Seorang Ustaz Sempat Tersesat Jadi Anggota NII, Karena Penceramahnya yang Memikat

 

Dakwahpos.com, Bandung- Negara Islam Indonesia (NII) adalah salah satu gerakan makar berbasis agama yang didirikan oleh S.M. Kartosoewiryo empat tahun setelah Indonesia merdeka. Meskipun pada tahun 1960-an NII telah ditumpas pemerintah, gerakan ini tidak serta merta berakhir. Masih ada pecahan-pecahan NII yang melakukan aksinya secara sembunyi-sembunyi. Kelompok Negara Islam Indonesia (NII) kembali menyita perhatian publik. Meski tergolong organisasi terlarang, NII terus menggerakkan jaringan dan anggotanya, termasuk di wilayah kabupaten Bandung, Cicalengka.

Arif Syarifin adalah salah satu ustaz yang sering berceramah di masjid Al-Ijab Cicalengka. Pada saat itu, AS adalah seorang santri disalah satu pesantren di Cicalengka yang mempunyai minat tinggi belajar agama Islam, ia pun memutuskan ikut sebuah pengajian. Laki-laki yang saat itu berusia 17 tahun tersebut bergabung dengan sebuah kelompok pengajian yang ustaz atau penceramahnya memikat.

"Ustaz itu sangat bagus dan baik, sehingga saya tertarik untuk belajar agama dengannya," ujar AS.

AS merupakan satu dari 49 anggota NII di wilayah Cicalengka pada saat itu. Mereka semua memutuskan mencabut baiat terhadap organisasi terlarang tersebut dalam pengucapan ikrar setia kepada NKRI di Polres Cicalengka.

Menurut AS, dirinya mengikuti pengajian itu lebih dari setahun. Sebagai pemula, dia masih tergabung dalam kelas satu pengajian itu. Pada tahun kedua ikut pengajian tersebut, AS memperoleh materi berbeda ustaz yang mengajarnya datang langsung dari Jakarta.

"Saya mau masuk kelas dua sudah resah. Ustaznya sudah mulai menyalahkan NKRI dan pancasila dan saya juga sempat mengajak keluarga untuk bergabung ke dalam jemaah itu," tuturnya.

Menurut AS, kelompok tersebut aktif mencari anggota baru dengan menggelar pengajian dari rumah ke rumah. Namun, dia mulai merasakan keanehan pada tahun kedua di jemaah itu.

"Setelah setahun, barulah mereka membahas tentang Pancasila itu tagut," ucap AS.

Pria kelahiran 1972 pada saat itu tak pernah mengetahui nama organisasi yang menggelar pengajian tersebut. Menurut AS, pihak yang menyelenggarakan pengajian itu tak pernah bersikap terbuka.

"Saya tidak pernah tahu apakah mereka NII. Saya pernah tanya siapa pimpinannya, mereka tidak mau menyebutkannya," tuturnya.

Walakhir, AS tergerak untuk meninggalkan kelompok pengajian itu. Dia juga mengajak teman-temannya keluar dari kelompok pengajian yang selalu menjelek-jelekkan pemerintah tersebut. Namun, upaya AS itu ditentang oleh pihak-pihak yang kadung terpikat dengan NII. Kian banyak yang dia bujuk untuk keluar, makin bejibun pula yang memintanya kembali.

"Saya keluar, banyak juga yang mau mengajak kembali," kata laki-laki asal Bandung itu.

Pada 1990, AS memutuskan meninggalkan kelompok itu. Dia juga berupaya melepaskan diri dari segala hal tentang organisasi tersebut. Namun, kelompok itu tetap menganggap AS sebagai anggotanya.

"Saya sudah lama berhenti, tetapi nama saya masih ada," tuturnya.

Pria yang saat itu hanya seorang santri itu merasa kesal dijadikan bagian NII. Oleh karena itu, dia bersumpah setia kepada NKRI agar namanya kembali bersih dan bisa beraktivitas seperti biasa.

 Reporter: Fadila Rahman/KPI3A

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023