Resensi Buku: The End of Saritem


Judul Resensi : Pemberantasan Saritem
Penulis : Drs. Pitoto, M. IKom
Penerbit : Simbiosa Rekatama Media
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 192 Hal
Harga Buku : Rp. 50.000
Keberadaan lokalisasi Saritem yang telah berlangsung sekitar dua abad ini, pada awal pemerintahan Wali Kota Bandung Dada Rosada mulai diusik masyarakat khususnya organisasi massa Islam di Kota Bandung.
Sebelumnya desakan masyarakat kepada pemerintah Kota Bandung untuk menutup Saritem, mulai terasa kuat pada tahun 2000 pada masa pemerintahan Wali Kota Aa Tarmana.
Dalam waktu cukup singkat, Wali Kota Bandung Dada Rosada melakukan komunikasi politik dengan jajaran birokrasinya, anggota DPRD Kota Bandung, tokoh ormas Islam di Kota Bandung untuk merealisasikan janjinya menutup lokalisasi Saritem. Pesan politik yang dikomunikakan wali kota cukup singkat, yakni lokalisasi Saritem harus ditutup pada tanggal 18 April 2007 karena sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat.
Upaya pembinaan lokalisasi Saritem ternyata belum memuaskan masyarakat Kota Bandung. Eskalasi tuntutan meningkat dari desakan untuk menertibkan  menjadi tuntutan agar lokalisasi Saritem ditutup secara permanen.
Inilah yang hendak di gambarkan oleh buku The End Of Saritem karya  Drs. Pitoto, M. IKom yang lahir di Sidoarjo 15 September 1966. Kini sedang menyelesaikan studi Program Doktor Ilmu Komunikasi di Universitas Padjajaran Bandung, setelah pada tahun 2011 menyelesaikan Magister Ilmu Komunikasi Politik di Universitas Padjajaran, dan pada tahun 1988 meraih gelar Sarjana di Fakultas Sastra Jurusan Sekarang universitas Jember, Jawa Timur.
Buku ini berbeda dengan buku Studi Komunikasi Politik yang lainnya, karena buku ini terdapat lampiran interview langsung  penulis dengan Wali Kota Bandung Dada Rosada, anggota DPRD dan tokoh ormas Islam di Bandung.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana Komunikasi Politik Wali Kota Bandung Dada Rosada kepada masyarakat di Saritem, mucikari, PSK dan organisasi massa Islam serta masyarakat di luar Saritem sehingga penutupan berjalan lancar. Inilah hal yang menarik penulis buku ini untuk melakukan penelitian dan menghasilkan buku dengan judul THE END OF SARITEM, Study Komunikasi Politik.
Awal Lokasisi Saritem
Buku ini menjelaskan bagaimana awal mula lahirnya lokasi saritem. Lokasi saritem ini ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Karena di Jawa dulu banyak berdiri kerajaan, sehingga tugas raja pada saat itu adalah menetapkan hukum dan menegakkan keadilan dan semua orang harus mematuhunya. Karena kekuasaan raja tak tebatas, daerah yang menjadi wilayahnya diwajibkan membayar upeti kepada raja, misalnya dengan memberikan selir(putri bangsawan) sebagai tanda kesetiaan.
Pada masa Kolonial Belanda, dimana kekuasaan raja mulai berkurang dan digantikan oleh Belanda, terjadi perubahan pola pemberdayaan perempuan, yang semula dikirim ke raja dijadikan selir, menjasi wanita-wanita pelacur yang berada di suatu tempat, yaitu Saritem.
Saritem ini berlokasi di pulau Jawa. Dulu, pada awalnya di daerah tersebut telah terjadi pertumbuhan industri gula, pendirian perkebunan, pembangunan jalan raya dan jalur kereta api yang telah merangsang terjadinya migrasi tenaga kerja laki-laki secara besar-besaran.
Sebagian besar dari pekerja adalah bujangan yang menciptakan permintaan terhadap prostitusi. Namun tidak hanya timbul kegiatan prostitusi saja, tapi juga pembangunan tempat-tempat penginapan yang meningkat.
The end of Saritem
Dada Rosada memerintahkan melalui Camat Andir agar merobohkan rumahnya yang sudah diberi kompensasi dalam bentuk pembelian rumah bordil dengan harga pasaran yang berlaku saat itu. Kesepakatan antara pemerintah Kota Bandung pun terjadi. Para mucikari yang memiliki rumah bordil sanggup untuk meninggalkan lokalisasi Saritem. Dana dialokasikan untuk pembelian rumah sebesar Rp. 25 miliar Untuk 25 rumah.
PSK yang berada di Saritem pun sudah memahami kebijakan wali kota sehingga sebelum lokalisasi Saritem disegel khususnya di rumah yang sudah dibebaskan oleh pemerintah kota Bandung baik germo maupun PSK sudah tidak lagi beroperasi di tempatnya. Sebagian pulang ke kampung halaman, sebagian pindah tempat.
Penutupan lokalisasi Saritem pada 18 April 2007, menjadi fenomena historis bagi Wali Kota Bandung Dada Rosada. Kebijakan Dada Rosada ini menjadi kebijakan yang monumental karena dari beberapa lokalisasi PSK yang dibangun oleh kolonial Belanda baru Saritem yang secara resmi ditutup. Lokalisasi PSK lainnya masih bertahan di tengah masyarakat yang terus menuntut untuk ditutup.
Buku ini menjelaskan bahwa menutup lokalisasi Saritem ini memperkuat anggapan bahwa lokalisasi Saritem sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. Selain itu tempat PSK yang terlokalisasi sudah selayaknya ditutup secara sah dan dilakukan pengawasan. Bahkan Dada Rosada mengatakan bahwa lokasi Saritem akan dijadikan sebagai tempat rumah bersama Ormas Islam.
Cara penulisan buku ini, dari segi pengorganisasian materi dan alur penjelasannya yang lebih apik karena menggunakan poin-poin sehingga jelas pembagian struktur jaringan yang dibahas dan kalimatnya pun cukup mudah dimengerti.
Selain memotret perjalanan Saritem, buku ini juga bermanfaat dan memotivasi pembaca akan pentingnya pendidikan moral dan akhlak, serta menginspirasi setiap keluarga untuk selalu berupaya makmur secara sosial dan ekonomi. Karena bagaimanapun juga keberhasilan penyelesaian Saritem akan berdampak positif terhadap penguatan Visi Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang Bermartabat.
Kamila Nurbayani
KPI/3/B

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024