Dakwahpos.com, Bandung – Ilmu pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Melalui ilmu, manusia dapat belajar, membaca, mengamati, dan memperoleh pengalaman yang membantu memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan.
Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Arqom Gedebage menyelenggarakan Tabligh Akbar pada Sabtu (13/9/2025). Kegiatan tersebut menghadirkan penceramah KH. Aang Rahmat Setia Rasa sebagai pembicara utama, dengan isi ceramahnya mengenai pentingnya ilmu pengetahuan.
Dalam ceramahnya, KH. Aang Rahmat Setia Rasa menegaskan bahwa ilmu merupakan warisan paling mulia yang ditinggalkan oleh para Nabi kepada umatnya. "Menuntut ilmu adalah hal yang penting bagi umat Islam sekaligus merupakan bentuk warisan yang Nabi dan para Rasul tinggalkan untuk umatnya," ujarnya.
Dikutip dari berbagai hadits yang menjelaskan bahwa ilmu adalah warisan kenabian yang Allah SWT turunkan kepada para utusan-Nya. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah, warisan yang dimaksud oleh Nabi Zakariya AS dalam Al-Qur'an surat Maryam ayat 5–6 bukanlah warisan harta, melainkan warisan ilmu.
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِن وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا ﴿٥﴾
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا ﴿٦﴾
Artinya: "Sesungguhnya aku mengkhawatrikan anggota keluargaku yang setelahku nanti dan istriku adalah seorang yang tidak punya keturunan, maka berikanlah dari sisi-Mu bagiku seorang anak yang dia akan mewarisiku dan mewarisi Keluarga Nabi Ya'qub AS., dan jadikanlah penerusku ini orang yang Engkau ridai." (QS. Maryam [19]: 5–6)
Menurut Imam Ibnul Qayyim, yang dimaksud warisan dalam ayat tersebut adalah warisan ilmu, bukan harta. Para Nabi tidak meninggalkan emas atau perak, melainkan warisan ilmu, kenabian, dan ilmu untuk berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah.
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan emas maupun perak, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, sungguh ia telah mengambil bagian yang sempurna." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
KH. Aang Rahmat Setia Rasa juga menegaskan pentingnya ilmu sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
"Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, hendaknya dengan ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat, hendaknya dengan ilmu. Maka dari itu, wajib bagi setiap diri kita untuk menuntut ilmu sebagai bentuk syukur karena telah menjadi umat Nabi Muhammad SAW," tegasnya.
Penulis : Yuliana Cahya Ningrum/KPI 3A
Dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Arqom Gedebage menyelenggarakan Tabligh Akbar pada Sabtu (13/9/2025). Kegiatan tersebut menghadirkan penceramah KH. Aang Rahmat Setia Rasa sebagai pembicara utama, dengan isi ceramahnya mengenai pentingnya ilmu pengetahuan.
Dalam ceramahnya, KH. Aang Rahmat Setia Rasa menegaskan bahwa ilmu merupakan warisan paling mulia yang ditinggalkan oleh para Nabi kepada umatnya. "Menuntut ilmu adalah hal yang penting bagi umat Islam sekaligus merupakan bentuk warisan yang Nabi dan para Rasul tinggalkan untuk umatnya," ujarnya.
Dikutip dari berbagai hadits yang menjelaskan bahwa ilmu adalah warisan kenabian yang Allah SWT turunkan kepada para utusan-Nya. Sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah, warisan yang dimaksud oleh Nabi Zakariya AS dalam Al-Qur'an surat Maryam ayat 5–6 bukanlah warisan harta, melainkan warisan ilmu.
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِن وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا ﴿٥﴾
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ ۖ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا ﴿٦﴾
Artinya: "Sesungguhnya aku mengkhawatrikan anggota keluargaku yang setelahku nanti dan istriku adalah seorang yang tidak punya keturunan, maka berikanlah dari sisi-Mu bagiku seorang anak yang dia akan mewarisiku dan mewarisi Keluarga Nabi Ya'qub AS., dan jadikanlah penerusku ini orang yang Engkau ridai." (QS. Maryam [19]: 5–6)
Menurut Imam Ibnul Qayyim, yang dimaksud warisan dalam ayat tersebut adalah warisan ilmu, bukan harta. Para Nabi tidak meninggalkan emas atau perak, melainkan warisan ilmu, kenabian, dan ilmu untuk berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah.
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan emas maupun perak, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, sungguh ia telah mengambil bagian yang sempurna." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
KH. Aang Rahmat Setia Rasa juga menegaskan pentingnya ilmu sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
"Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, hendaknya dengan ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat, hendaknya dengan ilmu. Maka dari itu, wajib bagi setiap diri kita untuk menuntut ilmu sebagai bentuk syukur karena telah menjadi umat Nabi Muhammad SAW," tegasnya.
Penulis : Yuliana Cahya Ningrum/KPI 3A
Tidak ada komentar
Posting Komentar