Karantina Tidak Mudah, Mari Berempati

Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak bisa hidup sendiri. Itu artinya bahwa manusia membutuhkan bantuan orang lain melalui proses interaksi atau hubungan timbal balik. Dengan begitu, ia akan membentuk suatu kelompok-kelompok sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan hidupnya.

Hal itulah yang menjadikan sosialisasi sangat penting bagi manusia. Meskipun ada beberapa orang yang menutup diri dari dunia luar dan cenderung memilih untuk menghindari keramaian yang membuat dirinya merasa lebih nyaman. Akan tetapi, sebuah riset menunjukkan ketika seseorang mengalami isolasi sosial dalam waktu 10 jam saja tanpa kontak sosial dengan orang lain, hal tersebut justru akan menimbulkan masalah pada kesehatan mentalnya.

Di tengah pandemi covid-19 yang belum kunjung usai, pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk membatasi interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, karantina mandiri di pilih sebagai salah satu strategi untuk memutus rantai penyebaran covid-19.

Pada awalnya karantina hanya berlaku bagi pelaku perjalanan internasional yang kemungkinan besar dapat menyebarkan virus covid-19 dari negara asalnya. Termasuk juga bagi seseorang yang sudah terkonfirmasi positif covid-19 ataupun yang telah melakukan kontak erat dengan orang yang terjangkit covid-19. Langkah tersebut tak jarang membuat seseorang merasa tertekan sehingga bisa menyebabkan stress yang pada akhirnya menimbulkan masalah pada kondisi psikologi orang tersebut.

Perasaan bosan atau frustasi menjadi faktor utama seseorang mengalami stressor. Hal ini tidak lain dipengaruhi oleh kurangnya kontak sosial dengan orang lain di tambah dengan bermunculan stigma di tengah masyarakat yang menyebutkan bahwa orang yang menjalani karantina tidak akan di libatkan dengan kegiatan sosial dan akan dijauhi dari lingkungan masyarakat, juga akan memperburuk kondisi psikologinya.

Bukan hal yang mudah bagi seseorang yang menjalani karantina untuk bisa bertahan di tengah kondisi psikologi yang kurang baik. Dukungan dari orang sekitar sangat diperlukan untuk mengembalikan citra positif mereka di tengah stigma negatif yang bermunculan, salah satunya melalui bentuk rasa empati.

Empati sebagai bentuk kepedulian dimana ia mampu merasakan apa yang sedang di rasakan oleh orang lain. Sebagai bentuk membangun rasa berempati terhadap seseorang yang menjalani karantina, salah satunya dengan menghindari ucapan yang dapat menyudutkan mereka, ucapkanlah kata-kata positif yang bisa membangkitkan semangat mereka kembali. Tunjukkan bahwa kita bisa mengerti posisi mereka dengan memberikan dukungan kepadanya serta meyakinkan bahwa mereka bisa melewati kondisi ini dengan baik.

Oleh karena itu, mari kita tumbuhkan rasa empati terhadap mereka yang sedang melewati masa karantina. Karantina yang menurut kita di anggap sebagai langkah yang efektif dan mudah untuk di lalui justru hal tersebut sangat sulit bagi mereka.

 

Nisa Fadhilah

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023