Kisah Qabil Membunuh Habil: Ketika Hati Terkendali oleh Dengki



Dakwahpos.com, Bandung — Qabil dan Habil adalah dua putra Nabi Adam a.s. yang kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an, tepatnya dalam Surah Al-Maidah ayat 27. Dalam pengajian di Masjid Jami' Al-Anshari Cipadung, Ustadz Drs. Nasihudin Pono M.Pd. menjelaskan bahwa kisah kedua putra Nabi Adam ini menyimpan pesan moral mendalam tentang bagaimana sifat batin yang buruk bisa menjerumuskan seseorang pada dosa besar. Dari kisah inilah manusia bisa mengambil pelajaran bahwa iri dan dengki bisa membawa kepada kehancuran bahkan sampai pembunuhan.
 
Dikutip dari berbagai tafsir dan hadis, kisah Qabil dan Habil merupakan pelajaran berharga bagi umat manusia dalam menjaga kebersihan hati. Dalam tafsir disebutkan bahwa Qabil dan Habil mendapat perintah untuk mempersembahkan kurban kepada Allah Swt. Qabil yang bekerja sebagai petani memberikan hasil panen yang buruk, sementara Habil yang seorang peternak memilih hewan terbaik sebagai kurban.

Namun, Allah Swt. hanya menerima kurban Habil karena keikhlasan dalam mempersembahkan kualitas kurbannya, sedangkan kurban Qabil di tolak. Penolakan ini membuat Qabil marah, iri, dan akhirnya dilanda dengki serta dendam terhadap saudaranya sendiri. Inilah awal mula dengki meracuni hati manusia, hingga berujung pada pembunuhan pertama dalam sejarah manusia.

Dalam Surah Al-Maidah ayat 27, Allah Swt. berfirman:
"Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, 'Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.' Dia (Habil) berkata, 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa."

Menurut para ulama, dengki dan dendam adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, karena bisa menghapus amal kebaikan seseorang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:
"Hindarilah olehmu rasa dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan segala kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud).

Ustadz Nasihudin mengingatkan agar umat Islam tidak mudah terpancing untuk memamerkan nikmat duniawi. Sebab, nikmat yang diperlihatkan bisa memicu rasa iri dengki dari orang lain, yang pada akhirnya menciptakan keretakan sosial di tengah masyarakat.

Lebih dari itu, sifat dengki tidak hanya merusak hubungan dengan sesama, tetapi juga bisa meluluhlantakkan kebaikan yang telah dikumpulkan, ibarat api yang menghanguskan kayu bakar. Dengan kata lain, dendam dan dengki adalah penyakit hati yang bisa menghancurkan seseorang secara perlahan, baik di dunia maupun di akhirat.

Dari kisah Qabil dan Habil, serta nasihat Rasulullah saw., para ulama menyimpulkan bahwa ada delapan dampak buruk dari sifat dengki dan dendam, di antaranya:
1. Menghapus amal kebaikan
2. Menjadi pendorong untuk maksiat
3. Tidak mendapatkan syafaat
4. Menjadi zalim dan layak dimasukkan neraka
5. Menjadi sebab orang lain celaka
6. Hidupnya penuh kesulitan
7. Buta mata hati
8. Terhalang dari berbuat kebaikan

Kisah Qabil dan Habil bukan sekadar dongeng masa lalu, tapi cerminan nyata dari dinamika hati manusia. Dalam era modern yang penuh persaingan, menjaga hati agar tetap bersih dan ikhlas menjadi tantangan sekaligus keharusan bagi setiap Muslim yang mengharap rida Allah Swt. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk menjaga hati dari sifat-sifat tercela tersebut.

Penulis: Idah Nurhamidah, KPI/3A

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024