Dakwahpos, Bandung - Di tengah cuaca yang tidak bersahabat Masjid Asy-Syiddiq di Manglayang tetap hidup saat ibu-ibu majelis taklim Asy-Syiddiq berkumpul untuk mengikuti ceramah yang disampaikan oleh Umi Aan Hani. Ceramah ini membahas secara mendalam tentang etika pergaulan dan kewajiban menutup aurat dalam Islam, berdasarkan ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an, khususnya Surah An-Nur. Topik ini menjadi pengingat penting bagi para jemaah akan adab yang harus dijaga dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar lingkungan sosial.
Dalam ceramahnya, Umi Aan menjelaskan bahwa aurat terbagi menjadi dua jenis, yaitu aurat berat (mughollodoh) dan aurat ringan (mukhoffafah). "Aurat itu secara umum dibagi dua, ada aurat Mughollodoh, seperti najisnya najis Mughollodoh, yaitu aurat berat, dan yang kedua ada aurat ringan, aurat Mukhoffafah," jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa aurat ringan mencakup bagian tubuh yang biasa dihiasi perhiasan, seperti rambut, leher, tangan, dan kaki hingga mata kaki, sedangkan aurat berat adalah seluruh bagian tubuh lainnya.
Umi Aan juga menyampaikan pandangan para ulama mengenai hukum aurat, khususnya untuk bagian kaki. Ia menjelaskan bahwa menurut mazhab Maliki, Syafi'i, dan Ahmad, telapak kaki wanita termasuk aurat yang tidak boleh terlihat oleh laki-laki yang bukan mahram. Namun, beliau juga menyebutkan fatwa dari Imam Hanafi yang menyatakan bahwa kaki tidak termasuk aurat, dengan alasan untuk memudahkan aktivitas sehari-hari wanita. Beliau menekankan bahwa perempuan juga memiliki kewajiban untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya, sebagai bagian dari etika yang harus dipatuhi.
Ceramah ditutup dengan pesan yang menyentuh hati mengenai pentingnya proses bertahap dalam berhijrah. Ibu Aan Hani mencontohkan kisah pribadi seorang wanita yang bertransisi dari gaya berpakaian yang kurang syar'i hingga kini sepenuhnya berhijab, sebuah proses yang memakan waktu belasan tahun. Beliau berpesan agar para jemaah tidak mencela mereka yang masih dalam proses perbaikan, namun sebaliknya memberikan dukungan, sebab menurutnya beragama itu adalah sebuah perjalanan yang tidak bisa dipaksakan, melainkan harus dilalui dengan keikhlasan dan kesabaran.
Reporter: Asri Siti Syahidah, KPI 3B
Tidak ada komentar
Posting Komentar