Lebih baik Indonesia tanpa sepakbola jika nyawa harus menjadi taruhannya. Tragedi Kanjuruhan Malang tewaskan ratusan orang. Hal ini harus diusut bukan hanya sekedar evaluasi saja. Tidak ada pertandingan sepakbola yang seharga nyawa manusia.
Bukan hanya fans sepak bola yang berduka melainkan seluruh rakyat Indonesia. Peristiwa ini jelas merupakan bencana bagi sepak bola kita. Ketika Timnas telah menunjukam kemajuan melalui kerja keras dan proses, disatu sisi ada mental fans yang masih saja egois, mengedepankan gengsi tanpa mau pikir panjang akan sanksi.
Padahal, bukan hanya tim kesayangan anda yang kena kerugian, melainkan keluarga korban yang harus menanggung kesedihan karena menunggu anaknya untuk pulang. Liga yang terancam diberhentikan, Timnas yang terancam dibekukan dan dikena sanksi internasional oleh FIFA.
Apa yang sebenrnya kita fikirkan dan mau sampai kapan kekalahan berujung korban yang kemudian membabi buta di lapangan? Hal ini dikarenakan fanatisme yang berlebihan sehingga menimbulkan kehancuran. Lalu bagaimana regulasi FIFA yang melarang penggunaan gas air mata untuk membubarkan kericuhan?
Kalau belum siap mengadakan laga, jangan tunggu sampai ada korban jiwa baru berbenah. Padahal, diantara banyaknya korban jiwa mungkin ada yang tidak bersalah tapi harus terinjak, sesak, Cuma ingin pulang tapi tidak tahu arah jalan karena tebalnya asap.
Lantas siapa yang bertanggung jawab? Apakah panitia penyelenggara? Pihak kepolisian? Atau bahkan supporter yang barbar?
Turut berduka cita, semoga keluarga korban diberikan ketabahan dan semoga tragedis ini tidak terulang lagi.
Widya Setiawati
Mahasiswi KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar