Di tengah berbagai krisis moral yang mewarnai kehidupan modern, mulai dari degradasi etika publik, maraknya intoleransi, hingga perilaku koruptif. Al-Qur'an kembali menjadi rujukan utama umat Islam dalam mencari arah dan makna hidup. Konsep i'jaz al-Qur'an, yang merujuk pada kemukjizatan dan keunggulan Al-Qur'an di luar kemampuan manusia, menjadi landasan untuk memahami mengapa Kitab suci ini tetap berpengaruh dan relevan dari masa ke masa. Keistimewaan tersebut bukan sekadar soal struktur bahasa yang indah, tetapi tentang kekuatan nilai dan prinsip hidup yang ditawarkannya.
Dalam tradisi Islam, i'jaz dipahami sebagai bukti bahwa Al-Qur'an bersumber dari Tuhan dan tidak mungkin disusun oleh manusia biasa. Para ulama menekankan bahwa kemukjizatan ini mencakup keutuhan pesan moral, keselarasan hukum, dan kedalaman makna yang mengungguli literatur manusia. Keistimewaan inilah yang membuat Al-Qur'an tidak hanya dipandang sebagai kitab teologis, tetapi juga sebagai pedoman etis yang memandu masyarakat untuk menjaga integritas dan kemanusiaannya.
Krisis moral yang terjadi pada era modern umumnya berakar pada hilangnya nilai dan orientasi hidup. Manusia menghadapi guncangan identitas, persaingan yang keras, hingga godaan materi yang berlebihan. Dalam situasi ini, Al-Qur'an hadir sebagai "kompas moral" yang menawarkan pencerahan dan keseimbangan. Ajaran tentang kejujuran, tanggung jawab, keadilan, serta larangan menzalimi sesama merupakan prinsip universal yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks. Inilah salah satu bentuk i'jaz yang jarang disadari: bahwa nilai yang diturunkan 14 abad yang lalu tetap hidup dan menyentuh kebutuhan moral manusia modern.
Selain itu, i'jaz juga tampak dalam kemampuan Al-Qur'an menjawab berbagai problem sosial secara fleksibel. Pesan-pesan Al-Qur'an tidak kaku, tetapi bersifat prinsipil sehingga dapat diterapkan lintas zaman. Pemikir kontemporer menegaskan bahwa Al-Qur'an mampu memberi inspirasi perubahan sosial, mulai dari pembebasan kaum tertindas hingga penegakan keadilan struktural. Pesan-pesan ini menjadi semakin relevan ketika masyarakat modern sedang kehilangan figur moral yang dapat menjadi acuan.
Dalam konteks pendidikan karakter, Al-Qur'an mendorong manusia agar membangun akhlak mulia melalui latihan diri, refleksi, dan pembiasaan. Sikap seperti sabar, jujur, amanah, dan rendah hati merupakan fondasi perilaku sosial yang dapat meredam ketegangan dan kepentingan yang bertabrakan. Ketika dunia diwarnai oleh polarisasi, hoaks, dan perilaku tak etis, kehadiran nilai-nilai Qur'ani menjadi jalan keluar yang menawarkan kedamaian dan persatuan.
Pada akhirnya, relevansi i'jaz al-Qur'an di tengah krisis moral bukan sekadar karena ia merupakan kitab wahyu, tetapi karena ia mengandung panduan etis yang bersifat transformatif. Keajaiban Al-Qur'an terletak pada kemampuannya membangun manusia,bukan hanya secara spiritual, tetapi juga secara sosial. Selama nilai-nilai itu terus dihidupkan dalam keluarga, lembaga pendidikan, dan ruang publik, maka Al-Qur'an akan terus menjadi cahaya yang menuntun umat melewati problematika moral zaman apa pun.
Penulis : Dian Andini
Mahasiswa UIN SUSKA RIAU
1 komentar
🔥🔥🔥
Posting Komentar