Pengajian Masjid Ar-Rohmah Mekar Rahayu: Manna dan Salwa, Rahmat Allah bagi Bani Israil di Padang Pasir

Dakwahpos.com, Bandung - Sebuah tausiyah yang menggugah hati disampaikan oleh K. H. Ujang Saepudin yang senantiasa mampu menyentuh sanubari jamaahnya. Dalam tausiyahnya, beliau membahas tentang kisah keajaiban Manna dan Salwa, rahmat dari Allah yang diberikan kepada Bani Israil saat mereka berada di padang pasir. Tausiyah ini disampaikan pada Minggu, (15/09/2024) bakda salat Zuhur sampai pukul 15.00 WIB di Masjid Ar-Rohmah, Rahayu.

K. H. Ujang Sepudin memulai tausiyahnya dengan membaca Q.S Al-Baqarah ayat 57 bersama para ibu yang menghadiri majelis taklim dan menggambarkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi oleh Bani Israil setelah keluar dari Mesir. Mereka berada di tengah padang pasir yang tandus, tanpa sumber makanan yang pasti. Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan ini, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menurunkan Manna dan Salwa sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang-Nya.

Manna digambarkan sebagai sejenis makanan manis seperti madu yang turun dari terbit fajar hingga terbitnya matahari, setiap orangnya diberi oleh Allah seukuran 1 sha' (3,5L/2,5Kg ) untuk 2 hari. Sedangkan Salwa adalah sejenis burung yang tidak memiliki buntut yang Allah kirimkan untuk menjadi sumber protein bagi Bani Israil. Uniknya, burung itu akan meti ketika mendengar suara petir. Pemberian dari Allah itu dihentikan ketika datang hari sabtu. Namun, walaupun Allah memberikan rezeki berupa makanan yang baik, Allah melarang mereka agar tidak menyimpan makanan untuk besok, karena besok Allah akan memberikannya lagi. K. H. Ujang menekankan bahwa keajaiban ini bukan hanya sekedar tanda kekuasaan Allah, tetapi juga sebuah pelajaran besar bagi umat manusia tentang pentingnya rasa syukur.

"Seringkali kita merasa cukup dengan segala yang kita miliki, tetapi tidak benar-benar mensyukuri nikmat itu," tutur K. H. Ujang Saepudin. Beliau melanjutkan, "Walaupun Allah memberikan rezeki berupa makanan yang baik, Allah melarang mereka agar tidak menyimpan makanan untuk besok, karena besok Allah akan memberikannya lagi. Itu berarti kita tidak perlu mengkhawatirkan besok akan makan apa dan menimbun makanan untuk dimakan kemudian. Maka, Manna dan Salwa adalah bukti nyata bahwa di tengah kesulitan sekalipun kita belum menjadi manusia yang benar-benar taat, Allah senantiasa memberikan rezeki yang tak terduga. Namun, sering kali manusia terlena dan lupa bahwa rezeki itu adalah hasil dari rahmat Allah."

K. H. Ujang Saepudin menyampaikan tausiyahnya tidak hanya berhenti pada kisah Bani Israil di masa lampau, tetapi juga menghubungkannya dengan kondisi kehidupan umat Islam di era modern. Banyak dari kita yang hidup dalam kecukupan materi, tetapi justru merasa kurang. "Padahal, jika kita bandingkan dengan Bani Israil yang berada dalam kondisi sulit, kita hidup jauh lebih baik. Kita diberi kemudahan dalam mendapatkan rezeki, tetapi sering lupa untuk bersyukur," tambahnya.

Beliau mengingatkan para jamaah bahwa setiap nikmat yang kita terima, sekecil apapun itu, seharusnya membuat kita lebih dekat kepada Allah, bukan malah menjauh. K. H. Ujang Saepudin juga menekankan pentingnya berbagi rezeki dengan sesama sebagai bentuk rasa syukur yang nyata. "Syukur bukan hanya dalam ucapan, tetapi dalam tindakan kita untuk membantu orang lain," ujarnya penuh semangat.

Salah satu mustami majelis taklim Ar-Rohmah, Ibu Aas mangungkapkan "Dengan mendengar cerita tentang Manna dan Salwa ini hati saya menjadi terbuka untuk selalu bersyukur atas rahmat Allah." (Reporter : Seli Siti Amaliah Putri, KPI 3 B)


Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024