Menghidupkan Kembali Semangat Masjid Ramah Anak: Refleksi dari Khutbah Jumat

Dakwahpos.com, Bandung — Berdasarkan khutbah Jumat yang disampaikan oleh Bambang Saripudin yang menjadi khatib dan juga imam di Masjid Al-Huda Cipadung Wetan, Kec. Cibiru, Kota Bandung, Jum'at (19/09/2025), hari ini menyoroti peran penting masjid sebagai pusat pendidikan dan pembinaan generasi muda, bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual. Khatib mengajak para jemaah untuk merenungkan kembali konsep masjid ramah anak yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah ï·º, sebuah gagasan yang kini perlu dihidupkan kembali di tengah maraknya pembangunan masjid di Indonesia.

Menurut data Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kementerian Agama, Indonesia memiliki lebih dari 315.000 masjid, sebuah angka yang menunjukkan kedekatan bangsa ini dengan rumah ibadah. Namun, khatib menegaskan bahwa jumlah saja tidak cukup jika masjid kehilangan fungsinya sebagai pusat interaksi sosial dan pendidikan bagi anak-anak.

Khatib memulai khutbahnya dengan sebuah pertanyaan reflektif: "Bagaimana anak-anak akan mencintai rumah Allah jika sejak kecil mereka tidak dibiasakan hadir di dalamnya?"

Beliau mengutip pesan mendalam dari Sultan Muhammad al-Fatih, "Jika kalian tidak lagi mendengar suara anak-anak di masjid-masjid, maka khawatirlah kalian tentang kejatuhan generasi penerus." Pesan ini menjadi pengingat bahwa kehadiran anak-anak, bahkan dengan "gelak tawa" mereka, adalah tanda kehidupan dan keberlanjutan umat Islam.

Khatib juga memaparkan bagaimana Rasulullah ï·º menjadi teladan utama dalam menciptakan masjid yang ramah anak. Masjid Nabawi bukanlah tempat yang kaku atau menakutkan. Sebaliknya, anak-anak bebas hadir dan berinteraksi. Rasulullah ï·º bahkan pernah mempercepat salatnya ketika mendengar tangisan bayi, agar tidak memberatkan sang ibu.

Teladan Rasulullah ï·º: Menggendong Cucu saat Salat, salah satu poin paling menarik dalam khutbah tersebut adalah kisah Rasulullah ï·º yang menggendong cucunya, Umamah binti Abi al-'Ash, saat salat. "Apabila beliau rukuk, beliau meletakkannya, dan apabila beliau berdiri dari sujud, beliau menggendongnya kembali," mengutip hadis dari Imam Bukhari dan Muslim, ujar khatib, Jum'at (19/09/2025).

Hadis ini, kata khatib, menjadi bukti nyata bahwa masjid bukan hanya tempat untuk beribadah dalam keheningan, tetapi juga ruang pendidikan yang penuh kasih sayang. Pandangan ini diperkuat dengan pendapat Imam al-Ghazali yang menyatakan bahwa anak-anak tidak haram bermain di masjid, selama tidak menjadikannya sebagai taman bermain yang berlebihan.

Mewujudkan masjid ramah anak berarti menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembang mereka. Anak-anak yang sejak dini dikenalkan pada masjid akan tumbuh dengan rasa cinta yang besar pada rumah Allah. Mereka bisa belajar membaca Al-Qur'an, mendengar kisah teladan, dan berinteraksi dalam lingkungan yang sehat.

"Masjid ramah anak adalah investasi jangka panjang," tegas khatib, , Jum'at (19/09/2025). "Anak-anak yang tumbuh dengan cinta pada masjid akan menjadi generasi penerus yang menjaga, menghidupkan, dan menyebarkan syiar Islam."

Khutbah ini diakhiri dengan seruan kepada seluruh jemaah untuk menghidupkan kembali warisan Rasulullah ï·º, yaitu menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan umat yang ramah, sejuk, dan dirindukan oleh generasi penerus.

Reporter: Silvi Angraini Piliang, KPI/3A



Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024