, Forecaster BMKG asal Kabupaten Pati bahwa musim pencaroba mempunyai karakteristik yang bermula dari atmosfer yang bersifat lembab disertai panas yang cukup terik menyebabkan adanya karakteristik cuaca yang unik yang patut untuk diperbincangkan. Dwikorita Karnawati juga tidak ketinggalan dalam menggambarkan fenomena musim pancaroba tersebut, beliau menyebutkan bahwa angin bertiup dengan sangat bervariasi menyebabkan perubahan cuaca yang sangat signifikan dari hujan menuju panas ataupun sebaliknya. Awan Cumolonimbus biasanya tumbuh pada pagi hari menjelang siang dengan bentuk seperti kol berwarna abu-abu dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari awan ini akan berubah menjadi gelap dan menyebabkan hujan lebat ataupun hujan es, petir dan angin kencang.
Cuaca yang begitu ekstrem tersebut dapat menjadi pemicu bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor yang mengkhawatirkan. Tidak hanya itu, perubahan cuaca yang begitu signifikan tersebut membuat kita harus berusaha keras menyesuaikan diri dengannya karena tidak menutup kemungkinan resiko akan terserang berbagai penyakit dalam musim pancaroba.b Seperti : batuk, demam, masuk angin, diare, tifus, demam berdarah yang timbul karena banyaknya debu, bakteri maupun virus penyebab penyakit. Asma, karena perubahan saluran udara yang cepat dapat menyebabkan peradangan. Sakit Kepala, Flu dan Pilek, karena kenaikan atau turunnya udara secara tajam maupun bagi para pengidap penyakit kronis yang perlu diperhatikan secara khusus.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Umum Kalawaci Dr. Theo SpPD mengatakan bahwa untuk mencegah penyakit dalam musim pancaroba harus memerhatikan perilaku, gaya hidup dan konsumsi asupan gizi. Menurutnya, ketiga hal tersebut sering dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Karena beliau mencontohkan perilaku masyarakat di luar negeri yang terbiasa menghadapi empat musim. Ketika cuaca dingin, mereka mengubah pola makan. Dan ketika musim semi atau musim panas, mereka menyesuaikan pakaian yang dapat dengan cepat menyerap keringat namun kebal terhadap angin.
Kebiasaan itulah yang harus dicontoh masyarakat Indonesia untuk mencegah berbagai penyakit yang timbul pada masa pancaroba. Setelah pemerintah telah mengingatkan akan bahaya pada musim pancaroba, maka kita harus cerdas dalam menghadapi musim pancaroba. Bisa mulai diterapkan dari membiasakan diri menggunakan peralatan anti hujan karena perubahan cuaca yang terkadang tidak dapat diprediksi, memperhatikan pola makan, mengonsumsi makanan yang penuh gizi, vitamin yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kebugaran jasmani, membuat pikiran selalu rileks, memperhatikan dosis dari dokter bagi pengidap penyakit serta membiasakan diri dengan mengelola lingkungan disekitar pada saat musim hujan dan kemarau.

Indra Margana
Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung DJati Bandung
Kp. Los Cinyiruan RT 03 RW 03, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kode Pos 40378.
0821 2012 1810
marganaausi@gmail.com


Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023