Keringat yang membuat lembab kerudung panjangnya tampak jelas namun tak membuat senyum manisnya pudar ketika aku menyapa dan berbincang dengannya. Raut wajahnya sedikit lelah, dengan kantong mata yang cokelat namun ia tetap tidak mengubrisnya. Dari serambi lantai dua Masjid Al-Ikhlash, Siti Maesaro bercerita tentang idealismenya dalam menuntut ilmu.
Wanita berumur 25 tahun itu merupakan seorang ibu dari satu anak perempuannya yang saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar, Siti Maesaro juga seorang guru pendidikan agama di sebuah sekolah dasar daerah Cibiru. Kesibukannya menjadi seorang istri juga seorang ibu sekaligus guru tidak menghalangi niat sucinya untuk mengajarkan anak-anak Masjid Al-Ikhlas untuk mengenal Al-Quran.
Kecintaannya kepada Allah membuatnya tak bosan dengan apa yang ia kerjakan, meskipun terkadang rewelnya anak-anak yang belajar kadang membuatnya pusing tetapi semangatnya tak pernah luntur. Siti Maesaro merupakan istri daeri seorang lelaki yang tak kalah keren dari ustadz Ade Hidayat, juga ketelatenan membaca Qur'an Siti dikarenakan sering tadarrus bersama sang suami tercinta yang merupakan lulusan dari pondok pesantren modern Gontor.
Satu hal yang aku tahu, bahwa di Masjid Al-Ikhlas setiap kegiatan mengaji sore selalu saja Siti Maesaro yang tampak ada di tengah bisingnya anak-anak lucu itu. Menurut Siti Maesaro, pendidikan tak diukur dari berapa jumlah pengajar dan yang diajar, tetapi semua dilihat seberapa besar semangat dan ilmu yang di dapatkan. Tetapi tak ketinggalan sosok suami yang membuatnya selalu semangat untuk mengajar. Ia dan suaminya kadang bergantian ship saat mengajar agar bisa me-menej waktu istirahat mereka dan juga waktu untuk anak mereka.
"Sebenarnya banyak tenaga pengajar di sini. Namun sangat disayangkan, karena hanya kami berdua yang masih intens mengajar. Meskipun kadang ada anak Madrasah Aliyah yang biasa ikut membantu kami mengajar, kami tidak tahu jelas apa penyebab dari ketidakaktifan yang lainnya. Tapi kami tetap berusaha untuk menularkan virus-virus baik bagi anak-anak", ujar Siti.
Keterbatasan tenaga tidak menyulitkan pasangan suami-istri tersebut untuk tetap memberikan nilai-nilai keagamaan. Bagi mereka, pendidikan, keagamaan adalah hal yang penting. Meski dengan berbagai keterbatasan mereka tetap percaya yakin, serta istiqomah dalam menyebarkan ajaran keagamaan.
Sebagai penutup perbincangan kami sore itu, dengan tatapan matanya yang cerah dan senyumnya yang khas, Siti Maesaro berpesan untuk anak-anak ajarnya yang mengalami keterbatasan biaya namun tetap ingin melanjutkan pendidikannya.
"Ketika masih dalam usia anak dan remaja, jangan pernah berpikir bahwa bekerja lebih baik ketimbang belajar (sekolah). Belajar itu wajib, musti, kudu. Belajar itu tuntutan hidup. Belajar itu sampai akhir hayat. Berusahalah terus untuk bersekolah."
Reporter: Erika KPI 3A
Tidak ada komentar
Posting Komentar