Perjalanan Hidup K.H. Kholil: Dari Penggembala Kambing Hingga Memimpin Pondok Pesantren Nailul Kirom

Dakwahpos.com, Bandung - Drs. K.H. Moh. Kholilullah atau akrab dipanggil K.H. Kholil merupakan warga asli Sukabumi. Beliau dilahirkan di Jampang, Sukabumi pada tanggal 11 September 1970.Pria kelahiran Sukabumi itu memiliki kenangan yang tak terlupakan yakni sering menggembala kambing semasa kecilnya.

K.H. Kholil terlahir di keluarga yang memang kental akan keagamaannya. Pria kelahiran Sukabumi itu tidak pernah terbayang untuk menjadi seorang kiai seperti sekarang, bahkan cita - cita pun tidak punya pada saat itu karena, beliau merasa berasal dari pelosok kampung yang jauh dari perkotaan.

Semasa hidup di Sukabumi beliau hanya mengikuti apa yang dikatakan orang tua, tidak pernah membantah sekalipun. Namun ketika akan menginjak bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) K.H Kholil tidak diperbolehkan sekolah layaknya anak - anak seusianya pada masa itu, ia hanya diperbolehkan untuk memasuki pondok pesantren, karena orang tua yang cemas akan pergaulan anak muda pada masa itu.

Karena keberkahannya selalu menuruti perkataan orang tua, K.H. Kholil mendapatkan beasiswa Supersemar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Karena beasiswa tersebut akhirnya laki - laki kelahiran Sukabumi itu bisa melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi  pada tahun 1990 di salah satu universitas ternama di Bandung yaitu IAIN SGD Bandung atau yang dikenal sekarang adalah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan program studi Ilmu  Al-Qur'an dan Tafsir.

K.H. Kholil tidak mengetahui dimana Bandung itu berada, karena modal tekad yang kuat untuk sekolah yang lebih tinggi ia berangkat ke Bandung hingga akhirnya beliau kembali mondok di salah satu pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Pengkolan atau sekarang dikenal dengan Pondok Pesantren Nailul Kirom. Pada saat itu Pondok ini masih di pimpin oleh K.H. Agus Badrudin dan Masjid Al - Hasby diurus oleh K.H. Ai Sulaeman Toha.

Pada tahun 1994 Beliau diangkat menjadi asisten pengajar K.H Agus Badrudin. Semasa mondok, ia tidak pernah terpikirkan sekalipun akan menjadi asisten pengajar. Semasa menjadi asisten pengajar beliau sering bertemu dengan salah satu putri K.H Agus Badrudin hingga pada akhirnya tahun 1995 K.H Kholil resmi menikah dengan HJ. I'ah Hasanah.

Namun ada keunikan yang tak pernah terlupakan oleh laki - laki kelahiran Sukabumi itu. Saat sudah resmi menikah beliau tidak diperbolehkan serumah dengan istrinya oleh K.H Agus Badrudin meski sudah sah. Alasannya karna K.H Kholil belum bisa mengajikan istrinya ( hafal 30 juz ), beliau diberi tantangan untuk hafal 30 juz terlebih dahulu sebelum satu rumah dengan putri K.H Agus Badrudin.

Menurut beliau tantangan itu cukup mustahil untuk dilakukan, tapi dengan tekad yang kuat akhirnya ia mampu meyelesaikan tantangan tersebut. Dibalik kejadian itu ia menyadari banyak hikmah dalam menghafal Al - Qur'an, seperti ketika beliau mengikuti tes di salah satu lembaga pemerintahan yang kebetulan tes tersebut mengenai tentang ayat - ayat Al - Qur'an, selama tes beliau diberi kelancaran dan kemudahan sampai lulus menjadi pegawai negeri sipil.

Dari kejadian tersebut K.H Kholilulah selalu mengingatkan kepada dirinya sendiri bahkan di dalam majelis taklim sekalipun ia menyampaikan " ketika kita menghafal Al - Qur'an di dunia saja Al - Qur'an sudah memberikan syafaat yang luar biasa apa lagi di Akhirat nanti. Maka jangan sia - siakan umur mu, teruslah mengaji Al - Qur'an selagi masi ada umur".

Tahun 2000 K.H Kholil mulai menjadi pengajar tetap, pada awalnya beliau mengajarkan tentang Munafakah, namun dirasa tidak siap mengenai materi tersebut ia tukar materi bersama K.H Agus Badrudin, ia mengajar tentang Nahwu Sorof yang dimana bab fiqih memang basic dari K.H Kholil.

Namun pada saat itu K.H Agus Badrudin terserang penyakit mata yang membuatnya tidak bisa melihat lagi, maka K.H Kholil menjadi pengajar inti pada saat itu hingga saat ini. 

Pada tahun 2012 beliau diangkat menjadi ketua Pondok Pesantren Nailul Kirom sekaligus ketua DKM Al - Hasby dengan sistem pemilihan oleh keluarga besar Bani Sulaiman. Selain menjadi ketua pondok pesantren Nailul Kirom dan ketua DkM kini ia juga masi mengajar para santri dan santriwati serta majelis taklim ibu - ibu. 

Pada awalnya K.H Kholil tidak akan meneruskan di Pondok Pesantren Nailul Kirom, akan tetapi karena suatu dan lain hal akhirnya K.H Kholil memutuskan untuk menetap di Ponpes Nailul Kirom hingga saat ini beliau sudah banyak sekali berkontribusi kepada Nailul Kirom baik dari materil maupun non materil. Berkat ia kini Ponpes Nailul Kirom jauh lebih maju lagi, bukan hanya pondok pesantren saja, bahkan ada MDT Sulaemaniyah ( Madrsah Diniyah Takmiliyah ) yang di dirikan beliau bersama istrinya yang kini di urus langsung oleh istrinya yakni HJ. I'ah Hasanah. Kemajuan Masjid Al - Hasby dan Pondok Pesantren Nailul Kirom bisa berkembang lebih pesan juga terdapat banyak dorongan dan kontribusi dari mulai keluarga besar Bani Sulaeman dan Masyarakat sekitar. 


Reporter : Rizqi Afrelina, KPI /3D


Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023