Pengajian Ibu-Ibu Masjid Al-Munawwarah Pasirlayung: Asal-Usul Dikumandangkannya Azan

Dakwahpos.com, Bandung - Masjid Al-Munawwarah yang terletak di Kelurahan Pasir layung ini melaksanakan pengajian rutin ibu-ibu yang dilakukan tiap minggunya, biasa dilakukan pada hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. Rabu (25/10/2023).

Pada pengajian rutin yang dilaksanakan ini, diisi oleh Ustaz Ano Suparno pada hari Rabu dengan membahas asal-usul munculnya azan dan untuk kapan saja azan di kumandangkan.

"Sejarah azan, disyariatkannya azan pada waktu Rasul melaksanakan hijrah ke Madinah maka salat fardu yang 5 waktu disyariatkan ketika terjadi Isra Miraj pada tahun ke 11 kenabian dan saat itu Rasul dan para pengikutnya masih berada di kota Mekkah, salat tidak bisa di laksanakan secara terang-terangan apalagi secara berjemaah, tetapi ketika Rasul dan para sahabatnya (pengikutnya) bisa hijrah ke Madinah dan hampir seluruh penduduk Kota Madinah masuk Islam kemudian umat Islam bersama Rasul bisa mendirikan masjid yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi maka beliau bersama umat Islam bisa mendirikan salat secara berjemaah (secara terang-terangan), tetapi Rasul bersama para sahabatnya saat itu ada kesulitan cara mengumpulkan umat Islam untuk bisa berkumpul secara bersama-sama pada saat yang sama untuk melaksanakan salat. Maka saat itulah Rasul beserta umat Islam berkumpul untuk membicarakan satu cara untuk bagaimana mengumpulkan umat Islam bisa salat berjemaah melaksanakan salat fardu. Maka dalam suasana membicarakan teknis cara mengumpulkan umat Islam supaya bisa salat berjemaah ada 5 kelompok sahabat Rasul yang menyampaikan masing-masing pendapatnya. Di antaranya kelompok pertama menyampaikan pendapatnya yaitu 'Ya Rasulullah bagaimana kalo kita untuk mengumpulkan umat Isam supaya salat berjemaah dengan membunyikan lonceng?'. Kelompok kedua mengusulkan dengan meniup trompet. Kelompok ketiga dengan menyalakan api. Kelompok keempat dengan mengibarkan bendera. Kelompok kelima dengan cara meneriakkan seruan yaitu 'assholatu assholatu'. Saat itu yang disetujui oleh Rasul usul yang terakhir yaitu dengan teriakan. Setelah berjalan beberapa lama mengumpulkan umat Islam dengan seruan 'assholatu' ada seorang sahabat Rasul yang bernama Abdullah bin Zaid bermimpi didatangi oleh seseorang mengajarkan lafaz-lafaz azan yang lafaznya dari awal sampai akhir itu persis seperti azan yang sekarang. Peristiwa ini (mimpi) oleh Abdullah bin Zaid dilaporkan kepada Rasul dan beliau pun menyatakan bahwa itu mimpi yang benar kemudian beliau menyuruh kepada Abdullah bin Zaid agar lafaz azan ini di ajarkan kepada sahabat beliau yang suaranya bagus yaitu Bilal. Mulai saat itulah berlaku azan salah satu cara untuk mengumpulkan umat Islam melakukan salat fardu berjemaah. Adapun usul yang pertama ditolak oleh nabi sebab lonceng sudah digunakan oleh umat Nasrani, usul yang kedua sudah digunakan oleh umat Yahudi, usul yang ketiga itu sudah dijadikan lambang Tuhan oleh org yang beragama Majusi, usul yang keempat itu kurang efektif, sebab bagi orang yang lupa mungkin dia tidak melihat kibaran bendera." Ucap Ustaz Ano dalam pengajian rutin ibu-ibu. Rabu (25/10/2023).

"Azan dan ikamah hanya dilaksanakan untuk salat fardu yang 5 waktu. Di salat-salat sunah walaupun dilaksanakan secara masal seperti Idulfitri dan Iduladha tidak ada azan dan ikamah." Ucap Ustaz Ano Suparno.

"Oleh karena itu azan dan ikamah tidak ada dalam kegiatan ibadah selain salat fardu yang 5 waktu." Ucap Ustaz Ano.

Reporter: Gisna Salima KPI 3B

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023