Korupsi dan Manipulatif, Mentalitas Elite Politik

Korupsi dan Manipulatif, Mentalitas Elite Politik

Ketika pejabat publik terlibat dalam kasus korupsi dengan silih berganti, terlintas dalam benak kita dan dalam pikiran kita masing-masing, Sebenarnya apa yang menyebabkan para pejabat publik melakukan tindak korupsi? Seakan korupsi merupakan hal sederhana, bukan sebuah momok yang mengerikan, padahal pada hakikatnya korupsi termasuk kedalam kejahatan luarbiasa (extraordinary crime). Lalu kita juga seringkali berpikir bagaimana caranya memberantas dan melenyapkan korupsi? Jawabannya adalah, hingga saat ini kita masih belum menemukan solusi atas kasus korupsi yang semakin lama semakin merajalela.  
Sejatinya tantangan utama dalam dunia politik adalah persoalan mengenai bagaimana caranya  melakukan pembenahan terhadap mentalitas dan integitas pejabat publik yang selalu berada dalam kondisi kritis. Dalam titik kritis sperti ini yang dibutuhkan hanyalah kesadaran penuh dari para pejabat publik untuk senantiasa berusaha menanamkan kembali kualitas mental yang berjiwa kepemimpinan dan memiliki daya saing demi kemajuan negara. Dengan adanya kesadaran dari mental para elite politik, nantinya akan menjadikan pejabat publik tersebut berorientasi untuk terus memiliki cara pandang, pemikiran, sikap, dan perilaku serta kepribadian yang anti korupsi dan manipulatif.
Namun demikian mental korup dan manipulatif akan sulit untuk dilenyapkan ketika banyak masyarakat yang  tetap mengapresiasi terhadap praktik korupsi yang terjadi. Masih banyak masyarakat menerima politikus yang terbukti melakukan tindak korupsi dengan tangan terbuka, hanya karena dia merupakan sosok yang mampu menarik minat dan perhatian masyarakat pada umumnya dengan pribadi memanipulatifnya. Hal inilah yang faktor utama mental korupsi di Indonesia kian lama kian menjamur karena pejabat publik yang melakukan tindakan korupsi seringkali tidak pernah  merasakan efek jera terhadap perilaku yang telah diperbuatnya.
"Sejarah pasti berulang" mungkin, kalimat ini merupakan sebuah kalimat yang dapat menggambarkan kondisi politik di era ini. Korupsi merupakan warisan feodal yang diturunkan dari masa orde baru terhadap masa reformasi yang tidak pernah hilang. Meskipun di era ini korupsi setidaknya dapat terlihat secara lebih transparan prakik korupsi sejatinya tidak pernah lenyap. Reformasi memang berhasil menghasilkan kepemimpinan yang baru namun gagal dalam melenyapkan tantangan utama politik dan gagal juga dalam membentuk model birokrasi yang berbeda dari masa orde baru. Sejarah pernah memperlihatkan upaya menanggulangi korupsi, jika sejarah kembali terulang harapan utama adalah melenyapkan tindak korupsi yang dilakukan elite poliik hingga ke akar-akarnya.
Karena itu dibutuhkan bantuan dari setiap elemen negara untuk turut serta dan memegang andil dalam melenyapkan mentalitas korup, mentalitas manipulatif yang menyengsarakan kesejahteraan masyarakat dan menbebar bibit kemunduran bangsa. Semuanya dimulai dari kemauan dan kesadaran kuat yang berorientasi untuk senantiasa siap memiliki daya saing demi kemajuan negara. Kemauan dan kesadaran kuat, yang mampu melenyapkan mentalitas korup dan manipulatif.


Nama Ai Siti Rahayu/KPI 3A

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024