Haibah Aisah Nursolihah KPI3B





Oleh Haibah Aisah Nursolihah
Sepak bola merupakan permainan populer yang disukai oleh setiap kalangan; muda, tua, laki-laki dan perempuan. Tak heran dalam pertandingan Arema Vs Persebaya yang dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2022 di Malang, Stadiun Kanjurahan sebagai tempat bertanding diramaikan oleh dua kubu suporter. Tentu saja mereka berlomba-lomba untuk menyemangati club kecintaannya masing-masing.
Pada menit terakhir babak kedua, salah seorang suporter Aremania merasa tidak puas dengan hasil 2-3 dengan skor kemenangan berpihak pada Persebaya. Ketidakpuasan tersebut membuat emosinya tidak terkontrol, ia nekad masuk kelapangan sebagai tanda protes. Aksinya tersebut tanpa sengaja menarik perhatian Aremania lainnya, membuat lapangan hijau bergaris putih itu dipenuhi oleh pendukung dari tim yang skornya tidak unggul.
Kondisi di Stadion Kanjuruhan menjadi ricuh. Tim polisi yang sedang mengawasi pertandingan kewalahan, sebagai  upaya menertibkan keadaan beberapa polisi menyemburkan gas air mata kepada Aremania baik yang memenuhi lapangan maupun yang berada di podium penonton. Gas tersebut membuat semua orang yang menghirupnya kesulitan untuk bernapas, mereka berhamburan mencari jalan keluar dari stadion.
Tidak semua Aremania berhasil keluar dari kondisi yang menyesakkan tersebut. 180 Aremania harus melepaskan nyawa dalam kesesakkan, proses peregangan nyawa diantara mereka berbeda; ada yang terhimpit, jatuh tersungkur, dan terinjak-injak.
180 merupakan angka yang tinggi untuk jumlah korban jiwa. Hemat saya, permerintah perlu ikut serta dalam menangani kasus ini, bukan sekedar menentukan siapa tersangka yang menyemburkan gas air mata namun juga mesti memberikan solusi bagi keluarga yang berduka atas meninggalnya orang-orang tersayang.
Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024