Janji Surga bagi Si Istiqamah

Bandung - Salah satu hakikat iman yang menjadi dasar amal seorang muslim adalah keyakinan bahwa Allah Swt adalah pencipta seluruh alam semesta, dan Dialah yang menetapkan hukum serta pedoman hidup manusia melalui Rasul-Nya. Keyakinan ini merupakan inti dari tauhid, yaitu pengakuan bahwa seluruh kehidupan bersumber dari Allah dan harus kembali kepada aturan-Nya. Pemahaman ini sebenarnya mudah diterima oleh akal dan hati manusia, akan tetapi tantangan terbesar bukan pada memahami ajaran ini, tetapi pada bagaimana seorang muslim mampu beramal dengan jujur, teguh, dan konsisten tetap berpegang pada keimanan dalam setiap keadaan.


Dalam hal ini, Rasulullah hadir sebagai teladan yang paling sempurna. Tidak hanya sebagai penyampai wahyu Allah, tetapi beliau juga menjadi contoh nyata bagaimana iman diterjemahkan dalam tindakan. Melalui kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan keteguhan beliau dalam menghadapi ujian, Rasulullah menunjukkan makna sejati dari istiqamah, yaitu tetap berada di jalan Allah tanpa goyah, meskipun dihadapkan pada berbagai cobaan. Cinta kepada beliau mendorong umat untuk meneladani akhlak dan keteguhannya, karena di dalam sikap itulah terletak keindahan iman yang hidup.

Nilai istiqamah yang diajarkan Rasulullah sejalan dengan firman Allah Swt dalam surat Fussilat ayat 30

 

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

 

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: 'Tuhan kami adalah Allah', kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.'" (QS. Fussilat: 30)


Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa orang yang menetapkan Allah sebagai Tuhannya, lalu istiqamah dalam menjalankan perintah-Nya, akan mendapatkan ketenangan hati dan jaminan kebahagiaan di akhirat. Malaikat turun untuk meneguhkan hati mereka, memberikan kabar gembira, dan menenangkan jiwa mereka agar tidak takut atau bersedih.


Dengan demikian, meneladani Rasulullah berarti meneladani semangat istiqamah itu sendiri menjadikan iman sebagai landasan amal, melaksanakan ajaran Allah dengan konsisten, serta tetap teguh dalam kebaikan meskipun menghadapi ujian. Cinta kepada Rasulullah bukan hanya ungkapan lisan, tetapi harus tampak dalam sikap hidup yang berpegang pada nilai-nilai kebenaran yang beliau ajarkan.

 

Penulis: Chalilla Salsabila, KPI/3A

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024