Jalan raya menjadi jalur utama kendaraan datang atau pergi. Digunakan untuk menyalurkan lalu lintas, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat. Terlepas dari fungsinya, banyak kejadian yang dapat terjadi di jalan raya. Mulai dari mogoknya kendaraan, tabrakan, bahkan arogansi dari pengendara sebagai pengguna jalan raya itu sendiri.
Sering kali di jalan raya kita bertemu dengan pengendara yang arogan. Tak jarang pula pengendara yang arogan itu menyulut emosi pengendara lainnya. Akibatnya, adu mulut bahkan kekerasan dapat terjadi. Tentu hal seperti ini sangat tidak menyenangkan apabila terjadi di jalan raya. Akibat lain yang dapat ditimbulkan adalah kemacetan di jalan raya.
Penyebabnya boleh jadi bertingkat. Faktor pemicu biasanya adalah dari insiden serempetan. Faktor menengah biasanya kemacetan dan suhu panas. Faktor dalam pada umumnya adalah kondisi kepribadian tertentu. Dan yang ekstrem ialah intermittent explosive disorder.
Intermittent explosive disorder merupakan gangguan saat seseorang gagal mengontrol amarahnya dan memiliki dorongan untuk bertindak secara kasar. Hal ini seperti gangguan yang terjadi karena arogansi jabatan yang membentuk rasa superior dibandingkan dengan orang lain. Saat ada masalah, bahkan masalah kecil sekalipun, amarahnya dapat meledak-ledak. Hal ini dapat sangat membahayakan dirinya maupun lingkungan sekitarnya terutama di jalan raya. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini pun akan dapat berujung pada kematian dari kekerasan yang timbul.
Kekerasan di jalan raya juga dipicu ketidakpercayaan antarwarga, warga dengan negara, dan sebaliknya, serta anggapan jalan sebagai area tak bertuan sehingga bebas melakukan apa saja. Bebas melakukan apa saja kian parah karena adanya jabatan, koneksi, dan uang. Achmad Munjid pernah berkata "Orang pikir bisa berbuat apa saja, semaunya, karena sistem hukum yang lemah. Tak heran, jalan raya oleh beberapa orang dianggap sebagai daerah tak bertuan dan bisa melakukan apa saja," katanya saat dihubungi dari Jakarta.
Orang yang mempunyai jabatan, koneksi, dan uang cenderung merasa bisa leluasa berbuat semaunya. Mereka cenderung merasa lebih baik dan superior ketika di jalan karena hukum tidak berfungsi maksimal. Tentu hal ini menjadi keresahan sendiri bagi pengguna jalan yang lain. Akhirnya, pengguna jalan lain sering mengalah dengan barisan motor gede yang melintas dengan atau tanpa pengawalan yang cenderung mengganggu lalu lintas.
Sebuah studi yang dilakukan Profesor Psikologi University of Helsinki's Swedish School of Social Science, Jan-Erik Lonngvist, menunjukkan bahwa pengendara mobil mewah cenderung melanggar rambu-rambu lalu lintas dan bersikap agresif. Kajian ini berdasarkan pada asumsi bahwa kekayaan bisa merusak pola pikir seseorang, membentuk perilaku konsumtif, dan berperilaku tidak etis. Ditambahkan juga orang-orang yang menyukai mobil mewah adalah berkarakteristik narsisme dan ingin menonjolkan status sosial.
Tidak ada komentar
Posting Komentar