Ustaz Amin Saefulloh Muchtar Tekankan Kehati-hatian dalam Mengamalkan Hadis Dhaif Saat Berdoa pada Pengajian Ahad di Masjid Al-Ittihad, Jalan Kopo, Bandung




Dakwahpos.com, Bandung — Suasana Masjid Al-Ittihad di kawasan Kopo, Bandung, Ahad pagi (5/10), terasa khusyuk ketika Ustaz Amin Saefulloh Muchtar memimpin kajian bertema "Batasan dan Dhawabith Pengamalan Hadis Dhaif dalam Berdoa." Kajian yang dihadiri puluhan jamaah ini dikemas secara interaktif, dengan sesi tanya jawab yang hidup antara ustaz dan jamaah.

Dalam pembukaannya, Ustaz Amin menegaskan pentingnya berdoa sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan hadis sahih. Ia membacakan firman Allah dalam QS. Ghafir ayat 60 yang menyeru umat untuk berdoa dengan penuh ketundukan.

"Allah sudah berjanji, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan,' tetapi jangan lupa, doa yang dikabulkan itu juga harus datang dari hati yang yakin," ujar Ustaz Amin sembari mengutip hadis riwayat At-Tirmidzi tentang larangan berdoa dengan hati yang lalai.

Salah seorang jamaah kemudian bertanya, apakah boleh menggunakan doa yang bersumber dari hadis dhaif (lemah)?

Menjawab pertanyaan tersebut, Ustaz Amin menjelaskan dengan hati-hati.

"Hadis dhaif memang tidak boleh dijadikan landasan hukum atau akidah," jelasnya, "namun dalam perkara fadha'il a'mal — termasuk doa — para ulama masih memberikan kelonggaran, selama isi doanya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadis sahih."

Ia kemudian menambahkan bahwa redaksi doa dari hadis dhaif bisa digunakan sebagai bentuk iqtibas atau pengambilan inspirasi doa, asalkan tidak mengandung makna yang bertentangan dengan ajaran pokok Islam.

Jamaah lain sempat menimpali, "Berarti kita tetap boleh berdoa dengan redaksi hadis dhaif, asal yakin dan tidak menyalahi syariat, ya Ustaz?"

Ustaz Amin menjawab,

"Betul sekali. Intinya bukan pada status dhaif-nya semata, tetapi pada kesesuaian isi doa itu dengan nilai Al-Qur'an dan Sunnah. Kalau isinya baik, memohon ampun, atau meminta kebaikan dunia-akhirat, tidak masalah diamalkan."

Dalam penjelasannya, Ustaz Amin juga mengutip kaidah ushuliyyah "Dzikiru ba'dhi afradi al-'am la yukhassishuhu" yang berarti "menyebut sebagian dari yang umum tidaklah mengkhususkannya." Kaidah ini, menurutnya, menjadi dasar bahwa doa-doa yang bersifat umum boleh diambil selama tidak mengandung kekeliruan makna.

Menutup kajian, Ustaz Amin mengingatkan jamaah untuk memperbanyak doa dengan keyakinan penuh kepada Allah.

"Kalau kita berdoa dengan sungguh-sungguh, yakin akan dikabulkan, maka Allah pasti memberikan yang terbaik — entah doa itu dikabulkan, disimpan untuk akhirat, atau dijadikan penghalang bagi keburukan," ujarnya mengutip hadis riwayat Ahmad.

Kajian yang berlangsung hampir dua jam itu ditutup dengan doa bersama, diikuti suasana hangat dan penuh semangat dari para jamaah yang merasa mendapatkan pemahaman baru tentang kehati-hatian dalam mengamalkan hadis dhaif.

Reporter : Hadian Filah Akbar, KPI/3B

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024