Banyak Shalawat, Bukti Cinta pada Nabi
Oleh: Haifa Salsabil Izdihar, KPI/3D – Dakwahpos.com
Sabtu, 29 November 2025
Cinta kepada Rasulullah SAW bukan sekadar ungkapan rasa yang terucap, melainkan harus diwujudkan dalam amalan nyata. Salah satu bentuknya: memperbanyak shalawat.
Dalam Al-Qur'an disebut:
اِÙ†َّ اللّٰÙ‡َ ÙˆَÙ…َÙ„ٰۤÙ‰ِٕÙƒَتَÙ‡ٗ ÙŠُصَÙ„ُّÙˆْÙ†َ عَÙ„َÙ‰ النَّبِÙŠِّۗ ÙŠٰٓاَÙŠُّÙ‡َا الَّذِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا صَÙ„ُّÙˆْا عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ِّÙ…ُÙˆْا تَسْÙ„ِÙŠْÙ…ًا ٥٦
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzâb [33]: 56)
Ayat ini menegaskan bahwa bershalawat bukan hanya ibadah tambahan, melainkan bentuk penghormatan tertinggi kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika seorang hamba melafalkan shalawat, ia turut menghidupkan hubungan spiritual dengan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim)
Kata-kata ini menunjukkan betapa besar keutamaan shalawat: sebuah pintu rahmat, pengampunan dosa, dan kemuliaan di akhirat.
Namun, cinta terhadap Nabi SAW tak cukup berhenti di bibir. Shalawat harus menjadi pemantik semangat untuk meneladani akhlaknya: sabar dalam tantangan, rendah hati dalam keberhasilan, jujur dalam tutur kata, dan setia dalam amanah. Shalawat yang diiringi kesadaran akan menghasilkan perilaku yang mencerminkan karakter Rasulullah SAW.
Memperbanyak shalawat dapat dimulai dari hal sehari-hari: setelah shalat, saat memulai aktivitas, ketika menghadapi tantangan, atau di tengah kesibukan. Setiap lafaz shalawat menjadi pengingat bahwa hidup kita tidak lepas dari teladan Rasulullah SAW — manusia terbaik yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Lebih jauh, shalawat juga menjadi penyejuk hati. Orang yang terbiasa bershalawat cenderung menjaga lisan, menghindari perkataan sia-sia, dan membangun ketenangan batin. Para ulama juga menegaskan bahwa satu dari bukti cinta kepada Nabi SAW adalah menghadiri majelis ilmu, mendengar tausiah, dan kemudian mengamalkan. Dengan demikian, shalawat dan keaktifan dalam majelis ilmu berjalan beriringan sebagai wujud cinta sejati.
Cinta kepada Nabi SAW bukan hanya tampak saat momen memperingati Maulid, namun harus hidup setiap hari. Dengan memperbanyak shalawat, menjaga ibadah, memperkuat akhlak, dan memperbanyak istighfar—kita menapaki jalan cinta yang nyata kepada Rasulullah SAW.
Mari jadikan shalawat sebagai kebiasaan harian, bukan sekadar amalan sesaat. Karena cinta sejati kepada Nabi SAW diwujudkan melalui lisan yang memuji, hati yang rindu, dan amal yang meneladani. Semoga dengan banyak bershalawat, kita termasuk dalam golongan yang mendapatkan syafa'at beliau di hari akhir.
Tidak ada komentar
Posting Komentar