Upaya mendekatkan diri kepada Al-Qur'an bukanlah perjalanan yang dibatasi oleh usia. Kegiatan yang terlihat di Masjid Al-Fath Panyileukan pada Rabu (17/09/2025) menjadi bukti nyata bahwa semangat belajar bisa tumbuh di mana saja, bahkan di lingkungan para ibu-ibu yang selama ini seringkali dianggap memiliki keterbatasan dalam mempelajari teori-teori keagamaan. Kegiatan pengajian tahsin yang diselenggarakan oleh DKM Al-Fath menunjukan bagaimana keinginan untuk memperbaiki bacaan Al-Qur'an dapat melampaui berbagai hambatan, baik usia maupun kemampuan teknis.
Program tahsin ini merupakan ruang bagi para ibu-ibu untuk menguatkan kembali hubungan spiritual mereka dengan Allah melalui perbaikan bacaan Al-Qur'an. Mereka tidak hanya mempelajari materi tajwid secara teori, tetapi juga dipandu langsung dalam praktik membaca, sehingga setiap peserta dapat mengetahui kesalahan dan memperbaikinya secara perlahan.
Ustaz Oktaf, pembimbing kegiatan tahsin, menegaskan bahwa lahirnya program ini bermula dari keinginan para ibu-ibu sendiri. "Awalnya kami hanya mengadakan tausiah, tetapi para ibu meminta program yang lebih dekat dengan Al-Qur'an," tuturnya. Permintaan ini menunjukkan perubahan cara pandang masyarakat: mereka tidak lagi hanya ingin mendengar, tetapi ingin benar-benar memahami dan menguasai bacaan Al-Qur'an.
Menariknya, meskipun secara teori para ibu-ibu ini mungkin tidak secepat kalangan muda dalam memahami konsep tajwid, semangat mereka justru menjadi keunggulan yang tak ternilai. "Tidak ada metode khusus," jelas Ustaz Oktaf, "kami hanya menyesuaikan agar mereka bisa memahami dan membaca Al-Qur'an dengan baik." Pendekatan fleksibel seperti inilah yang seharusnya menjadi contoh bagi kegiatan pembelajaran agama di banyak tempat.
Di era digital, pesan yang disampaikan oleh Ustaz Oktaf patut direnungkan lebih jauh: "Belajar bisa di mana saja, dan siapa saja berhak belajar karena menuntut ilmu tak mengenal batas usia." Pernyataan ini relevan bagi generasi mana pun. Teknologi memberikan peluang besar, dan DKM Al-Fath meresponsnya dengan menyediakan kelas tahsin dan tahfidz daring melalui platform seperti Zoom. Dengan demikian, semangat belajar Al-Qur'an bukan lagi terbatas pada ruang masjid saja, melainkan bisa dijangkau oleh siapa pun, bahkan dari rumah.
Kisah para ibu-ibu di Masjid Al-Fath ini seharusnya menjadi inspirasi. Di tengah kesibukan rumah tangga dan usia yang terus bertambah, mereka membuktikan bahwa kecintaan kepada Al-Qur'an bisa menjadi alasan untuk terus berkembang. Jika mereka mampu menunjukkan tekad sebesar ini, maka generasi muda semestinya mampu melakukan lebih.
Pada akhirnya, program tahsin di Al-Fath bukan hanya kegiatan keagamaan semata. Ia adalah pengingat bahwa perjalanan spiritual adalah proses tanpa akhir dan setiap langkah kecil menuju Al-Qur'an selalu berarti.
Reporter: Della Puspita Sari/KPI 3-C
Tidak ada komentar
Posting Komentar