Ketika kita membaca Al-Qur'an, seringkali yang kita rasakan adalah kekuatan kata-katanya, keindahan ungkapannya, dan kesan bahwa kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang berbeda dari teks biasa. Tapi mungkin kita tidak selalu menyadari bagaimana dan mengapa bahasa Al-Qur'an terasa unik. Artikel ini akan membawa kita meneliti beberapa "bukti kecil", jejak-jejak linguistik yang sering luput dari perhatian yang menunjukkan keunikan bahasa Qur'ani.
1. Perubahan secara tiba-tiba (iltifat) dalam narasi
Salah satu ciri khas bahasa Qur'ani adalah perubahan mendadak dalam gaya bicara atau dalam sudut pandang yang digunakan, misalnya dari "kamu" ke "mereka", atau dari bentuk tunggal ke jamak yang tidak sekadar variasi bahasa, tetapi memiliki efek retoris yang kuat. Sebagai contoh, dalam surah Al-'Asr terdapat ayat:
وَالْعَصْرِ • إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ • إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Dalam ayat pertama, "الْعَصْرِ" (Demi masa), lalu "إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ" (Sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian). Di titik ini pembicara berbicara secara umum (manusia). Namun kemudian beralih ke "إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ …" (kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh …), di sini bahasa berpindah ke bentuk jamak "mereka". Perubahan ini bukan sekadar tata bahasa, tetapi memberi pesan bahwa kerugian manusia bersifat individual atau masing-masing, melainkan memiliki jalan "keluar" atau sebabnya itu bersifat menyeluruh/kolektif. Maksudnya ialah, kita butuh saling menasihati, inilah contoh kecil "iltifat" yang memberi kedalaman makna.
2. Pilihan kata dan bentuk yang sangat tepat
Bahasa Qur'ani sering memilih kata-kata dengan sangat cermat untuk memastikan makna tersampaikan dengan padat dan tepat. Sebuah contoh terdapat pada Al-Baqarah ayat 23:
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ
Ayat ini memiliki sebuah kalimat tantangan, yakni jika kalian ragu terhadap wahyu yang Kami turunkan, maka buatlah satu surah yang mirip sepertinya. Kata-kata seperti "رَيْبٍ" (keraguan), "نَزَّلْنَا" (Kami turunkan), dan "مِّثْلِهِ" (yang mirip sepertinya). Semuanya terpilih untuk menunjukkan bahwa ini bukan sekadar tantangan meniru isi, tetapi juga gaya dan struktur bahasa. Bahasa Al-Qur'an bukan hanya pesan, tetapi juga arsitektur linguistik yang menantang siapa pun untuk menyamainya, dan sampai saat ini, Masih tidak ada yang mampu menandinginya.
3. Susunan kalimat yang fleksibel tapi bermakna
Bahasa Arab Qur'ani memiliki susunan yang tidak selalu seperti bahasa percakapan biasa, namun setiap perubahan memiliki makna tertentu. Misalnya dalam surah Al-Fatihah:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Kata "al-hamd" (pujian) ditempatkan di awal kalimat, bukan "kami memuji". Penempatan ini memberi penekanan bahwa segala pujian adalah hak Allah sejak awal, bukan karena tindakan manusia.
Contoh lain:
فَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Di sini susunan kalimat berubah menjadi "Maka bagi Allahlah segala pujian". Pergeseran posisi kata ini menekankan bahwa pujian hanya milik Allah secara mutlak. Susunan semacam ini menunjukkan kekayaan ekspresi dan keindahan struktur dalam bahasa Qur'ani.
4. Kesulitan penerjemahan: makna yang tak sepenuhnya bisa dialihkan
Salah satu bukti keunikan bahasa Qur'ani adalah kesulitannya untuk diterjemahkan secara sempurna. Banyak nuansa, ritme, permainan kata, bahkan keindahan suara yang tidak bisa dialihkan sepenuhnya ke bahasa lain.
Misalnya kata "إِنَّ" (inna) yang sering diterjemahkan "sesungguhnya". Dalam bahasa Arab, "inna" bukan sekadar penegasan, ia membawa nuansa emosional dan kontras yang sangat kuat. Maka, meskipun diterjemahkan dengan baik, efeknya dalam bahasa asli tetap tak tergantikan.
5. Konsistensi gaya dan tema dalam waktu yang sangat panjang
Bayangkan mengenai teks yang diwahyukan selama lebih dari 20 tahun, dengan lebih dari 6.000 ayat, mencakup berbagai tema, yakni akidah, hukum, kisah, moral, sejarah, bahkan fenomena alam, tetapi tetap menjaga gaya dan irama bahasa yang konsisten. Ini hal yang sangat luar biasa.
Bahasa manusia biasanya berubah seiring waktu, namun gaya bahasa Al-Qur'an tetap kokoh dari awal hingga akhir. Ia tidak sepenuhnya seperti puisi, juga bukan prosa, melainkan bentuk unik yang berdiri di antara keduanya. Para ahli bahasa Arab menyebut gaya ini saj' Qur'ani, yaitu prosa berirama yang khas dan tidak dapat ditiru.
6. Bukti kecil dalam pilihan kata yang sangat spesifik
Beberapa kata dalam Al-Qur'an muncul hanya sekali atau dalam konteks yang sangat tepat. Contohnya kata "المطففين" (al-Mutaffifin), orang-orang yang curang dalam takaran, kata ini hanya muncul di surah yang memang membahas kecurangan dalam menakar. Hal ini menunjukkan betapa cermat pemilihan katanya. Tidak ada istilah yang dipakai secara sembarangan. setiap kata menempati posisi dan konteks yang pas.
7. Irama dan suara yang memikat pendengar
Selain makna, bahasa Al-Qur'an juga memikat melalui bunyinya. Setiap ayat memiliki ritme tersendiri yang membuat pendengar merasa tersentuh. Ketika dibaca dengan tajwid yang benar, panjang-pendek huruf, pertemuan konsonan, dan pengulangan bunyi menciptakan harmoni tersendiri.
Contohnya seperti surah Ar-Rahman dengan pengulangan ayat:
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Irama dan pengulangan ini membuat ayat mudah diingat sekaligus menegaskan pesan utamanya: manusia sering lupa akan nikmat Tuhannya. Keindahan suara dalam bacaan Al-Qur'an adalah bagian dari i'jaz, memiliki keajaiban yang tak dapat ditiru teks lain.
Akhir Kata
Bahasa Qur'ani bukan sekadar alat penyampaian pesan, tetapi juga mukjizat linguistik. Setiap kata, struktur kalimat, irama suara, dan pilihan diksi memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Ia menantang siapa pun yang mencoba menirunya, bukan hanya karena isinya yang luhur, tetapi karena keindahan dan ketepatan bahasanya yang melampaui kemampuan manusia.
Maka, saat membaca Al-Qur'an, cobalah sesekali berhenti bukan hanya untuk memahami makna, tetapi juga untuk memperhatikan bagaimana ayat itu disusun dan mengapa susunannya seperti itu. Dari situlah kita bisa semakin menyadari bahwa mukjizat Al-Qur'an tidak hanya ada pada isinya, tetapi juga pada bahasanya, bahasa yang menjadi bukti nyata dari kebesaran Allah.
Referensi
Al-Faruqi, Ismail Raji. 2017. Atlas Budaya Islam. Jakarta: Mizan.
Al-Qaththan, Manna Khalil. 2016. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Hidayat, Ahmad. 2019. "Keunikan Bahasa Al-Qur'an dalam Perspektif Linguistik Arab." Jurnal Ushuluddin 27 (2): 145-162.
Maulida, Siti. 2021. "I'jaz Al-Qur'an dalam Aspek Bahasa: Kajian terhadap Fenomena Iltifat." Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir 12 (1): 35-52.
Rahman, Nurdin. 2018. "Kekuatan Bahasa dan Struktur dalam Al-Qur'an: Sebuah Pendekatan Balaghah." Jurnal Tafsir dan Linguistik Qur'ani 6 (1): 77-95.
Suryani, Fitri. 2020. "Seni Retorika dalam Al-Qur'an dan Pengaruhnya terhadap Pemahaman Makna." Jurnal Adabiyyat 8 (2): 201-220.
Yani, Muhammad. 2022. "Keindahan dan Ketepatan Diksi dalam Al-Qur'an: Kajian Stilistika." Jurnal Al-Qalam 29 (1): 33-48.
Penulis: Syahri Al Hafidh, Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Tidak ada komentar
Posting Komentar