Al-Qur'an, sebagai teks suci yang diyakini umat Islam bersumber dari wahyu Ilahi, bukan hanya hadir sebagai bacaan ritual, tetapi juga sebagai pedoman etis dan moral yang menuntun arah peradaban manusia. Keistimewaannya yang dikenal sebagai i'jaz al-Qur'an menjadi bukti bahwa Al-Qur'an membawa kekuatan retoris, makna mendalam, serta petunjuk hidup yang tak lekang oleh perubahan zaman. Dalam konteks modern, ketika manusia berhadapan dengan beragam permasalahan kemanusiaan yang semakin diluar nalar, keajaiban Al-Qur'an justru memberikan relevansinya yang baru.
Secara historis, konsep i'jaz ini telah dipahami sebagai ketidakmampuan manusia untuk menandingi dan membuat semisal Al-Qur'an, baik itu dari aspek bahasa, hukum, maupun nilai-nilainya yang universal. Para ulama klasik menegaskan bahwa kemukjizatan Al-Qur'an bukan hanya terletak pada keindahan susunan bahasanya, tetapi juga pada keutuhan pesan moral dan spiritual yang dibawanya.
Namun, tantangan terbesar umat manusia bukan hanya memahami teks, tetapi menerapkannya dalam kehidupan nyata. Krisis kemanusiaan sudah mulai dari konflik, ketidakadilan, hingga kerusakan lingkungan, seringkali terjadi bukan karena manusia tidak mengetahui nilai kebenaran, tetapi karena nilai itu tidak dihidupkan. Al-Qur'an berulang kali menegaskan pentingnya menegakkan keadilan sosial, menjaga hak kaum lemah, serta memperlakukan sesama manusia dengan kasih sayang dan saling menghormati perbedaan. Dalam konteks ini, keajaiban Al-Qur'an tampak pada kemampuannya menawarkan prinsip-prinsip moral yang tetap relevan di tengah perubahan dunia dan zaman.
Jika ditelusuri lebih dalam, pesan-pesan Al-Qur'an tentang kemanusiaan sejatinya selaras dengan kebutuhan universal manusia: kedamaian, martabat, dan keadilan. Hal ini menunjukkan bahwa wahyu bukanlah ajaran yang kaku, melainkan sumber inspirasi yang mampu hidup dalam setiap zaman. Bahkan, sejumlah pemikir kontemporer menyatakan bahwa i'jaz tidak hanya harus dipahami dalam aspek linguistik, tetapi juga dalam kemampuan Al-Qur'an memberi jawaban yang transformatif terhadap persoalan manusia. Dengan demikian, keajaiban Al-Qur'an terletak pada daya hidupnya kemampuannya terus berbicara kepada manusia lintas ruang dan waktu.
Dalam menghadapi tantangan global seperti dehumanisasi digital, krisis ekologis, dan ketimpangan ekonomi, Al-Qur'an dapat menjadi rujukan etis untuk membangun cara pandang baru yang lebih humanis. Seruan Al-Qur'an tentang amanah, keadilan, dan keseimbangan alam bukan sekadar ajaran normatif, tetapi prinsip yang akan menjadi fondasi perubahan sosial. Oleh karena itu, keajaiban Al-Qur'an tidak hanya diukur dari ketidakmampuannya ditandingi manusia, tetapi dari kemampuannya menuntun manusia menjadi lebih manusiawi.
Penulis : Nurhasanah
Mahasiswi UIN SUSKA RIAU
Tidak ada komentar
Posting Komentar