Jamaah Al-Hidayah Cikuda Mengadakan Kajian Kitab Tasawuf

Dakwahpos.com, Bandung - Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Hidayah,
Jl. Cikuda No.49, Pasir Biru, Kec. Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, mengadakan kajian kitab Tasawuf pada hari Sabtu sore (13/09/2025).

Dalam sebuah majelis ilmu, jamaah mendapat penjelasan tentang adab beribadah setelah terbit matahari hingga tergelincirnya matahari.
Ustaz menyampaikan bahwa waktu pagi adalah momen penuh keberkahan yang sebaiknya diisi dengan ibadah dan ilmu yang bermanfaat.
Ustaz mengingatkan, setelah salat Subuh hingga terbitnya matahari merupakan waktu yang dimakruhkan untuk melaksanakan salat.
Pada waktu ini, umat dianjurkan memperbanyak zikir, doa, dan membaca Al-Qur'an.

"Semangat itu bagus, tapi jangan sampai salah. Ba'diyah Subuh tidak ada, karena waktu itu memang dimakruhkan untuk salat," jelasnya.
Setelah matahari naik setinggi tombak, umat Islam disunahkan melaksanakan salat Isyraq dua rakaat.
Salat ini disebut memiliki keutamaan besar, bahkan nilainya seperti pahala haji dan umrah yang sempurna.
"Isyraq, pahalanya seperti haji umrah yang sempurna, sempurna, sempurna," tutur sang ustaz.

Selain Isyraq, umat Islam dianjurkan mengerjakan salat Dhuha. Jumlah rakaatnya fleksibel, mulai dari dua hingga dua belas rakaat.
Waktunya dimulai setelah matahari terbit hingga menjelang Zuhur.
Salat Dhuha dikenal sebagai amalan yang dapat melapangkan rezeki.
"Rakaat awal sudah cukup untuk mensyukuri nikmat tubuh, bahkan 360 persendian yang setiap hari harus disedekahi," tambahnya.

Dalam tausiyah tersebut, ustaz juga menekankan agar waktu pagi hingga Zuhur dimanfaatkan untuk menuntut ilmu agama yang bermanfaat.
"Kalau majelis ilmu justru menambah cinta dunia, maka itu bukan ilmu yang bermanfaat," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, ustaz juga meluruskan soal guru ngaji yang menerima gaji.
Menurutnya, hal tersebut boleh dilakukan asalkan niatnya agar kegiatan mengajar Al-Qur'an tetap berlangsung.
 
Namun, jika niatnya semata-mata mencari upah, maka keberkahan akan hilang.
Pesan ditutup dengan ajakan agar jamaah beramal dengan ikhlas, bukan karena ingin dilihat atau dipuji orang lain.
"Orang ikhlas tetap beribadah, baik dipuji maupun dicaci. Disanjung atau tidak, ia terus beribadah.
Itulah tanda amal yang benar-benar karena Allah," pungkasnya.

Reporter: Imelda Chandra Kurnia, KPI/C

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024