Menyingkap Rahasia Gaya Bahasa Qur’ani yang Menggetarkan Hati


Ada sesuatu yang langsung terasa ketika orang — siapa pun, tua atau muda, paham Arab atau tidak — mendengar bacaan Al-Qur'an: suara itu tampak berbeda, susunan kata-katanya terasa padat, dan ada "getaran" yang sulit dijelaskan. Di balik perasaan itu ada gaya bahasa Qur'ani yang unik: bukan sekadar pilihan kata, melainkan teknik retoris, susunan kalimat, pengulangan, dan irama bunyi yang bekerja bersama untuk menyentuh pikiran dan hati. Artikel ini mengajak pembaca menelusuri beberapa rahasia gaya bahasa Qur'ani dengan bahasa ringan, beberapa contoh sederhana, dan panduan singkat agar kita bisa "membaca" keajaiban itu — bukan hanya memaknai, tapi juga merasakan.


1. Gaya yang singkat tapi padat — kata sedikit, makna banyak

Salah satu ciri menarik adalah kepadatan makna. Ayat-ayat Qur'ani kerap menggunakan sedikit kata untuk menyampaikan gagasan luas. Contoh sederhana: frasa-frasa pembuka yang ringkas namun mengandung ratusan implikasi teologis, etis, dan historis. Kepadatan ini membuat pembaca yang berhenti sejenak akan menemukan lapisan-lapisan makna ketika merenungkan setiap lafaz. Para peneliti bahasa Qur'an Indonesia mencatat bagaimana unsur-unsur kebahasaan tersebut dipilih sedemikian rupa sehingga setiap lafaz berada pada "posisi" makna yang tepat.


2. Peralihan gaya (iltifat) — teknik yang 'membangunkan' perhatian pembaca

Dalam beberapa ayat, Qur'an secara tiba-tiba berganti sudut pandang—dari "kamu" jadi "mereka", dari pernyataan ke seruan — teknik yang disebut iltifat. Peralihan ini bukan kebetulan retoris; ia memaksa pembaca untuk berpindah fokus, merasakan urgensi, atau menyadari tanggung jawab kolektif. Efeknya: pesan terasa hidup dan relevan pada tingkat emosional, bukan hanya kognitif. Kajian lokal tentang stilistika Al-Qur'an menjelaskan peran iltifat dan teknik retoris lain dalam "menggetarkan" pendengar.


3. Irama bunyi dan tajwid — suara yang menambah makna

Banyak orang merasakan Al-Qur'an lebih dari sekadar makna kata — mereka merasakan cara pengucapan, panjang-pendek huruf, pengulangan bunyi, dan jeda. Aturan-aturan tajwid yang selama berabad-abad dipelihara memperkaya dimensi suara ini sehingga bacaan menjadi medium emosional. Studi bahasa menunjukkan bahwa aspek fonologi dan gaya bunyi memberi lapisan makna tersendiri yang tidak dapat dipindahkan sepenuhnya lewat terjemahan.


4. Pengulangan dan pola — menanam gagasan sekaligus estetika

Qur'an sering mengulang kata atau frasa dengan variasi kecil. Pengulangan ini bekerja dua arah: fungsional (menguatkan pesan) dan estetis (membangun ritme). Misalnya, repetisi "fabiayyi alaa'i rabbikumaa tukazzibaan" pada Surah Ar-Rahman menekankan nikmat-nikmat Allah sambil membentuk bentangan irama yang mudah diingat. Pola seperti ini memperkuat hafalan dan menggerakkan perasaan pendengar. Kajian i'jaz di Indonesia menempatkan pola-pola pengulangan ini sebagai bagian inti dari keunikan Qur'ani.


5. Pilihan leksikal yang 'tajam' — satu kata, berlapis makna

Salah satu bukti kecermatan bahasa Qur'ani adalah penggunaan kata-kata yang sangat spesifik—beberapa bahkan hanya muncul sekali dalam teks—yang ditempatkan tepat pada konteksnya. Kajian semantik pada kata-kata tertentu di korpus Al-Qur'an Indonesia memperlihatkan bahwa pemilihan kata bukan kebetulan, melainkan strategi retoris untuk membangun makna berlapis.


6. Mengapa terjemahan sering terasa 'kurang'

Terjemahan tentu penting — ia membuka makna ke pembaca non-Arab — namun banyak nuansa bahasa dan irama hilang saat berpindah bahasa. Kata-kata penegasan seperti inna, struktur susunan kalimat, atau iltifat-iltifat stylistik sering menuntut pembaca yang paham bahasa Arab untuk menyadari efek penuh. Para peneliti di Indonesia berulang kali menekankan pentingnya tafsir yang memahami kaidah kebahasaan untuk menangkap makna penuh.


7. Ragam gaya penulisan — dari prosa berirama hingga saj' Qur'ani

Gaya Qur'ani tidak homogen: ada bagian yang sangat tersusun menyerupai saj' (prosa berirama), ada pula bagian naratif, hukum, dan dialog. Perpaduan gaya inilah yang membuat pembacaan terasa dinamis: satu ayat mengajak berfikir, ayat berikutnya menggugah perasaan. Tradisi kajian di Indonesia kini mengembangkan analisis-analisis stilistika untuk memahami bagaimana ragam gaya ini bekerja.


Akhir Kata: cara sederhana 'mencicipi' gaya Qur'ani

  • Dengarkan bacaan dengan saksama (bukan sekadar membaca terjemahan).

  • Perhatikan pengulangan kata dan perubahan gaya (iltifat).

  • Cobalah bandingkan terjemahan dengan lafaz Arab; cari kata yang diterjemahkan sama tetapi terasa berbeda saat dibaca Arab.

  • Baca tafsir yang memasukkan analisis kebahasaan, bukan hanya penjelasan makna.

Gaya bahasa Qur'ani bukan misteri yang cuma untuk ahli; ia bisa dinikmati semua orang — sekali kita tahu apa yang dicari (irama, pengulangan, pilihan kata), maka "getaran hati" saat mendengar atau membaca Al-Qur'an akan lebih mudah dirasakan. Semoga tulisan singkat ini memberi pintu kecil untuk masuk ke dunia keindahan bahasa Ilahi.


Referensi

Asy'ari, H. 2016. "Keistimewaan Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Qur'an." Nidhomul Haq: Jurnal Pendidikan Dan Kebahasaan (2016). https://e-journal.uac.ac.id/index.php/nidhomulhaq/article/view/5.

Mursyid, A. 2019. "Sisi-sisi Keindahan Bahasa Al-Qur'an." Misykat: Jurnal Krisis Dan Keislaman (2019). https://ejurnal.iiq.ac.id/index.php/misykat/article/view/2252.

Al-Faruq, U., Eka P. Septiyawati, Rosalina C. Safitri, Moh. M. M. Ali, dan Bahrul U. A. F. Yaqin. 2024. "I'jaz al-Qur'an: Menyingkap Kemukjizatan Bahasa, Ilmu Pengetahuan, dan Aspek Ghaib dalam Al-Qur'an." Jurnal Pendidikan Islam 1 (3): 1–14. https://edu.pubmedia.id/index.php/pjpi/article/view/464.

N. Mahrani. 2021. "I'jaz Al-Qur'an dan Relevansinya dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi." Hikmah: Jurnal Studi Keislaman (2021). https://e-jurnal.staisumatera-medan.ac.id/index.php/hikmah/article/view/127.

Idris Siregar, Indah Salsabila, Nafis Hasibuan, dan Nurfadila. 2024. "I'jaz Alquran Menurut Pandangan Ulama Kontemporer." JIS: Journal Islamic Studies 2 (2). https://yptb.org/index.php/jis/article/view/849.

Rahma, N. 2023. "Analisis Semantik Kata al-ma' dalam Al-Qur'an." Jurnal Riset Teknologi Islam (2023). https://www.jurnal.iicet.org/index.php/jrti/article/download/3200/1650.


PENULIS: Muhammad Iqbal, Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir - UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024