Perjuangan Ustaz Cecep di Era Permulaan Dakwah

Dakwahpos.com, Bandung - Ustaz Cecep adalah seorang guru yang mengajar ngaji kitab kuning di Masjid Al-Hikmatunnafisah Pasirbiru Kota Bandung

Ustadz Cecep memberikan pemahaman Islam yang aplikatif dan sesuai dengan semangat muda dari teman-teman aktivis dakwah saat itu. Penampilan beliau sangat unik layaknya seorang ustaz. Beliau tidak memelihara janggut ataupun kumis, memakai baju koko atau sarung, bahkan sering pakai kaos atau baju batik. Saya teringat saat beliau pertama kali mengajar kami. Mengenakan kopiah nasional hitam dan berbaju batik warna coklat. Saat itu ada seorang sahabat berbisik kepada saya, "Jangan-jangan ini ustaz nasionalis, karena dia pakai batik."

Penampilannya tentu kontras dengan tampilan aktivis dakwah kampus pada umumnya saat itu. Terlebih terkait batik yang saat itu hampir tidak dikenakan oleh para aktivis dakwah kampus . Maka begitu melihat Ustaz (Cecep) dengan penampilan tanpa jenggot, berbaju batik dan berpeci nasional, seketika dianggap bukan aktivis dakwah.

Sejujurnya, saya dan teman-teman mendapatkan banyak sekali pencerahan dari Ustaz cecep. Beliau mengajar sangat sistematis dan di akhir pelajaran selalu memberikan kepada Kami pointers berupa skema pelajaran yang disebut Rosmul Bayan, berbentuk bagan yang sangat memudahkan kami dalam menyerap pelajaran yang Beliau sampaikan. Ketika perjumpaan pertama saat itu, Beliau memberikan taujih tentang 'As-shiro' baynal Haq wal Bathil' (pertarungan antara kebenaran dan kebathilan). Penjelasan yang begitu gamblang dari beliau membuat saya terkesima, seperti menemukan suatu kebenaran yang indah, yang baru dan istimewa. Saya merasakan getaran peningkatan iman yang luar biasa, karena apa yang dijelaskan oleh Ustaz Cecep adalah hal-hal mendasar yang sangat saya rindukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan hati ini tentang kehidupan. Alhamdulillah, setiap penjelasan Beliau mampu membuka bashiroh (mata hati) dan menundukkan jiwa Kami untuk mengikuti kebenaran.

Sejak menjadi murid-murid Ustaz Cecep di cibiru tonggoh, kami mendapat semangat dan gairah baru yang amat berkesan. Isi pengajian Ustaz Cecep membangun kecintaan kepada Allah, Rasul, Islam, Al Qur'an serta perjuangan membangun Masyarakat dan Bangsa. Beliau menjelaskan Islam yang wasathan (pertengahan), melarang keyakinan yang radikal (bersikap ekstrim dan keras), serta menjelaskan Islam yang menjadi rahmatan lil alamin. Beliau menyadarkan kami dari sifat tasyadud (berlebih-lebihan) ataupun tasahul (menggampangkan) dalam beragama.

Selalu terngiang di telinga saya, nasihat Beliau.

"Antum harus menjadi agen-agen rahmat (kasih sayang) Allah. Semua manusia harus kalian sayangi dengan tulus bahkan mereka yang kafir sekali pun seharusnya dapat merasakan kebaikan Islam dalam kekafirannya." ujar ust Cecep.

Pengajian Ustaz Cecep itu seperti kisah bersambung yang semakin lama semakin seru. Setiap episode pengajian Beliau selalu menarik untuk dikenang, mudah dipahami, mudah diduplikasi dalam bentuk pengajian yang serupa. Sehingga kami termotivasi menjadi agen perubahan dan turut berdakwah. Setiap penjelasan Beliau seolah rumus baru yang sangat menggugah untuk dikaji dan diamalkan. Beliau merinci ilmu yang dibagikan dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Contohnya 'Mengenal Allah', 'Mengenal Rasul', 'Mengenal Islam', 'Makna Dua Kalimat Syahadat', 'Mengenal Manusia'. Begitupun 'Makna Dakwah', 'Karakter Dakwah', 'Penataan Dakwah', semuanya membentuk keyakinan untuk memperbanyak amal.

Repirter: Ginanjar Suwargani mahasiswa KPI 3B

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024