Dakwahpos.com, Bandung- Maulid Nabi Muhammad saw bukan hanya peringatan tahunan biasa, tetapi di dalamnya terdapat momen reflektif untuk meneladani sosok manusia agung yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Di berbagai daerah, tradisi peringatan Maulid Nabi telah menjadi bagian dari budaya umat Islam, khususnya di Indonesia. Dalam suasana yang penuh berkah, masyarakat saling berbagi makanan, mempererat silaturahmi, dan menghidupkan masjid dengan lantunan sholawat serta mengkaji sejarah kelahiran dan perjuangan Nabi Muhammad saw.
Dikutip dari ceramah ustaz Asep dalam acara peringatan maulid Nabi Muhammad saw di Masjid Al-Jihad Cibiru, berikut beberapa poin penting terkait tradisi dan substansi peringatan maulid Nabi:
1. Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW
Dalam peringatan Maulid, kita sering melihat banyak sekali hidangan, mulai dari nasi uduk, gulai kambing, hingga aneka kue tradisional. Semua itu bukan sekadar makan besar, melainkan simbol kebersamaan dan juga rasa syukur. Tradisi ini menjadi ajang memperkuat ukhuwah sesama, silaturahmi, dan yang paling penting adalah menghidupkan kembali semangat cinta kepada Nabi Muhammad saw.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat [49]:13,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal."
Semangat saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan inilah yang harus tampak nyata dalam tradisi maulid.
2. Substansi Maulid Nabi Muhammad SAW
Di balik antusias dan kemeriahan tradisi, substansi Maulid Nabi yang sebenarnya adalah bagaimana kita mengenal, mencintai, dan meneladani Rasulullah saw. Isi maulid biasanya membahas sejarah kelahiran, perjuangan, dan keteladanan beliau. Nabi Muhammad saw merupakan uswah hasanah (suri teladan) yang sempurna dalam setiap aspek kehidupan kita.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab [33]:21,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
Memperingati Maulid bukan hanya tentang kemeriahan, tetapi meneguhkan kembali cinta kepada beliau, bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan beliau dalam kehidupan kita sehari-hari.
3. Perbedaan Maulid, Maulud, dan Milad
Maulid, Maulud, dan Milad, 3 kata ini sering dianggap sepagai persamaan kata (taroduf), padahal masing-masing memiliki arti yang berbeda. Dalam bahasa Arab, "Maulid" berarti waktu kelahiran, "Maulud" berarti bayi yang dilahirkan, sedangkan "Milad" berarti ulang tahun. Semua orang punya maulid, tetapi ketika disebut Maulid Nabi Muhammad SAW, maka itu merujuk pada waktu kelahiran beliau, yaitu 12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi, bertepatan dengan hari Senin.
Sementara kata "milad" cenderung lebih umum digunakan dalam konteks hari ulang tahun, seperti yaumul milad (hari kelahiran). Maka, istilah "maulid" memiliki arti spiritual tersendiri, dikarenakan bukan hanya mengingat tanggal lahir, tetapi juga memahami kelahiran cahaya sebagai petunjuk bagi alam semesta.
4. Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Apakah boleh memperingati Maulid Nabi?
dalam menjawab pertanyaan ini, ada dua pandangan ulama tentang peringatan Maulid Nabi. Sebagian membolehkan, seperti halnya dalam kitab "Syarah shohih Bukhori", memperingati maulid Nabi diperbolehkan karena di dalamnya terdapat kebaikan seperti salawat, berbagi, silaturrahmi, dan mengkaji sirah Nabi. Sedangkan sebagian yang lain menganggapnya bid'ah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, ketika peringatan maulid diisi dengan hal-hal yang baik dan tidak bertentangan dengan syariat, maka ia menjadi bentuk cinta dan penghormatan kepada Rasulullah.
Sebagaimana disebutkan dalam QS. Yunus [10]:58,
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
"Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira."
Dalam kitab "Fahrur Rozi", yang dimaksud dengan rahmat Allah adalah kelahiran Nabi Muhammad saw sebagai rahmat bagi seluruh alam. Maka bergembira dalam memperingati kelahiran beliau merupakan ungkapan syukur yang mendalam.
5. Keistimewaan Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Kelahiran Rasulullah SAW bukanlah kelahiran biasa. Ibunda Aminah merasakan tanda-tanda keagungan sejak mengandungnya. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa dunia bersinar terang ketika beliau lahir. Nama "Muhammad" sendiri memiliki arti "yang banyak dipuji", seakan menjadi isyarat bahwa beliau akan diagungkan baik di langit maupun di bumi.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anbiya [21]:107,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
"Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam."
Kelahiran Nabi adalah awal dari hadirnya rahmat Allah di muka bumi. Maka, wajar jika seluruh makhluk bergembira, mulai dari manusia, jin, bahkan burung-burung pun disebut turut bersuka cita ketika malam kelahirannya.
Maulid bukan hanya soal perayaan, melainkan pengingat yang mendalam agar kita meneladani akhlak Rasulullah dalam segala aspek kehidupan. Semoga bukan hanya tradisi, tetapi substansi dari setiap peringatan Maulid juga
menjadikan hati kita semakin dekat dengan Allah dan rasul-Nya.
Penulis: Muhammad Naufal Fathoni, KPI/3A
Tidak ada komentar
Posting Komentar