Dakwahpos.com, Bandung- Eem Salamah (61) setiap satu bulan dua kali pada hari jumat dan minggu tampak sibuk berkoordinasi mempersiapkan pengajian muslimat di masjid Al-Mubarok Cibiru Hilir, Sabtu (1/12/2023). Wanita berusia lanjut tersebut terlihat sangat semangat dan terbiasa berkomunikasi baik dengan berbagai usia. Ketika pengajian berlangsung tak jarang ada anak kecil yang mengalami tantrum dan Eem seperti ahli dalam mengetahui psikologi anak bahkan ibu-ibu yang berbeda usia dengannya.
Siapa sangka, rupanya Eem sebelum menjadi seorang ketua majelis dirinya pernah menjadi seorang guru berkebutuhan khusus atau yang sering kita dengar dengan SLB tepatnya di SLB-B.
"Dulu tuh sebelum menjadi ketua Majlis, saya itu seorang mahasiswa juga lulusan PGA (Pendidikan Guru Agama) terus tahun 1981 saya ditawari jadi purna bakti ngajar gitulah jadi guru agama di SLB-B Silih Asih," Ujar Eem.
Perjalanan Eem menjadi guru SLB-B sangat panjang. Eem mengajar mulai dari dia yang masih mahasiswa yang tinggaln di Bojong Soang hingga dia menikah dengan pemuda asal Cibiru Hilir dan pensiun menjadi guru enam tahun yang lalu.
"Enam tahun lalu saya tuh baru pensiun jadi guru dan belum menjadi ketua majelis. Kalo dibilang kangen, saya kangen sama anak-anak disana," lanjutnya.
Eem menuturkan bahwa ada kebahagiaan tersendiri ketika dia bersama anak-anak istimewa di sekolah itu. Kebanyakan diantaranya sampai saat ini sering berkunjung kerumahnya untuk sekedar silaturahmi.
Disisi lain, Eem merasa sedih melihat banyak orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya yang berkebutuhan khusus dengan alasan tidak punya uang, kasian, malu dan sebagainya.
"Saya harap orang tua diluar sana yang memiliki anak istimewa bisa menyekolahkan anaknya, karena banyak sekolah khusus yang menyediakan pelayanan gratis. Apalagi merasa malu atau kasian karena berbeda dengan anak pada umumnya. Justru jika anak istimewa di sekolahkan disekolah biasa malah kasian ke anaknya juga karena tiap anak memiliki ketutuhannya masing-masing," ujar Eem dengan sedih dan penuh harap.
Reporter: Neng Fajrin Andiny/KPI3C
Siapa sangka, rupanya Eem sebelum menjadi seorang ketua majelis dirinya pernah menjadi seorang guru berkebutuhan khusus atau yang sering kita dengar dengan SLB tepatnya di SLB-B.
"Dulu tuh sebelum menjadi ketua Majlis, saya itu seorang mahasiswa juga lulusan PGA (Pendidikan Guru Agama) terus tahun 1981 saya ditawari jadi purna bakti ngajar gitulah jadi guru agama di SLB-B Silih Asih," Ujar Eem.
Perjalanan Eem menjadi guru SLB-B sangat panjang. Eem mengajar mulai dari dia yang masih mahasiswa yang tinggaln di Bojong Soang hingga dia menikah dengan pemuda asal Cibiru Hilir dan pensiun menjadi guru enam tahun yang lalu.
"Enam tahun lalu saya tuh baru pensiun jadi guru dan belum menjadi ketua majelis. Kalo dibilang kangen, saya kangen sama anak-anak disana," lanjutnya.
Eem menuturkan bahwa ada kebahagiaan tersendiri ketika dia bersama anak-anak istimewa di sekolah itu. Kebanyakan diantaranya sampai saat ini sering berkunjung kerumahnya untuk sekedar silaturahmi.
Disisi lain, Eem merasa sedih melihat banyak orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya yang berkebutuhan khusus dengan alasan tidak punya uang, kasian, malu dan sebagainya.
"Saya harap orang tua diluar sana yang memiliki anak istimewa bisa menyekolahkan anaknya, karena banyak sekolah khusus yang menyediakan pelayanan gratis. Apalagi merasa malu atau kasian karena berbeda dengan anak pada umumnya. Justru jika anak istimewa di sekolahkan disekolah biasa malah kasian ke anaknya juga karena tiap anak memiliki ketutuhannya masing-masing," ujar Eem dengan sedih dan penuh harap.
Reporter: Neng Fajrin Andiny/KPI3C
Tidak ada komentar
Posting Komentar