Manusia Tidak Berlaku Sebagaimana Dirinya



Identitas Buku
Judul Buku : Iblis Tidak butuh Pengikut
Pengarang : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Bentang Pustaka
Distributor : Mizan
Tahun Terbit : 2017, Cetakan 1
Tebal Buku : 349 halaman
Harga : Rp60.000,-

Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Memiliki kuasa untuk menentukan bagaimana dirinya berlaku di muka bumi. Sebab, manusia yang sangat baik bisa melebihi tingkatan malaikat. Sedangkan manusia yang sangat buruk maka bisa melebihi iblis. Kebaikan dan kebiadan yang dilakukan manusia sangat beraneka. Namun, lebih banyak keburukan yang dilakukan oleh manusia.
Bumi sudah tak lagi utuh berkat tangan manusia yang serakah. Tanah, air, udara sudah tak lagi bisa dinikmati seperti dahulu. Sekarang gunung di gusur untuk dijadikan jalan tol, lautan di taburi racun agar ikan bisa ditangkap dengan mudah tanpa memikirkan bahwa ekosistem di laut pasti sangat terganggu bahkan bisa jadi ekosistemnya rusak, kemudian udara yang kita hirup tak lagi sesegar dulu karena pabrik-pabrik yang berjejer dimana-mana. Ah, manusia memang sangat serakah terhadap keindahan alam ini.
Kebrutalan manusia pun tidak hanya pada semesta saja. Manusia menerkam manusia lain adalah fenomena yang terjadi saat ini. Korupsi, nepotimse dan kolusi di bumi sudah tak ayal lagi terjadi. Meraka -yang korupsi- tak memikirkan nasib manusia lain. Dan ini sudah menghilangkan sifat manusia yang seharusnya saling membantu. Sebab, bukankah Tuhan kita mengajarkan demikian ? Ah iya saya lupa, manusia saat ini sudah berbeda. Mereka sengaja melupakan kesengsaraan orang lain hanya demi kebahagiaan dirinya.
Pembunuhan yang dilatar belakangi katanya jihad menjadi gaung sekali ditelinga kita. Mereka dicekoki banyak pemahaman yang katanya membela gama akan mendapatkan syurga menjadi sangat diminati oleh banyak kalangan, sehingga tak heran jika saat ini banyak terjadi pembunuhan dengan motif jihad dengan cara bom bunuh diri. Lagi-lagi saya geleng-geleng mendengar berita bom bunuh diri yang marak terjadi belakangan ini. Tidakkah manusia berfikir bahwa menyelamatkan nyawa manusia lain adalah sebuah kebaikan yang bernilai ibadah sangat tinggi. Ah iya saya lupa bahwa manusia saat ini sudah tak lagi memiliki hati nurani. Hanya segelintir saja yang meiliki hati nurani, mungkin itu pun.
Manusia banyak yang enggan menerima perbedaan, sehingga perbedaan menjadi pemicu kekacauan ummat manusia sering kali terjadi. Padahal mereka yang cenderung tidak terbuka pada gagasan dan menutup diri pada pandangan yang berbeda seringkali disebut Fundamentalis. Jadi kecuali orang yang pernah mengalamai cedera otak itu tidak fundamnetalis. Dan pada saat manusia sudah menjadi fundamentalis, mereka akan dengan udahnya dicekoki pemahaman-pemahaman islam radikal yang katanya Religius dan membela gama Islam. Yah begtulah fenomena yang saat ini terjadi di negara kita yang tercinta ini.
Maka menjadi snagat penting bagi kita untuk menyimak nasihat dan pesan-pesan yang seringkali disamarkan bagi mereka yang ingin memahaminya lebih dalam lagi. Semua produk akibat pasti memiliki sebeb. Setiap kali saya[ kupu-kupu di satu tempat akan menghasilkan badai dahsyat ditempat lain. Semua hal didunia pada dasarnya saling berhubungan dan saling memengaruhi. Dan alam sanggup mendaur ulang kehidupan di bumi semudah mereset tombol pada komputer.
Cak Nun atau yang akrab ditelingan saya -selaku kalangan muda- adalah Mbah Nun bagaikan lautan ilmu yang harus saya arungi dengan lebih dalam lagi. Banyak sekali pemahaman yang terlupakan oleh kebanyakan orang lalu dijelaskan dengan simple dan mengena oleh Mbah Nun. Banyak nasehat-nasehat yang dipaparkan Mbah Nun dengan sangat apik. Sehingga tak ayal jika karrya-karya beliau digemari oleh banyak orang, mulai dari kalangan mahasiswa hingga dewasa ikut serta menyelami nasehat dan pesan-pesan yang dipaparkannya. 
Menurut Mbah Nun, kaum Muslim hari-hari ini sedang asyik-asyiknya menikmati permusuhan diantara mereka. Salah satu produk adu domba program strategis adalah Takkim global. Takkim adalah membelokan hakikat kebenaran. Islam dan Indonesia, khususnya Jawa, adalah barang mainan yang paling menyenangkan para "Takkimun". 
Kaum muslim saat ini sangat rakus melahap permusuhan maknyus diantara mereka. Sebab, sang Takkim sudah membekali mereka selama berabad-abad dengan satuan-satuan ilmu, metodologi dan stategi mendangkalkan pandangan mereka tentang Islam, Al-Qur'an dan nabi mereka, Muhammad SAW.
Islam dan Nusantara dilarang bangkit. Jangan sampai kebesarannya disadari oleh orang-orangnya. Jangan sampai bangsa penghuninya terbangun dari tidur lelapnya. Jangan ada di antara mereka yang mulai bertanya "Ah, mosok begini ini Islam. Ah, yang begini bukan bangsa Indonesia. Bukan NKRI. Bahkan, bukan Negara."
Selain itu dalam buku ini Mbah Nun memaparkan bahwa tak usah dikafir-kafirkan pun kita sudah lama pandai dan terbiasa untuk terpeleset jadi kafir. Sebab kafir kita ini banyak, muslim kita pun belum tentu semua, kalau ada yang mengkafir-kafirkan kita, malah kita akan mendapatkan tiga macam kerugian. Sebab kegiatan mengkafir-kafirkan bukanlah kegiatan nahi mungkar. Orang yang pandai mengakfir-kafirkan sudah mengambil hak prerogatif Allah. Sebab yang memiliki hak untuk mengkafirkan adalah hanya Allah SWT.
Buku seri Daur ini merupakan catatan hariannya yang ditulis sepanjang tahun 2016 dengan tujuan untuk mengajak kita melakukan dekonstruksi pemahaman nilai, pola komunikasi, metode perhubungan kultural, pendidikan cara berfikir, serta sebagai upaya untuk solusi masalah masyarakat. 
Dan buku ini merupakan kritik sosial yang dikemas dalam bentuk nasehat-nasehat dan pesan-pesan yang sangat bijak. Dengan bahasa yang mudah dipahami dan memadukan istilah jawa didalamnya. Buku ini bisa dibaca oleh kalangan remaja namun memerlukan pemahaman yang cukup lama, sebab cerita-cerita didalamnya sangat sarat. Namun cocok sekali menjadi buku bacaan bagi mahasiwa yang deang semangat-semangatnya berdiskusi, dan juga kalangan dewasa sebab isinya yang sangat enak untuk dinikmati. Banyak pemahaman-pemahaman yang sangat sepele namun berpengaruh besar dipaparkan Mbah Nun didalam buku ini.


Oleh : Indriyani
Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
081220577005
Jl. Kampung Cisalatri No. 64 Rt/Rw 04/05 Cibiru Cipadung Kota Bandung Jawa Barat

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024