Kritis dan Nyinyir Itu Beda Tipis

Oleh: Sahrul Adimiharja

Seiring dengan perkembangan zaman, maka teknologi pun berkembang dengan pesat dan cepat. Berdasarkan eksistensinya, ada dua hal yang mesti menjadi pertimbangan dan bijak di dalam menyikapinya yakni sisi negatif dan positif.

Dengan berkembangnya media, semakin banyak orang dari berbagai level pendidikan bisa dengan mudah berkomentar. Dalam hal ini, kita juga mesti bersikap dewasa dan bijak dalam menyikapinya. Jangan mudah terprovokasi terhadap komentar yang bernada cemoohan dan tidak membangun, bisa jadi itulah caranya dia menyampaikan kritikan. Kita perlu menyampaikan bahwa ada UU ITE dalam hal ini, jangan sampai ketikan tangan kita di kolom komentar memasukkan kita ke ranah hukum dan dipenjara.

Sikap kritis pun sering kali tidak terbendung di zaman kemudahan media. Setiap orang dengan mudah berkomentar, memberikan saran, nasihat, kritik bahkan sering kali keluar dari jalur kritik yang membangun. Saat ada postingan atau tautan media yang dilempar ke media sosial, dengan mudah orang tanpa berpikir ke depan dan sering kali tidak mempunyai basic kemampuan berargumen langsung berkomentar tanpa ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini sudah sangat jelas, bahwa nyinyir itu mengkritik tanpa ada sumber dan data, bisa jadi dia berkomentar terhadap sumber berita yang belum tentu kebenarannya atau berita hoax. Namun, ia sebarkan ke media lalu diberi tulisan yang ternyata isinya hanya nyinyiran, zero kritik. Bahkan terkesan mengumbar kebencian tak beralasan.

Untuk bisa membedakan kritikan dan nyinyiran itu membutuhkan kejelian. Dan tentu saja membutuhkan kemauan. Ini yang patut kita semua khawatirkan jika pemerintah dan pemegang tampuk pimpinan enggan mendengar lagi, karena sejatinya nyinyiran sampah itu saat ini lebih mendominasi daripada kritikan yang bisa dipertimbangkan untuk membangun kepemimpinan yang lebih baik.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023