Masjid Al-Amanah, Berdiri Atas Gotong Royong Warga Kawaluyaan

Dakwahpos.com, Bandung - Terletak di kawasan Istana Kawaluyaan, Masjid Al-Amanah tidak pernah sepi oleh jemaah. Lokasinya tak jauh dari gapura komplek Istana Kawaluyaan, cukup masuk dan belok kanan saja. Maka akan terlihat bangunan masjid yang megah dengan gradasi krem dan putih. Bersih, harum, dan rapi. Tiga hal itulah yang menjadi ikonik di Masjid Al-Amanah.
 
Masjid yang dapat menampung ratusan jamaah ini ternyata telah berdiri sejak tahun 1998. Disampaikan oleh Dede Misbah, selaku Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) Al-Amanah, masjid tersebut mempunyai beberapa keunikan. Pada awal tahun 90-an, daerah Kawaluyaan didominasi oleh orang non-muslim. Sehingga, bagi umat muslim yang hendak melaksanakan ibadah salat, seperti salat Jumat, maupun salat hari raya, harus pergi keluar ke masjid yang diluar wilayah tersebut. Kemudian, di tahun 1998, umat muslim di daerah Kawaluyaan bermusyawarah dengan usulan mendirikan masjid komplek. Rencana itu kemudian mereka sepakati dan jalankan bersama.

Umat muslim daerah Kawaluyaan kompak berpartisipasi untuk menyumbangkan sebagian dananya guna membeli lahan masjid di lokasi yang strategis. Lahan yang dulu dibeli di tahun 1998 itu, saat ini dipakai oleh madrasah. Namun, karena dirasa luas lahannya cukup sempit, maka mereka membeli tanah di depannya yang saat ini masih menjadi tanah masjid. Kemudian, masjid dibangun menjadi 3 lantai. Lantai pertama untuk ruang serbaguna, sedangkan lantai kedua dan ketiga dipergunakan untuk salat berjamaah.

Menurut para senior DKM terdahulu, Masjid Al-Amanah hampir tidak mengadakan salat Jumat berjamaah disana. Hal itu disebabkan karena kurangnya umat muslim laki-laki yang menetap di daerah Istana Kawaluyaan. Beberapa umat muslim yang bertempat tinggal di komplek Kawaluyaan berasal dari kalangan orang-orang yang sibuk, sehingga lebih melakukan aktivitas di luar rumah. Namun, Masjid Al-Amanah kemudian tetap dapat mengadakan salat Jumat karena ada beberapa umat muslim di luar Kawaluyaan yang salat di Masjid Al-Amanah, setelah mendapat ajakan dari umat muslim daerah Kawaluyaan.

Perkembangan Masjid Al-Amanah cukup signifikan. Mulai dari infrastruktur, program masjid, dan kegiatan sosial telah berjalan lancar seiring waktu. Di tahun 2000-an, masjid ini dipugar bentuknya menjadi dua lantai dan keduanya difungsikan sebagai ruang jemaah. Pada tahun-tahun berikutnya, fasilitas masjid dirancang untuk meningkatkan kenyamanan para jemaah, seperti menambahkan AC, proyektor untuk digunakan saat pengajian Ahad, dan berdirinya koperasi masjid untuk melayani para jemaah.

Beberapa program Masjid Al-Amanah bahkan telah berjalan sejak tahun 2009. Contohnya adalah Pengajian Ahad yang rutin diadakan bakda salat Subuh. Pengajian Ahad atau Jihad diisi oleh ustaz-ustaz yang telah senior dan mumpuni. Selain itu, ada juga program bulanan dari masjid yaitu santunan kepada anak yatim dan kaum dhua'fa. Para jemaah dapat menyedekahkan rezekinya kepada anak yatim dan kaum dhua'fa melalui program santunan tersebut. Hal ini dapat menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama umat muslim di kawasan Istana Kawaluyaan.

Di tahun 2016, lahan yang awalnya batal digunakan untuk masjid, disulap menjadi gedung madrasah yang bernama TKQ (Taman Kanak-kanak Al-Qur'an) dan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an) Al-Amanah. Kegiatan TKQ berjalan di pagi hari karena TKQ adalah sekolah formal seperti TK-TK pada umumnya. Sedangkan TPQ aktif di sore hari dengan murid-murid dari berbagai usia.

Di masa yang akan datang, Dede Misbah berharap Masjid Al-Amanah selalu eksis dalam upaya kegiatan dakwah Islam dan menebar kebaikan. Program masjid tidak akan berjalan tanpa adanya gotong royong dan antusias dari masyarakat. Dede juga berharap Masjid ini tidak hanya berguna sebagai tempat berjamaah, namun dapat berfungsi sebagai penyambung tali silaturrahim sesama umat muslim di daerah Istana Kawaluyaan.

Reporter : Esa Mafatihurrahmah, KPI/3A

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023