Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Perkenalkan, saya Meilisa Rahmanita, mahasiswa dan peneliti di bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Bersama email ini, saya ingin mengirimkan naskah opini berjudul:
📖 "I'jaz al-Qur'an di Era Digital: Dari Kalam Ilahi ke Konten Viral."
Tulisan ini membahas relevansi i'jaz al-Qur'an di tengah era digital dan refleksinya bagi generasi Z, dengan gaya yang ringan namun tetap berbasis kajian ilmiah. Saya berharap tulisan ini dapat diterbitkan di rubrik opini [nama media] sebagai bahan renungan bagi pembaca muda Muslim di era teknologi.
Naskah saya lampirkan dalam format .docx.
Apabila diperlukan revisi atau penyesuaian gaya penulisan sesuai pedoman redaksi, saya sangat terbuka untuk melakukannya.
Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.
Semoga tulisan ini dapat berkontribusi bagi khazanah literasi Islam kontemporer.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hormat saya,
Meilisa Rahmanita
Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Min, 9 Nov 2025 pukul 18.00 Meilisa Rahmanita <meilisarahmanita@gmail.com> menulis:
I'jaz Qur'an di era Digital: Dari Kalam Ilahi ke konten ViralPenulis ; Meilisa Rahmanita , Mahasiswa Universitas Islam Sultan Syarif Kasim RiauKemajuaan teknologi digital telah merubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia, baik dari cara berinterksi sesama manusia maupun dengan nilai- nilai spiritual. Generasi yang lahir dan tumbuh bersama internet salah satunya Adalah Generasi Z, generasi ini menjadi saksi bagaimana agama, khususnya Islam menemukan forum baru dalam mengekpresikan penyaluran dakwah. Salah satu yang menarik untuk dibahas Adalah bagaimana kemukjizatan Al-Qur'an (I'jaz Qur'an) mulai hadir dalam format digital, seperti video singkat, konten edukatif, podcast reflektif, hingga unggahan estetik di social media.Namun, muncul pertanyaan penting: apakah digitalisasi benar- benar menumbuhkan pemahaman yang lebih terhadap kemukjizatan Qur'an, atau malah mengubah menjadi tren viral yang kehilangan ruh spiritualnya?. Inilah pertanyaan yang sangat relevan di Tengah arus informasi yang melanda generasi muda saat ini.Secara etimologis, I'jaz Qur'an adalah ketidak mampuan manusia untuk menandingi Al-Qur'an. Dari defenisi ini kita dapat memahami bahwa Qur'an itu Adalah mukjizat yang sholih li kulli zaman wa makan, bukan hanya karna keindahan bahasanya saja tetapi juga karena kebenaran pesan dan pengetahuan yang di kandung didalamnya. Para Mufassir Klasik seperti Al-Baqillani dan Ar-Rafi'I menegaskan bahwa keistimewaan Al-Qur'an terlatak pada struktur bahasanya yang unik, maknanya yang mendalam dan kemampuan dalam menjawab semua permasalahan setiap zaman.Bagi Generasi Z, media sosial bukan hanya sekedar platform hiburan saja, akan tetapi sebagai ruang belajar, berekspresi, dan membentuk pandangan hidup. Misalnya, konten yang menjelaskan hubungan antara ayat tentang penciptaan manusia dengan embriologi modern, atau seperti makna ayat- ayat moral yang dikaitkan dengan Kesehatan mental (self Love). Fenomena ini sangat memberikan wajah baru untuk dakwah Qur'ani. Dengan adanya platform digital jutaan manusia bisa dengan mudah mengetahui serta belajar tentang keindahan dan keagungan Qur'an. Contoh konten yang relevan dengan kehidupan Generasi Z, seperti keresahan, makna hidup serta perjuangan identitas. Ini menjadi pintu masuk untuk memahami mukjizat Al-Qur'an secara kontekstual.Namun, jika mukjizat Ilahi dibungkus dengan logika algoritma dan engagement, maka makna dari Al-Qur'an itu sendiri akan menjadi tereduksi. I'jaz yang seharusnya menggetarkan hati justru menjadi konten estetis yang cepat dilupakan, karena seringkali konten viral memindahkan focus dari "pesan" menjadi "penampilan". Mengutip dari pemikiran M Quraish Shihab, bahaya terbesar dalam memahami Al-Qur'an secara dangkal adalah ketika teks suci itu hanya dijadikan objek sensasi, bukan inspirasi.Selain menghadirkan mukjizat Al-Qur'an dalam bentuk konteks digital, era ini juga memunculkan spiritual instan. Kemunculan Al-Qur'an apps dan visualisasi ayat interaktif menjadi bukti bahwa teknologi dapat memperluas jangkauan mukjizat Al-Qur'an. Namun, kemajuan ini haruslah diimbangi dengan etika digital Qur'ani (cara berinteraksi dengan teks suci secara terhormat, otentik dan ilmiah), peran manusia sebagai pembaca yang ulul albab menjadi kunci untuk menilai mana konteks yang menumbuhkan iman, dan mana yang sekedar hiburan religious.Dalam konteks ini, I'jaz Qur'an seharusnya tidak dipahami semata sebagai bukti ilmiah atau keindahan sastra saja, tetapi juga sebagai energi spiritual dan moral yang membentuk kesadaran sosial generasi muda. Seperti yang dikemukakan sahiron Syamsuddin, bahwa memahami Al-Qur'an berarti menafsirkan pesan Ilahi sesuai konteks zaman tanpa kehilangan ruh ketuhanan, maksudnya adalah Generasi Z perlu berperan bukan hanya sebagai konsumen pasif dari dakwah digital, melainkan sebagai generasi yang menafsirkan, menghidupkan dan mewariskan kembali mukjizat Al-Qur'an dalam bahasa zaman mereka.Generasi Z memiliki keunggulan luar biasa: mereka kreatif, dan akrab dengan teknologi. Namun, mereka juga menghadapi tantangan yang sangat serius, yaitu bagaimana menjaga kedalaman spiritual ditengah banjir informasi. Dalam konteks I'jaz Qur'an, tantangan ini berarti bagaimana mengubah hubungan "pasif" dengan Al-Qur'an (sekedar menonton, menyukai, atau membagikan konten) menjadi hubungan "aktif" (merenungi, memahami, dan mengamalkan pesan-pesannya).Mukjizat Al-Qur'an tidak terletak pada visualnya, melainkan pada dampak yang ditimbulkan terhadap hati dan perilaku. Disinilah pentingnya literasi Qur'an digital sebagai jembatan untuk memahami, memfilter dan mengkontekstualisasikan pesan Al-Qur'an di Tengah arus media.Prof M. Quraish Shihab menegaskan bahwa mukjizat Al-Qur'an tidak hanya terdapat pada Bahasa dan sastranya saja, tetapi juga dalam kemampuan pesannya yang selalu relevan di setiap era. Maka, bagi Generasi Z memahami I'jaz Qur'an berati menggali makna Al-Qur'an dengan Bahasa dan media zaman mereka sendiri tanpa harus kehilangan esensi spiritualnya.KesimpulanI'jaz Qur'an Adalah jembatan antara keabadian wahyu dan dinamika zaman. Di era digital mukjizat itu tidak akan memudar, ia justru menemukan bentuk barunya. Generasi Z memiliki peluang besar untuk menjadi penerus tradisi Qur'an yang kreatif dam modern, namun tetap Kembali kepada nilai- nilai illahi. Namun, tugas mereka bukan hanya membuat Al-Qur'an viral, tetapu membuatnya hidup dalam perilaku, tutur, dan karya. Ketika Generasi Z memadukan kreativitas digital dengan keimanan, maka I'jaz Qur'an akan terus bersinar bukan hanya di layar, tetapi juga di hati dan Tindakan mereka.Akhirnya Mukjizat Qur'an tidak pernah berhenti menunjukkan dirinya, hanya car akita memandangnya yang berubah. Jika generasi sebelumnya menyaksikan mukjizat itu lewat lafaz dan tafsir, maka Generasi Z bisa menemukan mukjizat itu lewat Scroll, click dan reflection selama mereka mau berhenti sejenak, dan benar-benar mendengarkan suara illahi di balik setiap ayatnya.ReferensiAl-Baqillani, A. (n.d.). I'jaz al-Qur'an. Beirut: Dar al-Ma'rifah.Nasr, S. H. (2015). Islam and the Modern World. London: Routledge.Shihab, M. Q. (2002). Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.Shihab, M. Q. (2017). Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'I atas Pelbagai Persoalan Umat. Jakarta: Lentera Hati.Syamsuddin, S. (2017). Hermeneutika al-Qur'an dan Hadis. Yogyakarta: Elsaq Press.
Tidak ada komentar
Posting Komentar