Dakwahpos.com, Bandung- Surat Al-Hadid ayat 18 merupakan salah satu ayat yang menggugah hati jika benar-benar dipahami maknanya. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang banyak membahas tentang akidah dan keimanan kepada Allah Swt. Dalam surat Al-Hadid terdapat penggambaran tentang hari kiamat dan kehidupan setelahnya, termasuk pembahasan tentang as-sirath, yaitu jembatan menuju surga.
Pada ayat-ayat awal, Allah menyeru manusia untuk berjihad di jalan-Nya dan berinfak dengan penuh keikhlasan. Namun, mulai ayat ke-12 hingga ke-13, tema pembahasan bergeser pada persoalan adab dan kehidupan akhirat. Di sini dijelaskan tentang as-sirath, jembatan yang akan dilewati manusia setelah hari perhitungan amal. Nabi Muhammad saw. menggambarkan as-sirath sebagai jembatan yang lebih tipis daripada rambut, lebih tajam daripada pedang, licin, dan sangat menggelincirkan.
Dua Golongan Manusia di As-Sirath
Hanya ada dua golongan manusia yang akan melewati as-sirath, yaitu orang Islam dan orang kafir. Di dunia, manusia hanya terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang beriman dan golongan kafir. Orang-orang musyrik seperti penyembah patung, matahari, atau berhala, tidak akan melewati as-sirath, mereka langsung masuk ke dalam neraka bersama sesembahan yang mereka sembah di dunia. Dalam hadis sahih disebutkan bahwa pada hari kiamat, Allah akan menyerupakan setan dengan sosok yang disembah manusia. Misalnya, setan akan diserupakan dengan Nabi Isa atau Uzair, padahal kedua sosok tersebut adalah orang saleh bahkan nabi yang tidak pernah mau disembah. Maka yang masuk ke neraka bukanlah Nabi Isa atau Uzair, melainkan setan yang diserupakan dengan wajah mereka.
Ujian Sujud di Hari Kiamat
Setelah seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar, Allah akan menguji mereka dengan perintah untuk sujud. Orang-orang mukmin akan mampu bersujud dengan mudah, sedangkan orang-orang munafik tidak dapat melakukannya. Setiap kali mereka hendak sujud, punggung mereka dibuat kaku oleh Allah sehingga mereka jatuh berulang kali. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Qalam, bahwa ketika mereka diperintahkan untuk sujud, mereka tidak mampu melakukannya. Ujian ini menjadi pembeda antara keimanan yang tulus dengan kemunafikan yang tersembunyi.
Keadaan di Atas As-Sirath
Setelah ujian sujud, manusia akan dibawa menuju as-sirath. Di bawah jembatan itu terbentang neraka Jahannam yang sangat luas dan dalam. Nabi menggambarkan bahwa jika sebuah batu dilemparkan dari atas neraka, maka batu itu baru mencapai dasar setelah tujuh puluh tahun. Warnanya bukan merah sebagaimana sering dibayangkan, tetapi hitam legam, lebih hitam daripada batu yang paling hitam.
Orang-orang beriman akan melewati as-sirath dengan kecepatan sesuai amal perbuatan mereka. Ada yang melewatinya secepat kilat, ada yang berlari, ada yang berjalan, bahkan ada yang merangkak. Di kanan dan kiri jembatan terdapat besi-besi raksasa yang akan mencabik tubuh manusia sesuai kadar dosanya. Ada yang selamat tanpa luka, ada yang tergores, bahkan ada yang tersangkut dan terjatuh ke dalam neraka. Namun, siapa pun yang wafat dalam keadaan Islam, sebanyak apa pun dosanya, pada akhirnya akan dimasukkan ke dalam surga setelah disucikan dari dosa-dosa tersebut.
Bahaya Mempermainkan Agama
Pentingnya menjaga kesucian agama dari ejekan atau permainan. Memperolok-olok ajaran Islam, baik berupa ayat Al-Qur'an, zikir, maupun kalimat suci seperti assalamu'alaikum, merupakan perbuatan yang sangat berbahaya. Misalnya, seseorang yang dengan sengaja memplesetkan salam menjadi assalamualaikum atau walaikumsayang, maka perbuatan itu termasuk istihza' fid-din, yakni mempermainkan agama. Dalam Surah At-Taubah, Allah berfirman bahwa orang yang memperolok-olok agama telah kafir setelah sebelumnya beriman.
Begitu pula dengan memelesetkan bacaan takbir atau mengolok orang yang sedang shalat. Nabi Muhammad saw. dalam hadis sahih mengingatkan bahwa mengganggu orang yang sedang beribadah merupakan bentuk penghinaan terhadap agama, sebagaimana pernah terjadi pada masa beliau ketika ada orang yang bercanda tentang fisik Rasulullah, lalu turunlah ayat "qad kafartum ba'da īmānikum" yang artinya "Sungguh, kamu telah kafir setelah beriman." Hal ini menunjukkan bahwa bercanda dengan agama, meskipun tanpa niat menghina, tetap dapat menghapus keimanan seseorang.
Cahaya Iman bagi Orang Beriman
Pada akhirnya, orang-orang beriman akan diberi cahaya oleh Allah untuk menuntun langkah mereka melewati as-sirath. Sementara itu, orang-orang munafik yang tertinggal di belakang akan kebingungan karena tidak memiliki cahaya. Mereka akan memohon kepada orang beriman agar diberi sebagian cahayanya, namun Allah berfirman agar mereka kembali ke belakang untuk mencari cahaya mereka sendiri. Saat mereka berbalik, Allah membentangkan tembok besar yang memiliki pintu, memisahkan orang beriman dan orang munafik.
Inilah bentuk keputusasaan yang paling menyakitkan, ketika seseorang sudah memiliki harapan untuk selamat, tetapi harapan itu hancur seketika. Seperti orang yang berusaha mengejar sesuatu yang dicintainya, namun akhirnya justru terpisah untuk selamanya.
Melalui Surah Al-Hadid dan penjelasan tentang as-sirath, kita belajar bahwa keselamatan di akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang menjaga keimanan dengan tulus dan menjauh dari kemunafikan. Iman yang benar tidak hanya diucapkan, tetapi dibuktikan dengan amal dan ketaatan kepada Allah. Maka, mari kita jaga iman dan amal kita agar kelak dapat melewati jembatan as-sirath dengan cahaya yang terang dan langkah yang selamat menuju surga.
Penulis : Hanifatus Sholihah, KPI/3A
Tidak ada komentar
Posting Komentar