Tragedi Kanjuruhan: Salah Polisi, Suporter, Atau Penyelenggara Sepak Bola?


Tanggal 1 oktober lalu tragedi kanjuruhan sempat menjadi sorotan publik, mengingat ada banyak korban berjatuhan sehingga menimbulakan pertanyaan "ulah siapa tragedi ini bisa terjadi?. Banyak pihak yang menyalahkan polisi dalam tragedi ini, kali ini saya akan mengulas dalam berbagai sudut pandang.

Saya rasa ada 3 pihak yang masing-masingnya memberikan sumbangsih keributan dalam tragedi ini. Pertama, para suporter yang belum dewasa dalam menyikapi kekalahan. Rivalitas yang memang sudah biasa terjadi didunia sepak bola seperti halnya Real Madrid dengan Barcelona, Persib Bandung dengan Persija Jakarta, dan Arema Malang dengan Persebaya Surabaya ini seolah belum bisa mendewasakan para suporter hingga menjadi pemicu kericuhan dan dengan terpaksa polisi menembakan gas air mata.

Kedua, polisi yang kurang tepat dalam mengambil tindakan dengan menembakan gas air mata. Seperti dilansir dalam cnnindonesia.com tentang aturan FIFA yang merupakan lembaga tertinggi dalam dunia sepak bola. FIFA dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations pasal 19b. "No fire arms or crowd control gas shall be carried or used [Tidak boleh membawa atau menggunakan senjata api atau gas air mata]," tulis aturan tersebut.

Kemudian ketiga, pihak penyelenggara sepak bola indonesia atau PSSI. PSSI ini kurang memberikan edukasi tentang aturan gas air mata kepada pihak kepolisian yang merupakan penanggung jawab keamanan dalam kejadian tersebut. Hal ini terbukti ketika Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur, Irjen Nico Afinta dalam konferensi persnyap yang menyebutkan penembakan gas air mata ini sudah sesuai prosedur yang berlaku.

Artinya kurangnya sosialisasi PSSI kepada pihak kepolisian. Pada akhirnya semua pihak harus berbenah, karena nyawa tentu lebih berharga ketimbang rivalitas semata. PSSI juga harus segera memperbaiki kembali mengingat sebagai organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia. Sepak bola Indonesia seharusnya terkenal karena prestasinya yang gemilang, bukan tragedi yang malang.
Salam damai sepak bola Indonesia.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023