Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Bahas “Quarter Life Crisis” di Masjid Salman ITB

Dakwahpos.com, Bandung- Masjid Salman ITB menggelar kajian umum yang mengangkat tema "Quarter Life Crisis" bersama Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Ahad (21/09/2025).

Kajian ini dihadiri ratusan mahasiswa umum yang antusias mendalami fenomena krisis seperempat abad yang banyak dialami anak muda.
Dalam pemaparannya, Ustadz Nuzul menjelaskan bahwa memiliki banyak masalah dan berada di tengah krisis justru adalah bagian dari DNA kehidupan.
"Dunia ini tempatnya ujian. Yang ingin hidup tanpa masalah sama saja berharap pindah alam dan itu berarti kematian. Bahkan kematian pun tetap ujian," ujarnya.
Ia menekankan bahwa yang membuat seseorang jatuh dalam krisis bukanlah masalah itu sendiri, melainkan rapuhnya pondasi keimanan dan kurangnya persiapan menghadapi ujian.
"Masalah kita bukan pada lembar ujiannya, tapi pada persiapan sebelum ujian. Pondasi iman yang kokoh akan membuat kita kuat menghadapi situasi apa pun," tambahnya.
Ustadz Nuzul mengingatkan agar generasi muda kembali pada pondasi iman dan ibadah. Dengan pondasi yang kuat, rasa lelah dan tantangan hidup akan menjadi nikmat perjuangan, bukan beban. Ia juga menyoroti pentingnya menjadikan dunia sebagai sarana, bukan tujuan.
"Begitu kita menjadikan dunia sebagai tujuan, kita jadi rapuh. Tapi kalau dunia hanya sarana, kita siap hidup di kondisi apa pun," tuturnya.
Selain itu, beliau menegaskan pentingnya kualitas diri bagi seorang Muslim agar tidak menjadi titik lemah umat. Pendidikan, karier, dan capaian duniawi hanyalah sarana menuju tujuan hidup yang sesungguhnya: mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya.
Mengutip kisah para sahabat Nabi, Ustadz Nuzul menekankan perlunya setiap orang mengambil peran sesuai keahliannya.
"Khalid bin Walid tidak disuruh jadi ahli hadist, tapi tetap jadi ahli perang. Jadi jadilah yang terbaik di bidang kita masing-masing," jelasnya.
Kajian juga membahas bagaimana menghadapi kehilangan orang yang dicintai, pentingnya pandangan jangka panjang dalam menyikapi kegagalan, serta urgensi belajar dari orang yang lebih berpengalaman.
"Dekati senior yang bijak, jangan gengsi untuk belajar. Anak muda punya semangat, orang tua punya kebijaksanaan. Kolaborasi itu penting," katanya.
Di akhir kajian, Ustadz Nuzul mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari harta atau pencapaian dunia, melainkan dari hati yang selaras dengan iman.
"Hidup bukan soal kapan kita mati, tapi bagaimana kita mati. Puncak dari semua pencapaian adalah dicintai Allah. Jangan jadikan makhluk sebagai tujuan utama hidup kita," tutupnya.

Reporter: Fira Nur Syakila Rahman, KPI/3C

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024