Tragedi Kanjuruhan, Pelajaran Bagi Suporter


Salah satu permainan di Indonesia yang paling banyak peminatnya adalah sepak bola. Bahkan permainan yang satu ini boleh dibilang yang paling banyak diminati, mengingat di setiap pertandingan yang ada tidak pernah luput dari banyaknya penonton.

 Sepak bola selain menjadi ajang olahraga, juga menjadi ajang hiburan bagi sebagian orang. Salah satu buktinya, banyak ditemukan cewek cowok yang mungkin tidak jago bermain bola namun rela berdesak-desakan ke stadion untuk nonton atau mendukung tim kesayangan.

Sepak bola Indonesia kembali berduka. Ratusan nyawa melayang akibat kerusuhan di pertandingan BRI Liga 1 antara Arema FC VS Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.

Pertandingan Arema melawan Persebaya Surabaya berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Kesal dengan kekalahan Arema, suporter Aremania menyerbu ke lapangan usai peluit panjang ditiup wasit.

Gas air mata dikeluarkan dengan harapan suporter bubar dan menjauhi area keributan, namun naas sekali justru menimbulkan banyak jiwa melayang baik dari pihak kepolisian maupun suporter sepak bola. Tragedi ini menelan 131 korban jiwa. Selain itu, sebanyak 323 orang mengalami luka-luka. Jumlah korban jiwa dalam tragedi ini mencatatkannya sebagai tragedi sepakbola terburuk kedua di dunia. Berada di bawah tragedi Stadion Nacional, Peru yang menelan 328 korban jiwa. Kemudian, di peringkat ketiga adalah tragedi Stadion Accra Sports, Ghana yang menelan 126 korban jiwa.

Ada hal yang salah dalam setting keamanan oleh pihak berwajib yang seharus nya tidak menembakan gas air mata karena Penggunaan gas air mata sudah dilarang oleh FIFA dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations pasal 19b. "No fire arms or crowd control gas shall be carried or used [Tidak boleh membawa atau menggunakan senjata api atau gas air mata]. 

Pelajaran dari kejadian kanjuruhan ini bahwa tidak ada sepak bola yang seharga nyawa, karakter suporter dan pemain harus menjungjung tinggi nilai seportifitas dalam bermain olahraga.

Heru Gunawan, Mahasiswa KPI'3B UIN SGD Bandung


Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024