Nyawa Melayang Di Lapangan, Kok Bisa?

Oleh Siti Marsela

Sepak bola adalah salah satu oleh raga yang paling populer dalam bidang olahraga. Sepak bola juga merupakan olahraga yang sangat diminati masyarakat Indonesia. Bahkan negara kita dikatakan sebagai penggila sepak bola. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Sport, 77% penduduk Indonesia memiliki ketertarikan pada olahraga si kulit bulat, terutama ketika menyaksikan Timnas Indonesia bertanding dalam setiap ajang yang diikuti baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya suporter yang rela datang jauh-jauh dari daerahnya masing-masing demi menyaksikan dan mendukung Tim kebanggaan negara bertanding.  

Setiap pertandingan sepak bola akan terasa kurang tanpa kehadiran para suporter yang berada di pinggir lapangan untuk meramaikan bertandingan. Namun saat ini dunia sebak bola Indonesia sedang tercoreng dengan adanya tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada tanggal 1 Oktober lalu. Pertandingan sepak bola yang harusnya menjadi hiburan berubah menjadi jalan nyawa melayang. Antusiasme para suporter berubah menjadi anarkisme akibat tidak terima dengan hasil akhir pertandingan.

Apakah sebuah kekalahan pantas dibayar dengan nyawa ratusan orang? Kekalahan memang menyisakan sebuah kekecewaan yang mendalam, tetapi apakah anarkisme itu perlu dilakukan? Tentu tidak, kekalahan bukanlah sebuah akhir dari segalanya, masih ada kesempatan untuk membalas kekalahan dengan cara yang elegan dan bukan dengan kerusuhan. Nyawa melayang di lapangan demi membayar kekecewaan akibat kekalahan adalah hal yang tidak etis.

Suporter seharusnya tidak melakukan tindakan anarkisme, karena menimbulkan kegaduhan yang lainnya. Selain itu, tindakan aparat yang menembakkan gas air mata juga tidak dapat dibenarkan. Hal itu bukan membuat massa kondusif malah memperkeruh keadaan dan membuat para suporter panik. Seharusnya aparat sudah memperhitungkan kemungkinan yang terjadi dilapangan, karena hal bukanlah peristiwa yang belum pernah terjadi. Kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi para suporter sepak bola dan juga aparat keamanan agar hal ini tidak terulang kembali.

 

Siti Marsela

Mahasiswa KPI UIN Bandung

Cipadung, Bandung, Jawa Barat

 

 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023