Menunggu sakit, baru mencegah?

Oleh : Siti Sayidatul Wafa

Beberapa orang harus menunggu kecelakaan dahulu, baru mau ia disiplin berkendara. Beberapa orang harus menunggu demam terlebih dahulu, baru ia takan hujan-hujanan. Beberapa orang harus menunggu sakit dahulu, baru ia mau hidup sehat.

Mengapa orang harus menunggu itu? Mengapa tidak memilih percaya saja. Jika kita memilih percaya akan ada banyak orang yang bisa menggunakan watunya lebih baik lagi. Jika kita percaya maka masih ada banyak waktu untuk menghindari hal buruk terjadi.

Orang Indonesia lebih memilih untuk menunggu daripada percaya. Sudah terbukti di masa pandemi kita orang Indonesia lebih memilih menunggu pandemic menjalar ke seluruh penjuru daerah, baru kita sadar agar pentingnya protocol kesehatan yang dari dulu di peringatkan. Kita lebih memilih menunggu banyak orang meninggal, tangisan di mana-mana, dan dilanda kesedihan baru kita menerapkan protocol kesehatan dengan baik.

Apakah kita akan terus memilih menunggu? Ayo bergeraklah! Orang Indonesia tidak mungkin seperti itu. Bangsa kita telah hilang jati diri. Mari bangun lagi!. Bangsa yang dulunya  sangat percaya diri, bangsa  yang unggul, apakah sekarang kita tetap memilih menunggu?

Tetap menerapkan protocol kesehatan kapanpun dimanapun kita berada. Karena kita tidak tahu apa takdir kita kedepannya, tetap fokus dan berjaga-jaga. Bukankah lebih baik mencegah dibanding mengobati? Bukankah orang-orang akan berhamburan ketika sirine menyala?

Perkembangan Corona Virus di Indonesia

Oleh : Ginan Giasul Mustagisin
Covid 19 atau yg dikenal dgn virus corona telah menjadi tranding topik yg dibincangkan masyarakat saat ini. virus ini sudah menyebar ke seluruh dunia dan sudah memakan banyak korban. pastinya pemerintah harus menindaklanjuti masalah ini. pemerintahan indonesia menghimbau para warga untuk berdiam diri di rumah dan selalu mencuci tangan dan kaki selepas melakukan aktifitas tertentu. gejala yg ditimbulkan oleh virus ini diantaranya adalah demam, batuk yg terus menerus, dan sesak nafas.
Semua negara saat ini tengah bersama sama saling membantu mengatasi virus corona tidak hanya di indonesia, di indonesia pemerintah sendiri telah menyiapkan skema penanganan wabah corona yang telah diterapkan hingga sekarang mulai dari perintah himbauan untuk membatasi perkumpulan yang ramai, meliburkan sekolah dan penyemprotan disinfektan di fasilitas umum serta proses penanganan sesuai SOP WHO untuk korban yang terjangkit mari kita bantu pemerintah dengan mendengarkan himbauannya dan tetap menjaga kebersihan serta kesehatan tubuh.
jika anda mengalami hal ini, maka segeralah utk konsultasi ke dokter anda agar segera ditangani. melihat kejadian di atas, tentunya hal ini berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat indonesia. banyak masyarakat yg tdk mendapatkan penghasilan sama sekali karena tdk diperbolehkan keluar rumah. sarannya sih, pemerintahan harus cepat menangani hal ini, jika tidak, setidaknya berikan kami makanan utk mencukupi kebutuhan, agar kebutuhan kami terlengkapi setiap harinya meski sedikit klo menurutku sihh gk masalah klo harus bayar total biaya pengeluaran negara setelah virus corona selesai ditindaklanjuti. soalnya kan klo virus corona sdh hilang masyarakat akan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala. jadi bisa bayar tanggungan walau nyicil.
Wabah virus corona menyebar dengan cepat dan menjadi pandemi global saat ini, di indonesia penanganan yang di terapakan masih belum cukup baik hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah yang terpapar positif virus corona untuk itu perlu bantuan semua pihak untuk menanganinya termasuk kita sebagai warga negara.
Seharusnya pemerintah maupun rakyat dapat bekerja sama dalam melawan virus corona. Pemerintah harus membuat peraturan dan menegakkan nya secara adil dan berkelanjutan. Sementara rakyat harus mengikuti setiap peraturan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah demi kesehatan bersama. Dengan begitu Indonesia dapat cepat pulih dari virus corona.

PERTANIAN MAMPU MENOPANG EKONOMI

Oleh: Ginan Giasul Mustagisin
Petani Indonesia memang selalu menempati posisi yang rawan dalam hal kesejahteraan. Mayoritas petani Indonesia merupakan petani sayuran, yakni petani yang hanya memanfaatkan lahan seadanya.
Tidak hanya petani sayuran di Indonesia juga kebanyakan adalah petani padi, yang menjadi permasalahan petani padi adalalah persoalan perairan, pemerintah kurang memperhatikan persoalan ini. Akibatnya sebagian petani padi hanya bisa memanfaatkan lahan sawahnya hanya dua kali menanam padi dalam setahun.
Petani sayuran juga rentan terhadap berbagai risiko di antaranya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan seperti membeli bibit yang unggul dan pupuk yang berkualitas alhasil petani hanya memakai bibit dan pupuk seadanya.
Dan petani sayuran juga rentan terhadap resiko kesulitan untuk memenuhi kebutuhan, jika hanya menggantungkan hidup pada lahan yang terbatas, tidak memiliki kecukupan modal untuk meningkatkan produktivitas sementara harga pupuk dan upah tenaga kerja terus melambung tinggi, dan menghadapi risiko gagal panen saat iklim buruk.
Tuntutan untuk segera memenuhi kebutuhan rumah tangga membuat banyak di antara mereka yang memilih beralih pekerjaan. Alternatif lain yang akhirnya mereka pilih adalah menjual lahan untuk kegunaan lain seperti untuk industri, jalan tol, dan properti.
seharusnya pemerintah lebih memperhatikan dan lebih spesipik dalam memperhatikan para petani, supaya para petani lebih bisa memanfaatkan lahan pertaninnya meskipun lahan pertaniannya seadanya. Jika pemerintah memperhatikan lebih baik maka petrtanian di Indonesia akan lebih baik bahkan mampu menopang ekonomi rakyat Indonesia.

PERANAN SEMUA DALAM COVID 19

Oleh: Ginan Giasul Mustagisin
Penyebaran Covid-19 atau yang populer disebut virus corona semakin meluas di seluruh penjuru dunia. Dampak dari penyebaran virus tersebut Indonesia juga terpapar dan terguncang akibatnya. Di tengah situasi yang semakin sulit dan pergerakan virus yang kian masif, maka dibutuhkan suatu penanganan yang komprehensif.
Oleh karena itu kepemerintaan disamping itu anggota parlemen, swasta, tokoh agama maupun masyarakat secara luas. Semua harus mengambil peran masing-masing sesuai kemampuan dan tanggung jawabnya. 
Tanpa itu semua sulit bagi bangsa ini untuk terlepas dari jeratan virus corona. Bagi negara dan pemerintah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia merupakan suatu kewajiban sebagaimana yang diamanatkan oleh kontistusi dalam pembukaannya, baik langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan kesehatan.
 Hal ini bertujuan untuk memberikan hak mendasar yang seyogiyanya diperoleh oleh masyarakat melalui keberadaan sebuah entitas bernama negara. Sejatinya, pengelolaan kesehatan dari serangan berbagai wabah penyakit menjadi perhatian penting pemerintah sebagai sektor utama pemenuhan hak asasi masyarakat. 
Langkah cepat dan tepat pemerintah serta koordinasi yang efektif sangat diperlukan untuk memberikan kepastian dan kenyamanan bagi warga negara terutama dibidang kesehatan saat ini. Asas Keselamatan Rakyat Memberikan perlindungan secara maksimal di sektor kesehatan ditengah pandemi corona tentu bukan hal yang harus diperdebatkan lagi, mengambil langkah cepat dan tepat menjadi solusi untuk menyelesaikan semakin meluasnya wabah tersebut.
Oleh karena itu penanggulangannya harus dilakukan secara dini. Penanggulangan secara dini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa dari suatu penyakit wabah yang dapat menjurus terjadinya wabah yang dapat mengakibatkan malapetaka. Untuk mewujudkan itu semua maka diperlukan peran pemerintah yang terpadu dengan pelibatan masyarakat secara pro aktif dalam pencegahan dan penanganan wabah pandemi corona saat ini. Peran serta aktif masyarakat juga perlu ditingkatkan untuk melakukan pembatasan diri terkait penyebaran virus corona. kepatuhan masyarakat menjadi upaya serius untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Usaha untuk mematuhi segala himbauan pemerintah menjadi suatu kewajiban hukum bagi masyarakat sekaligus membuktikan perannya terhadap negara untuk menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Segala usaha pencegahan patut dilakukan secara bersama-sama serta doa kepada Yang Maha Kuasa

Sekolah Daring Meresahkan Para Pelajar

Oleh : Desi Nurhikmah

Sudah di penghujung tahun 2020 sekolah masih tetap ditutup. Hampir seluruh pelajar mulai dari anak sekolah sampai mahasiswa mengeluh karena sudah terlalu lama sekolah daring. Tidak hanya capek berpikir gara-gara tugas yang tak kunjung usai tetapi juga memakan kuota yang lumayan banyak dan cukup menguras uang untuk membeli kuota.

Pemerinta memang sudah memberikan distribusi bantuan kuota tetapi tidak semua pelajar mendapatkannya hanya orang-orang beruntung saja yang mendapatkan bantuan subsidi bantuan kuota. Mungkin untuk para pelajar yang rumahnya terdapat wifi itu tenag-tenang saja tetapi bagaimana dengan pelajar yang tidak mempunya wifi dirumah.

Bukan hanya masalah kuota tetapi sinyalpun menjadi salah satu alasan untuk para pelajar sulit melakukan sekolah daring. Untuk pelajar yang tinggal di kota mungkin sangat gampang mendapatkan sinyal tetapi bagaimana mereka yang tinggal di daerah pegunungan yang sudah pasti sangat sulit mendapat sinyal.

Ketika melakukan sekolah daring melalui zoom itu sangat menyulitkan para pelajar apalagi zoom sangat menyorot kuota dan membutuhkan sinyal yang lancer. Ketika sedang melakukan zoom dan sedang mendengarkan materi dari dosen atau sedang kuis seketika sinyal putus-putus.

Kapan kah sekolah seperti biasa akan tiba para pelajar sudah lelah dengan semua ini. Tidak hanya para pelajar yang dipusingkan oleh sekolah daring tetapi untuk para orang tua sudah pasti sangat pusing. Terutama untuk anak-anak sekolah dasar (SD) banyak orang tua mereka yang mengeluh dikarenakan bingung mengerjakan tugas-tugas anaknya.

Hati-Hati Dalam Berpendapat di Media Sosial

Oleh : Desi Nurhikmah

Setiap orang memang memiliki hak untuk berpendapat atau beropini secara lisan ataupun tulisan baik melalui media cetak maupun elektronik. Namun dalam mengeluarkan pendapat harus memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan negara, serta tunduk pada hukum yang berlaku.

Sehingga seseorang yang berkomentar di media sosial tidaklah dilarang. Namun dalam hal ini harus lebih hati-hati dan melihat ketentuan yang dilarang dan dibatasi tersebut. Untuk itu perlu untuk memperhatikan pemilihan kata dan cara penyampaian saat berkomentar di media sosial.

Hal kecil yang dapat menimbulkan masalah dari adanya kebebasan berpendapat yaitu perundungan di dunia maya atau yang saat ini terkenal dengan sebutan cyber bullying. Cyber bullying dapat terjadi karena orang-orang dapat dengan bebas berkomentar di dunia maya tanpa batasan tertentu. Secara tidak sadar komentar atau pendapat yang berikan pun tak disaring lagi apakah itu dapat menyakiti hati seseorang atau tidak.

Selain cyber bullying, sisi gelap yang dapat dilihat dari adanya kebebasan berpendapat ialah hoax yang sering kali bermunculan dimana-mana. Kita sering kali mendapat berita hoax entah dari siaran pesan social media maupun media surat kabar online sekalipun. Hal tersebut juga kerap menimbulkan masalah. Sudah banyak kasus penyebaran hoax yang berujung pidana.

Salah satu influencer di Indonesia, Raditya Dika merupakan cerminan yang bagus dalam hal ini, padahal ia mempunyai latar belakang politik tersendiri, mengembangkan pendidikan sebagai sarjana ilmu politik Universitas Indonesia  dan mempunyai  seorang ayah yang bergelut di salah satu partai besar di Indonesia, sudah cukup membuat radit ini kredibel dalam berpendapat persoalan politik.

Bagi penyebar hoax, dapat diancam Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang-Undang ITE (UU ITE) yang menyatakan "Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik yang Dapat diancam pidana berdasarkan Pasal 45A ayat (1) UU 19/2016, yaitu dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

Masker Menyelamatkanmu

  Oleh : Desi Nurhikmah

Menggunakan masker pada saat ini sangatlah penting yaitu untuk memutuskan rantai penyebaran covid19. Ada dua tipe masker yang umum digunakan, yaitu nasker bedah dan masker N95. Masker bedah bisa dapat dijadikan masker pilihan untuk mevegah penularan virus corona terutama pada anak karena masker ini dilengkapi lapisan antiair yang dapat mencegah percikan air liur. Sedangkan, masker N95 cenderung lebih tebal dan sangat ampuh dalam menyaring partikel udara, termasuk corona.

Di  Indonesia masih banyak sekali masyarakatnya ketika keluar rumah tidak menggunakan masker. Bahkan banyak yang mengadakan acara-acara yang tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti tidak menjaga jarak dan tidak memakai masker dan hal itu tentunya akan menyebabkan bertambahnya jumlah kasus baru Covid-19 ini.

Kegiatan razia maskerpun sudah dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia, sejumlah warga yang kedapatan razia tidak memakai masker tersebut saat ditanya sangat bermacam-macam alasannya tetapi lebih mayoritas beralalasan lupa membawa masker atau tujuan yang ingin dia tuju itu dekat.

Dipasar-pasar pun masih banyak ditemukan pedagang atau pembeli di pasar tidak menggunakan masker padahal pasar adalah tempat dimana orang-orang berkomunikasi dan bertransaksi. Pemerintah sudah mewajibkan para pedagang di pasar untuk memakai masker.

Memakai masker terbukti cara paling ampuh dalam mencegah penularan virus corona, mengenakan masker wajah ditempat umum adalah cara paling efektif untuk mencegah penularan antar manusia. Menggunakan masker bisa menyelamatkan seseorang dan bahkan ribuan orang.

Selain menggunakan masker masyarakat diminta untuk menjaga tubuhnya untuk melawan pandemi Covid-19, dengan cara meningkatkan imunitas tubuh, makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, serta berpikir tenang dan jangan panik.

Banyak Bicara Kosong Isinya

Oleh : Desi Nurhikmah

Kebanyakan orang-orang pada masa  sekarang mereka hanya banyak berbicara tetapi mereka tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan ataupun mereka lakukan. Dan kebanyakan dari orang-orang zaman sekarang mereka hanya mengikuti apa yang sedang trending saat ini saja tanpa mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Biasanya, orang-orang yang banyak bicara tapi pengetahuannya sedikit mereka sering ditanggapi dengan kalimat "sudah berbicara kencang, salah lagi". Mereka selalu menganggap dirinya paling ahli suatu bidang padahal yang sebenarnya terjadi yaitu ia tidak terlalu menguasi bidang itu.

Dalam psikologi yang ditemukan oleh David Dunning dan Justin kruger, orang yang merasa dirinya pintar atau merasa hebat sering disebut dengan "Efek Dunning-Kruger". Efek Dunning-Kruger adalah kondisi di mana seseorang menilai terlalu tinggi pengetahuan dan kemampuannya, meski pada kenyataannya tidak begitu.

Orang yang banyak bicara tetapi kosong isinya memang selalu dapat menarik perhatian orang lain ketika dia berbicara atau menjadi pusat perhatian. Sayangnya, itu hanya sementara karena ketika apa yang dia bicarakan ternyata itu semua hoaxs atau bohong, perlahan dia akan ditinggalkan oleh orang-orang yang memerhatikan dia bicara.

Penyebab dari Efek Dunning-Kruger ini menurut David Dunning dan Justin Kruger, seseorang yang terkena Efek Dunning-Kruger ini disebabkan karena seseorang tersebut memiliki beban ganda. Pada satu sisi orang itu memang tidak ahli dalam suatu bidang tersebut, dan di sisi lain dia tidak mampu mengelola mentalnya untuk mengakui bahwa ia tidak mampu dalam bidang itu.

Dilihat dari orang-orang yang mengikuti aksi kemarin untuk menolak UU Ciptaker. Hampir dari setiap kota di Indonesia melakukan aksi tersebut terutama buruh dan mahasiswa, dan tidak sedikit juga dari mereka yang menyuarakan suara mereka tentang UU Ciptaker tetapi belum tentu sebenarnya ia paham apa itu UU Ciptaker.


Akibat Oknum Yang Tak Bertanggung Jawab Fasilitas Umum Jadi Korban

Oleh : Desi Nurhikmah 

Pada tanggal 08/10/2020 seluruh masyarakat terutama buruh dan mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menyuarakan penolakan RUU Omnibus Law Cipta Kerja usulan pemerintah yang baru saja disahkan DPR.

Unjuk rasa penolakan Omnibus Law sangat dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan perbuatan vandalisme. Di yakini oknum-oknum yang merusak fasilitas umum tersebut bukan oleh mahasiswa melainkan dilakukan oleh kelompok provocator.

Kelompok provocator itu bertujuan untuk membuat masyarakat dan aparat ricuh. Menurut politikus PPP ini, massa yang membawa senjata saat melakukan aksi adalah orang yang tidak mempunyai kepentingan terhadap UU Cipta Kerja,

Demonstrasi besar-besaran ini menyebabkan beberapa fasilitas umum rusak terbakar akibat ulah para pendemo omnibus law di beberapa wilayah Indonesia. Fasilitas yang ikut dirusak contohnya seperti halte, mobil dinas, dan bahkan mobil ambulans yang digunakan untuk kemanusiaan ikut serta dirusak.

Di Jakarta Pusat tingkat kerusakan pun berbeda-beda, mulai dari mencoret-coret rambu-rambu lalu lintas dan papan jalan dicoret-coret piloks dan tanaman pinggir jalan pun rusak terinjak oleh massa. Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengemukakan, kerusakan- kerusakan tersebut segera dibenahi ketika keadaan disekitar Gedung DPR/MPR RI kembali kondusif.

Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta mengatakan, ada sebanyak 46 halte yang rusak berat akibat amukan massa. Kerugian pun mencapai Rp 65 miliar. Halte yang paling rusak berat yaitu di Bunderan HI, Tosari, dan Sawah Besar halte tersebut harus benar-benar dirombak total.

Selanjutnya di Bandung tepatnya di Jalan Asia-Afrika. Tiang untuk penyangga pohon pinggir jalan rusak dan bahkan adsa juga satu tempat sampah pilah hilang dari tempatnya. Water barrier yang sering digunakan untuk pembatas jalan pun turut ditemukan terbakar di jalur sepeda dekat dengan Jalan Asia-Afrika.

" Yang rusak itu taman gasibu, halte bus Taman Surapati, pos polisi, Gasibu, pos satpam Gedung Sate, Taman Flexy, Taman Radio dicoret-coret, pembatas jalan, mobil dinas dan kendaraan lainnya" ujar Polrestabes Bandung, Jumat (9/10/2020).

Melembutkan Hati dengan Sentuhan Tasawuf

Oleh : Alwi Salma

Selayang Pandang Islam
Islam merupakan agama paripurna dalam bidang kesalehan spiritual/ibadah mahdhah dan kesalehan sosial/ibadah ghair mahdhah (al-Islamu ya'lu wala yu'la 'alaihi). Eksistensi Islam selalu relevan dengan kondisi perkembangan zaman dan globalisasi dunia (shalihun fi kulli zaman wa shalihun fi kulli makan).

Imam Al-Ghazali, memberikan ilustrasi tentang ilmu syariah diibaratkan sebagai rumah, dengan bagian-bagian sebagai berikut: al-Asas (pondasi dasar), yaitu ilmu Tauhid, al-Jidar (dinding rumah), yaitu akhlakul karimah, dan ats-Tsaqaf (atap rumah), yaitu ilmu Fiqh. Setiap manusia harus memiliki iman, islam, dan ihsan untuk menjadi insan kamil (menjadi manusia ideal atau sempurna).

Berangkat dari firman Allah SWT, dalam QS. Asy-Syu'ara: 88-89 yang berbunyi:
يَوْمَ لاَيَنفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُونَ إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya: (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Surat Asy-Syu'ara: 88-89).

Para ulama mengelaborasi makna yang terkandung dalam ayat tersebut, bahwa kelak pada hari kiamat, harta kekayaan dan anak yang menjadi identitas kebanggaan duniawi akan menjadi hal yang tidak bermanfaat (bahkan dalam ayat lain sebagai musuh) kecuali orang-orang yang datang kepada Allah SWT dengan hati yang bersih dan lembut (qalbun salim). Antonim dari qalbun salim, yaitu qalbun qasiyyun. Qalbun qasiyyun adalah hati yang keras dan berpenyakit.

Aspek-Aspek Yang Dapat Mempengaruhi Hati
Ada enam aspek yang mempengaruhi kebersihan dan mengotori hati, sebagai berikut:

1. Ilmu
Esensi dari ilmu tersendiri adalah kemanfaatan. Ilmu, dipergunakan untuk memperjuangkan kebenaran serta mengenalkan masyarakat akan Tuhannya ilmu tersebut berpotensi mendapat pahala. Namun, alangkah ruginya apabila ilmu dipergunakan untuk menghina, merendahkan, dan menganggap bodoh orang lain, tentu ilmu tersebut menjadi tameng gelap dalam hatinya.

2. Amal dan Ibadah
Bentuk kepatuhan makhluk  terhadap Allah SWT melalui amal dan ibadah. Tetapi hari ini, kondisi getir menghampiri kita. Da'i-da'i muda, terpapar faham takfiri dengan mudah memvonis kafir orang lain yang sudah muslim sejatinya. Menganggap kelompok dirinya saja yang Islam sungguhan. Kondisi seperti ini, membuat hati berpotensi terhijab atas datangnya cahaya Nur Ilahi. Ditambah, egosentris merasa banyak melakukan ibadah sehingga men-tahqir (merendahkan) orang lain. Tujuan beribadah bukan menjadikan dirinya merasa pintar, tetapi pintar merasakan.

3. Harta kekayaan
Gemerlap duniawi membuat kita lupa akan identitas asli kita sebagai hamba Allah. Padahal, harta duniawi hanyalah titipan, senantiasa diambil oleh sang pemilik. Allah SWT, sudah mengingatkan hati-hati tertipu dengan dunia.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya: Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan (QS. Ali-Imran: 185).

4. Kecantikan dan kegantengan
Memiliki paras/rupa yang menawan tentu menjadi dambaan setiap manusia. Menarik perhatian lawan jenis dan pusat perhatian. Akan tetapi, dengan bersamaan harus dibarengi rasa syukur, bahwa Allah SWT memberikan anugerahnya.
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya: Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan" (QS. Yunus : 58)

5. Status sosial dan keturunan
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, mengemukakan bahwa, ketika menyinggung orang sombong akan status sosial dan keturunan, beliau berkata: "Manusia keluar dari dua kemaluan, yaitu bapak dan ibunya". Allah SWT, memberikan pelajaran kesetaraan (egaliter) dalam QS Al-Hujurat: 13.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu (QS Al-Hujurat: 13).

6. Banyaknya pengikut
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, mengatakan bahwa ada 11 golongan Ulama atau ahlul ilmi yang tertipu akan gemerlap dunia. Merasa tersinggung jikalau tidak dipuji atau disanjung, mengutamakan isi amplop daripada keikhlasan menyampaikan dakwah. Kondisi banyaknya jamaah/pengikut, membuat hati seseorang berpotensi pongah dan takabur. Waliyadzubillah

Kiat-Kiat Menjaga Kebersihan Hati
Para Ulama ushuludd'a mengintrodusir kiat-kiat menjaga hati yang bersih, melalui rumus Empat I.
1. Isti'adzah, artinya mengucapkan ta'awudz apabila terhinggap godaan syetan atau rasa was-was dalam dada. Berdasar pada hadits Rasulullah Saw, dalam kitab Mukhtaral Hadits An-Nabawiyah, bersabda:
مَنِ اسْتَعاذَكُمْ بِا اللهِ فَأَعِيْذُوْهُ (رواه أحمد)
Artinya: barangsiapa yang meminta pertolongan kalian semua kepada Allah SWT, maka bertaawudzlah (meminta pertolongan) kepada Allah (H.R. Ahmad).

2. Istighfar, artinya memohon ampunan kepada Allah SWT, atas kesalahan atau dosa yang telah dilakukan baik secara terang-terangan atau rahasia. Mengucapkan istighfar, dapat menjaga kelembutan hati.
Allah SWT, berfirman:
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. An-Nisaa: 110).
Imam Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili dalam kitab Minahus Saniyah, beliau berwasiat bahwa:
وينبغي كثرة الاستغفار عند أول الليل وآخره وأول النهار وآخره  
Artinya: "Dan mesti memperbanyak istighfar di waktu awal malam dan akhir malam, dan waktu di awal siang serta di akhir siang (sore) (Sayyid Abdul Wahab Asy-Sya'rani, Minahus Saniyah, hal. 14).

3. I'tiraf, artinya pengakuan atas kesalahan yang pernah diperbuat dibarengi taubat nasuha. Redaksi, i'tiraf telah dicontohkan oleh para Nabi dan Ulama. Salah satunya, i'tiraf  Nabi Yunus As. Pada saat berada di dalam perut ikan Nun. Termaktub dalam QS. Al-Anbiya: 87.
فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Artinya: Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim".

4. Istighatsah, artinya memperbanyak dzikir atau aurad kepada Allah SWT. Bentuk istighatsah secara umum terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu istighatsah pendek berupa kalimat Tauhid (لا اله الا الله) dan istighatsah panjang berupa do'a ma'tsurat yang termaktub dalam Al-Quran dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Struktur Hati Manusia
Para Ulama Tasawuf menerangkan bahwa, dalam hati manusia terdapat lima unsur untuk mengawal kebaikan ruhaniah dan kebaikan lahiriah (akhlakul karimah). Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Bashirah (mata hati), berfungsi sebagai pemilih dan pemilah antara kebaikan atau keburukan.
2. Dhomir (moral), berfungsi sebagai penentu antara kebaikan dan keburukan. Apabila, sesuatu hal yang baik maka dikerjakan, sebaliknya apabila hal buruk maka ditinggalkan.
3. Fu'ad (hakim hati). Seseorang melakukan kebaikan berarti justifikasi, orang tersebut adalah orang baik. Sebaliknya, jika dia tahu keburukan, tetapi masih melakukannya berarti dia adalah orang buruk.
4. Sirr (rahasia). Sisi tersembunyi pada hati manusia.
5. Lathifah (dianalogikan software) hati manusia.

Proses Aktualisasi dan Refleksi Mencapai Hati yang Bersih
Dalam tahap pensucian manusia, melalui tiga proses: takhalli, tahalli dan tajalli.
1. Takhalli adalah proses pembersihan hati, melalui tahapan: taubat, wara' (selektif), dan zuhud (asketis).
2. Tahalli adalah proses penghiasan hati. Melalui tahapan: sabar, tawakal, ridha dan syukur.
3. Tajalli, puncak manifestasi mengenal Allah SWT dengan tuma'ninah, sakinah dan ma'rifat.

Buah atau prestasi setelah mendapatkan hati bersih melahirkan perilaku yang terpuji (akhlakul karimah).

Kisah Tentang Penempaan Hawa Nafsu
Suatu hari, Allah SWT menciptakan dua makhluk yaitu akal dan hawa nafsu. Allah SWT bertanya pada akal: "Siapa Aku dan siapa engkau?. Akal menjawab: "Engkau adalah Tuhanku dan saya adalah hamba-Mu". Kemudian, Allah SWT bertanya pada hawa nafsu: "Siapa Aku dan siapa engkau?. Hawa nafsu menjawab: "Saya adalah saya dan Engkau adalah Engkau". Lantas, Allah SWT merendam dalam sebuah telaga dingin dan panas masinng-masing 1000 tahun. Setelah itu, ditanya kembali dengan pertanyaan yang sama dan tetap jawaban yang sama. Kali ini, Allah SWT merendam dalam telaga kelaparan selama 1000 tahun. Hawa nafsu ketika ditanya: "Siapa Aku dan siapa engkau?, maka dia menjawab : "Engkau adalah Tuhanku dan saya adalah hamba-Mu".

Dari kisah di atas, dapat diambil ibrah (pelajaran) bahwa hawa nafsu agar dapat ditundukkan untuk taat kepada Allah SWT, melalui kelaparan. Bulan Ramadhan merupakan bulan tarbiyah al-nafs (pendidikan jiwa), agar senantiasa bertakwa pada Allah SWT dan menghasilkan budi pekerti yang luhur.

Salah satu contoh akhlakul karimah adalah mampu mengontrol egosentris mengedepankan solidaritas khususnya keummatan, membantu masyarakat yang tertimpa dampak virus covid-19, dan utama berbakti pada orangtua.

Kesimpulannya adalah keselamatan jiwa manusia tergantung pada kebersihan atau kekotoran hati. Kebersihan hati, dapat diusahakan melalui tahapan yang sudah dianjurkan Allah SWT, Rasulullah SAW, dan para Ulama. Demi, menghasilkan predikat ketakwaan, ridha dan rahmat Allah SWT.

Referensi:
1. Al-Quran al-Karim.
2. Kitab Minahus Saniyah, karangan Sayyid Abdul Wahhab Asy-Sya'rani.
3. Kitab Mukhtaral Hadits An-Nabawiyah karangan Sayyid Ahmad Al-Hasyimi.
4. Kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali.
5. Catatan berbagai sumber kitab para masayikh.

Alwi Salma
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
No. HP : 089515291971
Alamat Rumah : Kp. Gandamekar RT/RW 02/11, Desa Gandamekar. Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, 44153

Ibadah Bisa Anywher dan Everytime

Oleh: Alwi Salma 

Esensi penciptaan jin dan manusia tiada lain untuk beribadah (QS. Adz-Dzariyat: 56). Ibadah adalah perbuatan seorang mukallaf (yakni orang yang terbebani hukum) menyalahi keinginan hawa nafsunya sebagai pengagungan kepada Tuhannya (Syeikh Al-Jurjani, Al-Ta'rifat, 1/123). Klasifikasi beribadah secara universal menjadi dua bagian. (1) Ibadah mahdhah/keshalehan spiritual (langsung kepada Allah SWT), seperti sholat, puasa, dzikir, haji, dan sebagainya. (2) Ibadah ghairu mahdhah/keshalehan sosial (bersifat tidak langsung, melalui perantara makhluk), seperti zakat, sedekah, tolong-menolong, dan sebagainya.

Saat ini, umat manusia sedang menghadapi tantangan realitas berupa pandemi Covid-19. Mengakibatkan, adanya pergeseran kebudayaan tradisional menuju kebudayaan teknologi (virtual) dan pergeseran tekstualisasi ibadah menuju kontekstualisasi ibadah.

Para ulama, sejak dahulu sudah memberikan solusi/alternatif (Fiqh Iftiradhi/antisipasi) dalam menghadapi kondisi darurat. Setidaknya, ada empat perspektif keterkaitan ibadah.

1. Perspektif Ilmu Fiqh
Kaidah-kaidah hukum Fiqh dalam menghadapi kondisi manusia (حالة الانسان) terbagi menjadi dua bagian: (1) Halah ikhtiyariyah (kondisi normal). (2) Halah istidhariyah (kondisi darurat).

Halah ikhtiyariyah menggunakan hukum azimah artinya hukum dasar atau ideal yang umum dilaksanakan. Halah istidhariyah, menggunakan hukum rukhshah artinya hukum alternatif atau keringanan yang dapat diterapkan pada kondisi-kondisi darurat seperti masa pandemi saat ini.

Sebagai salah satu contoh. Sholat yang ideal adalah dilaksanakan dengan  cara yang benar, khusyuk, berjemaah dan dilakukan dalam skala besar. Akan tetapi, muncul pertanyaan bahwa jika ada seseorang yang merasa tidak khusyuk saat berjamaah, sedangkan sendiri lebih merasa khusyuk. Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama mengemukakan tetap lebih utama sholat berjamaah, karena penilaian sholat berjamaah bersifat kolektif tidak dinilai secara perorangan dan dapat dijadikan syiar keberadaaan Islam tidak hanya sebagai ritual keagamaan saja.

Namun, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa sholat sendiri dengan hadirnya hati (khusyuk) lebih utama daripada sholat berjamaah tetapi tidak khusyuk. Karena, khusyuk merupakan bagian dari rukun sholat. Pendapat beliau, dapat dijadikan pilihan alternatif (rukhshah) dalam kondisi pandemi saat ini

Peribadahan, dapat dilaksanakan dimana saja (fleksibilitas), tidak hanya terbatas pada rumah peribadahan. Rasulullah SAW, bersabda :
جعلت لى الأرض مسجدا وطهورا (رواه مسلم)
Artinya: Telah dijadikan untukku bumi sebagai masjid (tempat sujud) dan suci (HR. Muslim).

Dengan demikian, berdasarkan hadits di atas dapat dijadikan justifikasi serta pedoman dalam beribadah dimana saja. Para ulama Salafusshalih mengintrodusir bahwa adanya keutamaan dalam melaksanakan ibadah sunnah di dalam rumah:
قال بعض السلف: إن فضل صلاة النافلة في البيت كفضل الفريضة في المسجد
 Artinya: berkata sebagian Ulama Salafusshalih : "Sesungguhnya keutamaan Shalat Sunnah (seperti: Tarawih) dilaksanakan di rumah, seperti keutamaan sholat fardhu dilakukan di masjid".

2. Perspektif Ilmu Tasawuf
Dalam perjalanan ruhani (suluk) para Sufi, untuk meraih cinta Allah (waliyullah) tidak terbatas pada tekstual simbol tempat peribadahan. Sebagai justifikasi, (1) Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mendapatkan maqom kewalian setelah melakukan ibadah mujahadah al-nafs selama 25 tahun di padang pasir, dibawah bimbingan Imam Abi Said Al-Mubarok Al-Mahzumi. (2) Sunan Kalijaga, menempa kekuatan rohaninya selama dua tahun di samping sungai Berantas, dibawah bimbingan Sunan Bonang. (3) Al-Imam Al-Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf (Gresik, Jawa Timur) melakukan khalwat di kamar rumahnya selama 15 tahun untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.

Dengan demikian, Islam tidak jumud yang "mengharuskan" penganutnya sesuai dengan legal formal berupa masjid, musholla atau Majelis Ta'lim. Terdapat, alternatif lainnya sebagai tempat untuk bersenang-senang dengan Allah SWT.

3. Perspektif Ilmu Tauhid
Menanggapi wabah covid-19, setidaknya ada tiga sudut pandang (point of view) aliran teologis:

a. Faham Jabbariyah: berfokus hanya sepenuhnya terserah Allah SWT. Meskipun salaman dengan penderita virus, tidak pakai masker, mendatangi dan menciumi korban, bila belum takdirnya juga tidak akan mati. Ringkasnya, jabbariyah memandang menyerahkan kepada Allah tanpa adanya ikhitiar.

b. Faham Muktazilah: berprinsip bahwa apa yang menurut akal tanpa diikuti takdir Allah SWT.

c. Faham Ahlussunnah Wal Jamaah: melakukan ikhtiar secara dhahir dan batin. Berdoa dan saling mendoakan sebagai tawakal kepada Allah SWT. Ringkasnya, Ahlussunnah Wal Jamaah memandang moderat, ikhtiar dan pasrah kepada Allah SWT secara berdampingan.

Faham Ahlussunnah Wal Jamaah ini, diikuti oleh pemerintah Republik Indonesia. Sehingga, menerapkan ikhtiar social dan physichal distancing, himbauan #Dirumahaja, serta istighatsah melalui media virtual. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan pemerintah sesuai kaidah keislaman. Maka menuruti kebijakan pemerintah dapat bernilai ibadah. Allah SWT, berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu (QS. An-Nisa: 59).

4. Perspektif Historis
Secara historis, social distancing pernah terjadi di masa para sahabat Rasulullah SAW. Suatu ketika, Sayyidina Umar bin Khattab sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di suatu wilayah bernama Sargh. Sayyidina Umar bin Khattab mendapat kabar adanya wabah di Syam. Sahabat Abdurrahman bin Auf, kemudian mengatakan kepada Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi, jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu". (H.R. Bukhari)

Kesimpulannya adalah ibadah dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tidak sebatas legal formal pada masjid, musholla dan majelis ta'lim. Senantiasa, dilaksanakan di rumah atau tempat pekerjaan sekalipun. Kerangka pemikiran ibadah, mesti Ihsan. Rasulullah SAW, bersabda:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ (رواه مسلم)
Artinya: "Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan engkau melihat Nya, maka bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu" (H.R Muslim).

Mari tunjukkan loyalitas, kualitas dan kuantitas peribadahan dengan berbagai variatif dimulai sholat tarawih, membaca Al-Quran, dzikir berupa sholawat kepada Rasulullah SAW, dan amal shalih lainnya.

Referensi :
1. Al-Quranul Karim
2. Kitab Mukhtar al-Hadits an-Nabawiyah karya Sayyid Ahmad Al-Hasyimi.
3. Kitab Minahus Saniyah karya Sayyid Abdul Wahab Asy-Sya'rani
4. Kamus Mu'jam At-Ta'rifat karya Al-Allamah Sayyid Ali bin Muhammad Al-Jurjani
5. I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah karya K.H. Siradjudiin Abbas

Alwi Salma
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
No. HP : 089515291971
Alamat Rumah : Kp. Gandamekar RT/RW 02/11, Desa Gandamekar. Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, 44153

Covid-19 dan Rahasia Kasih Sayang Tuhan

Oleh : Alwi Salma

Menyebarnya virus Covid-19 di berbagai belahan dunia, merupakan salah satu metode (manhaj) Tuhan untuk mengingatkan hamba-Nya yang lalai akan tupoksi untuk beribadah.

Akhir-akhir ini, Indonesia dan 168 negara lainnya sedang dihebohkan dengan berita penyebaran virus Covid-19. Dari balita hingga lansia takut terpapar serangan virus tersebut.  

Apa si virus Covid-19? virus Covid-19 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan, yang berdampak pada gangguan sistem pernapasan, pneumonia akut sampai kematian. Gejala-gejala yang dirasakan setelah terkena virus Covid-19, diantaranya mengalami influenza, demam di atas 38 derajat, batuk dan sesak napas. Cara pencegahannya dengan sering mencuci tangan, menggunakan masker dan hand sanitizer, hindari dan kurangi perkumpulan massa (social distancing) dan ikuti seruan #Dirumahaja.

Seruan #Dirumahaja menuai pro kontra di kalangan masyarakat kecil dan menengah bagai buah simalakama. Ketakutan tidak bisa makan, tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan rasa boring semakin lengkap sudah kegelisahan masyarakat. Paradigma masyarakat mengenai konsep rezeki yang sempit turut memberatkan dirinya sendiri. Di sisi lain, kaum rebahan menunjukkan eksistensi dan nilai guna (value added) dalam mendukung menahan penyebaran virus Covid-19.

Disinilah, Tuhan menunjukkan Kebesaran-Nya, Kemurahan-Nya dan Kasih Sayang-Nya bahwa setiap makhluk memiliki rezekinya masing-masing untuk makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, meskipun dengan berdiam diri di tempat tinggal.

Kisah Imam Malik dan Imam Syafii mengenai rezeki bisa menjadi oase di hamparan kegelisahan masyarakat. Dikisahkan Imam Syafi'i mendapatkan rezeki melalui bekerja di ladang kurma dan memperoleh upah tiga gantung kurma atas kerja kerasnya. Sementara, Imam Maliki mendapatkan kurma atas pemberian Imam Syafi'i melalui tawakal kepada Allah SWT.

Dua metode yang berbeda dalam memperoleh rezeki  namun hasil yang sama. Maka, jika hari ini kita tidak bisa bekerja, jangan terlalu risau akan tidak memperoleh rezekimu dan keluargamu. Karena ada, satu jalan lagi, jalan Allah SWT, untuk memenuhi kebutuhan kita.

"Li kulli syain hikmatun" setiap perkara mempunyai hikmah. virus  Covid-19, menyadarkan kita akan pentingnya ibadah (ta'abbud), mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa (taqarrub), berserah diri (tawakal) dan taubat. Rasulullah SAW, bersabda :
"Sesungguhnya Allah SWT menyembunyikan ridha-Nya dalam keta'atan, dan menyembunyikan murka-Nya dalam kemaksiatan, dan menyembunyikan kematian dalam umur". (Al-Hadits)

Ujian tak selamanya akan berlangsung pasti ada ujungnya. Oleh karena itu, mari bangkit dan optimis lalui exercise wabah ini, dengan ikhtiar dzahir dan ruhani sebaik mungkin. Utamakan kemaslahatan bersama untuk kesehatan bersama. "Kebersamaan adalah rahmat sedangkan perpecahan adalah adzab".


Alwi Salma
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung


Perjuangan Bukanlah Pemberontakan

Oleh Alwi Salma 

Perjuangan merupakan aspek esensial dalam mewujudkan cita-cita yang ideal. Terciptanya lapangan pekerjaan baru, kebebasan mengungkapkan pendapat dan keadilan sosial menjadi dambaan rakyat Indonesia. Lantas, perjuangan seperti apa yang harus kita lakukan?.

Pertama, Memahami kondisi dan literasi. Minimnya kecakapan dalam mengambil tindakan yang benar mengakibatkan perjuangan bersifat ugal-ugalan dan destruktif. Kedua, Mengemukakan aspirasi harus sesuai aturan hukum dan etika. Kesalahan fatal, jika perjuangan berdasar tekanan emosi dan euforia massa, mengesampingkan sumbangan positif dengan jalur dialog diplomatis. Ketiga, Menjalin komunikasi intens antara pihak pemerintah dan masyarakat. Komunikasi menjadi penting untuk mencegah kesalahpahaman di kedua belah pihak.

Perlu kita cermati bahwa, paradigma aksi demonstrasi bukanlah menjadi lahan anarkis atau merusak fasilitas umum. Cacian (hate speech) dan hasutan adu domba, bukan (pula) bentuk perjuangan solutif. Melainkan, perjuangan berujung perpecahan antar anak bangsa.  

Pada akhirnya, mari berjuang dengan cara yang santun, elegan, tanpa melanggar konstitusi yang berlaku. Lakukanlah, hal positif sesuai keahlian masing-masing demi terciptanya tatanan masyarakat yang damai dan maju.


Alwi Salma
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Indonesia Butuh Kebebasan Seperti Ini

Oleh : Alwi Salma 

Kebebasan merupakan jalan tengah dari sikap minimalis apriori dan sikap maksimalis nekad. Praktik kebebasan idealnya dikawal oleh norma, aturan dan etika. Landasan normatif, QS. Al-Mujadilah : 11 dan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 A-J dapat menjadi pedoman praktis.

Renungan bersama bahwa, pelaksanaan kebebasan dalam lingkup berpendapat, berorganisasi, maupun beragama seringkali diwarnai adanya politik praktis. Sehingga, nilai kebebasan menjadi rancu, penuh dengan intrik dan kepentingan. Selanjutnya, aktualisasi kebebasan berdasarkan aspek kekerasan menjadi primadona masyarakat. Kemunduran minat baca di angka 37,32, menunjukkan minimnya kualitas menyampaikan aspirasi.

Maka, langkah solutif dalam mengawal kebebasan harus disosialisasikan. Pertama, gerakan gemar membaca untuk mengedukasi masyarakat. Kedua, berikan fasilitas kepada masyarakat dalam menyampaikan keluh kesah yang dialaminya. Ketiga, gunakan politik kebangsaan dalam pergerakkan menyuarakan hak kebebasan.

Demikian, kebebasan yang sesuai konstitusi mengisi ruang demokrasi untuk meraih cita-cita dan harapan bersama menuju Indonesia sejahtera.



Alwi Salma
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
No. HP : 089515291971
Alamat Rumah : Kp. Gandamekar RT/RW 02/11, Desa Gandamekar. Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, 44153

Masih Ada Hak Orang Lain di Jalanan

Oleh: Amira Nadha Shifa

Tak jarang kita jumpai pengendara sepeda motor yang bertindak seenaknya di jalanan. Seperti berkendara di trotoar, dengan alasan agar cepat sampai tujuan ataupun menghindari kemacetan.

Bukan hanya pengendara motor, di sejumlah kota, salah satunya di Semarang, terdapat pengendara mobil parkir di jalur sepeda. Sehingga pesepeda harus keluar jalur sepeda untuk menghindari mobil yang parkir tersebut.

Tentu saja hal tersebut membahayakan pesepeda. Banyak pesepeda yang kesal dengan tindakan pengendara tersebut. Yang seharusnya dipakai untuk jalur bersepeda malah dijadikan tempat parkir oleh orang yang hanya memikirkan kepentingannya.

Padahal, dengan begitu secara tidak sadar ia sudah mengambil hak orang lain di jalanan, merugikan orang lain dan tak menutup kemungkinan juga merugikan diri sendiri.

Mestinya, masing-masing pribadi harus menanamkan kedisiplinan untuk taat terhadap aturan yang ada, menghargai pengguna jalan yang lain, serta bijak dalam bertindak. Sehingga tak ada lagi hak orang lain yang terambil.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Dari Hujatan Jadi Hajatan

Oleh: Amira Nadha Shifa

Di masa kini, internet sudah menjadi bagian dari kehidupan orang di Indonesia. Hampir semua orang punya gadget dan aktif di media sosial.

Terdapat sisi positif dan negatif dari penggunaan media sosial. Tergantung bagaimana masing-masing orang memanfaatkannya. Ada orang  yang memanfaatkan media sosial dengan bijak dan ada juga yang tidak bertanggung jawab ataupun hanya sekedar cari sensasi.

Jika melihat keadaan media sosial sekarang, banyak orang yang menghabiskan waktu dan energinya untuk hal yang tak penting. Ketika ada orang menyebalkan yang cari sensasi, maka netizen langsung menyebarluaskannya dan bersama-sama menyerang dengan berbagai hujatan.

Padahal, dengan menghujat berarti memberikan panggung kepada orang yang cari sensasi. Secara tidak sadar kita semakin membuat dirinya senang, karena semakin terkenal dan diundang dimana-mana. Itu artinya dengan hujatan, dia bisa menghasilkan banyak uang. Tetapi netizen yang menghujatnya malah tambah kesal dan tidak mendapatkan manfaat apa-apa.

Sebaiknya jangan gubris orang yang cari sensasi. Biarkan saja, lama-lama dia akan capek dan berhenti dengan sendirinya. Sebagai netizen, sebaiknya kita lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Manfaatkan media sosial untuk hal yang bermanfaat dan menambah wawasan.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sisi Positif Pandemi

Oleh: Amira Nadha Shifa

Setiap peristiwa pasti memiliki sisi positif dan negatif. Termasuk pandemi yang terjadi sekarang ini. Jika kita lihat, terdapat banyak sisi positif dari pandemi ini. Pandemi bukan penghalang untuk berkarya dan produktif.

Saat pandemi lebih banyak waktu luang dan lebih banyak kegiatan bermanfaat yang bisa diikuti tanpa terbatas oleh jarak. Seperti seminar online (webinar), kelas skill, dan lain sebagainya.

Kita dapat memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan skill atau menambah wawasan, karena tak jarang orang membagikan ilmunya di media sosial, mulai dari pengetahuan terkait kesehatan mental, komunikasi, bahasa, ekonomi, sains dan lain sebagainya.

Kemudian, saat pandemi masyarakat cenderung lebih kreatif, banyak memunculkan ide baru, dan membuat karya yang unik. Banyak anak-anak muda yang menjadikan aplikasi yang tadinya hanya berisi konten joget-joget menjadi konten atau karya yang lebih menarik dan bermanfaat, seperti konten edukasi, dan lain sebagainya.

Ayo tetap semangat dan produktif, tetap berkarya dari rumah walaupun pandemi masih berlangsung.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Pentingnya Memahami Bahasa Dalam Berkomunikasi

Oleh: Amira Nadha Shifa

Dalam berkomunikasi atau bersosialisasi, bahasa kerap digunakan untuk menyampaikan informasi, perintah, ataupun keinginan kepada orang lain. Sehingga orang lain dapat mengetahui informasi dan menjalankan perintah yang disampaikan tersebut.

Namun, saat berkomunikasi seringkali kita mengalami misscommunication (salah pemahaman/ salah tanggapan). Sehingga maksud yang ingin kita sampaikan tidak tersampaikan dengan baik atau menimbulkan pemahaman lain oleh lawan bicara. Terkadang juga dapat menimbulkan konflik.

Penyebab misscommunication bermacam macam, mulai dari si pengirim informasi yang tidak menyusun kata dengan baik (berbelit-belit/ susah dipahami), hingga penerima yang dan kurang kosa kata bahasanya, kurang pemahaman/ pengetahuan terkait informasi yang disampaikan, serta tidak fokus dalam menerima informasi.

Maka dari itu, kita perlu untuk memahami bahasa, dengan menambah kosa kata, memperluas wawasan, dan tetap fokus dalam berkomunikasi, agar tidak terjadi misscommunication.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Hidup Jadi Bersemangat Jika Lingkungan Bersih

Oleh: Amira Nadha Shifa

Saat ini, masih banyak masyarakat yang abai akan kebersihan lingkungan. Salah satu contohnya adalah kebersihan sungai. Dapat kita lihat di Indonesia terdapat beberapa sungai yang sudah tercemar akibat perbuatan manusia.

Salah satu penyebabnya adalah masih banyak warga yang membuang sampah di sungai. Sehingga mengakibatkan sungai yang tadinya bersih menjadi tercemar (kumuh), kemudian mengakibatkan banjir, menimbulkan penyakit, serta ketersediaan air bersih menjadi berkurang.

Pasalnya, warga yang tinggal disekitaran sungai banyak yang wilayahnya masih terlalu jauh dari tempat pembuangan sampah, hingga akhirnya mereka membuang sampah di sungai tersebut.

Dapat kita simpulkan bahwa permasalahannya terdapat pada perbuatan manusia yang minim kesadaran akan kebersihan lingkungan. Padahal kebersihan dan kesehatan itu sangat penting. Atau mungkinkah warga belum memahami dampak dari membuang sampah di sungai?

Ketika terjadi banjir, banyak masyarakat yang menyalahkan ataupun menilai pemerintah tidak becus dalam mengatasi banjir, padahal sendirinya mungkin masih membuang sampah di sungai.

Memang benar bahwa pemerintah harus mengatasi permasalahan yang ada, seperti banjir. Akan tetapi, seharusnya masyarakat juga harus memiliki dan menanamkan kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar hidup menjadi lebih bersemangat.

Jika ingin membuat perubahan, maka mulailah dari diri sendiri. Lakukan apa yang semestinya dilakukan, dimulai dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya. Dan jangan hanya menilai buruk orang lain, tetapi sendirinya tidak melakukan apa yang semestinya dilakukan.

Perlu kita ingat, memahami sesuatu sebelum bertindak sangatlah penting. Dengan begitu kita dapat mengetahui dampak apa yang akan terjadi akibat perbuatan kita. Ayo kita sama-sama tanamkan kesadaran terhadap kebersihan lingkungan untuk menjadikan Indonesia yang lebih maju.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat. Nyatanya?

Oleh: Amira Nadha Shifa

Saat ini Indonesia sedang dilanda berbagai permasalahan. Mulai dari COVID-19 yang tak kunjung usai, hingga muncul permasalahan baru yaitu pengesahan RUU Cipta kerja yang tak sesuai dengan keinginan Rakyat.

Pasalnya, terdapat  beberapa poin dalam RUU Cipta Kerja yang dianggap mengambil hak rakyat kecil dan lebih menguntungkan investor asing. Terlebih lagi dalam keadaan sekarang,  banyak rakyat yang mengalami kesulitan ekonomi, mulai dari pendapatan yang menurun hingga di PHK, akibat wabah COVID-19 yang tak kunjung usai. Lantas kenapa pemerintah makin mempersulit rakyat yang sudah sulit?

Bagi kalangan atas mungkin tidak masalah dengan UU Cipta kerja ini, karena banyak menimbulkan keuntungan, terutama bagi investor asing. Namun, bagi rakyat kecil? Coba pikirkan lagi.

Apakah bijaksana ketika banyak rakyat menolak RUU ini, Namun pemerintah ingin cepat-cepat mengesahkan RUU ini, seakan-akan yang inilah yang paling darurat yang harus diselesaikan.  Apa kabar Coronavirus? Apakah sudah terselesaikan?

Ketika ada wakil rakyat 'yang benar benar wakil rakyat' tidak setuju dan ingin menyampaikan pendapatnya, malah dimatikan mikrofonnya oleh 'yang katanya' wakil rakyat. Apakah itu mencerminkan sikap yang baik untuk dicontoh rakyatnya?

Tentu saja ini menarik perhatian seluruh rakyat Indonesia. Hingga akhirnya mahasiswa melakukan aksinya, buruh pun ikut menuntut haknya dilapangan. Meminta  UU Cipta kerja dicabut. Beribu-ribu manusia ada di satu tempat. Apa mungkin mereka sudah lupa ataukah tidak peduli lagi dengan Covid-19?

Lalu, apakah aspirasi rakyat didengar ataukah diabaikan? Jika benar wakil rakyat, seharusnya mendengarkan apa yang rakyat inginkan. Bukankah begitu?

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Ketegasan Untuk Keselamatan

Oleh: Atrasina Kiyasatina

Sebagaimana kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 telah berlangsung kurang lebih setengah tahun, dan pada saat itu pula telah banyak orang yang kehilangan nyawa akibat virus ini. Akan tetapi masih banyak juga masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan.

Permasalahan ini cukup serius dimana masih banyak nya masyarakat yang abai terhadap peraturan pemerintah untuk mengindahkan protokol kesehatan, masih banyak pula yang menganggap enteng virus ini, padahal telah banyak orang yang terenggut nyawanya akibat lalai mematuhi protokol  kesehatan.

Pemerintah seringkali mengimbau seluruh masyarakat agar selalu mematuhi protokol kesehatan, dan itu bukan hanya untuk sekedar untuk kepentingan pemerintah saja akan tetapi untuk seluruh kepentingan dan kesehatan rakyatnya.

Kepedulian pemerintah pada rakyatnya harus diacungi jempol, terutama jasa para dokter yang telah berjuang di garda terdepan untuk membantu dan melayani pasien-pasien yang terinfeksi. Seharusnya kita sadar ketegasan pemerintah untuk kita itu bukan untuk membuat kita menderita, semua peraturan itu dilakukan guna pandemi ini segera berakhir.

Maka dari itu seharusnya kita dukung upaya pemerintah dalam mengurangi penyebaran virus Covid-19 ini dengan mematuhi peraturan protokol kesehatan yaitu  dengan tetap memakai masker, menjaga jarak dan selalu menjaga kesehatan dengan makan yang cukup dan memperbanyak olahraga.

Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Hak-Hak Yang Terlupakan

Oleh: Atrasina Kiyasatina

Kejadian belakangan ini perihal pernyataan presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai menghina islam masih diperdebatkan oleh seluruh kalangan media dan politik diberbagai negara. Aksi demo dan boikot produk prancis pun telah dilakukan sebagai protes atas pernyataan tersebut. Presiden Joko Widodo juga mengecam sikap presiden Prancis dengan pidatonya yang dianggap telah melukai seluruh umat islam diseluruh dunia dan meminta kebebasan yang melecehkan simbol agama harus di hentikan.

Namun disamping kejadian ini banyak hal yang terlupakan yaitu melupakan orang-orang yang rentan pada saat pandemi, telah kita ketahui bersama banyak sektor-sektor yang mengalami kemunduran akibat pandemi mulai dari sektor pendidikan, ekonomi dan sektor lainnya.

Dunia masih ribut memperdebatkan perihal pertunjukan karikatur Nabi Muhammad, memang hal itu cukup krusial jika diabaikan begitu saja namun kita juga tidak bisa melupakan hal penting yang juga cukup menggemparkan dunia yaitu pandemi Covid-19.

Banyak kelompok-kelompok minoritas yang terlupakan, banyak pula yang masih kekurangan dari segi ekonomi, pendidikan dan lainnya. Di masa pandemi sekarang ini banyak yang terabaikan seperti layanan kesehatan yang juga masih kurang terutama di daerah terpencil.

Sekarang ini mari kita pikir ulang dan kembali peduli terhadap permasalahan yang terjadi pada pandemi,. Jangan sampai hal sepenting ini terlupakan bahkan terabaikan dan tidak urusi, kasus omnibus law pun telah telah menjadi permasalahan yang cukup pelik, maka dari itu mari sama-sama saling mengingatkan dan peduli terhadap hak-hak yang terlupakan.

Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kebebasan Yang Kebablasan

Oleh: Atrasina Kiyasatina

Peristiwa yang baru-baru ini terjadi di negara Prancis akibat adanya pertujunkan gambar karikatur Nabi Muhammad SAW menuai kritik dari sejumlah umat islam di seluruh dunia, imbasnya muncul seruan boikot produk-produk Prancis di sejumlah negara, termasuk Indonesia, Qatar dan Turki.sebagai respon atas kartun Nabi Muhmmad karena dinilai menghina agama islam.

Aksi demo juga dilakukan di sejumlah negara akibat pernyataan Macron yang mengatakan: Prancis tidak akan menyerah pada kartun kami. Ucapan itu terkait kasus Samuel Paty seorang guru yang dipenggal setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad pada siswa di kelasnya sebagai bentuk kebebasan berekespresi.

Hal itu menimbulkan kontroversi karena islam melarang visualisasi para nabi dan rasul. Umat Muslim menganggap kartun Nabi Muhammad tersebut menyinggung dan tidak menghormati Islam. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan menyerukan boikot dalam pidatonya di televisi. Prancis adalah negara Eropa Barat dengan pemeluk Islam terbesar jumlahnya mencapai enam juta orang, sebelum kasus Samuel Paty mencuat Presiden Macron menyebut akan menggalakan upaya pembarantasan 'separatisme Islam' di Prancis.

Sebagai negara sekuler, Prancis memang melindungi hak kebebasan warga termasuk untuk menistakan agama, dengan demikian majalah Charlie Hebdo bisa menerbitkan karikatur menghina tokoh atau simbol-simbol agama tanpa takut dituntut oleh pengadilan, namun bagi umat muslim penggambaran nabi dan rasul dilarang dalam Islam.

Kekerasan dan aksi teror memang tidak bisa dibenarkan tapi presiden Joko Widodo juga mengecam sikap presiden Prancis yang dianggap telah melukai seluruh umat islam diseluruh dunia dan meminta kebebasan yang melecehkan simbol agama harus dihentikan.

Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Covid-19 Memacu Adanya Transformasi Digital

Oleh: Atrasina Kiyasatina

Dampak Pandemi Covid-19 telah memberikan efek yang luar biasa  pada seluruh aspek kehidupan di masyarakat dari segi pendidikan, pekerjaan, perbelanjaan dan hal lainnya sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sektor bisnis di dunia internasional khususnya Indonesia. Banyak kebijakan yang di terapkan oleh pelaku bisnis dan pemerintah, dengan cara mengefisiensi sumber daya, pembatasan waktu kerja, merumahkan karyawan hingga melakukan PHK kepada para pekerja dan memperketat aturan berbisnis dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Akibatnya sebagian besar pelaku usaha mengalami kerugian yang memaksa para pelaku usaha melakukan tranformasi pada bisnisnya, terutama sektor UMKM yang mengalami dampak cukup dalam, dan hal itu diakibatkan karena menurunnya frekuensi belanja masyarakat di tengah pemberlakuan PSBB yang masih melakukan bisnis secara konvesional.

Pandemi Covid-19 memberikan transformasi yang tidak bisa terelakan di sektor bisnis, perubahan yang terjadi mencakup struktur, strategi, operasional, dan budaya ke arah digitalisasi. Dampaknya ada bisnis yang terpuruk dan juga berkembang karena berhasil memanfaatkan peluang khususnya pada bidang jual beli menggunakan market place yang ada, tranportasi dan pengiriman barang, pembayaran digital dan lainnya.

Adaptasi kebiasaan baru atau newnormal memaksa pelaku bisnis melakukan transformasi digital. Hal tersebut kemudian membuat transformasi digital di Indonesia melaju sangat kencang, bahwa akibat dari Covid-19 mempercepat tatanan baru pada ekonomi di Indonesia terutama dalam transformasi digital.

Transformasi digital menjadi suatu keharusan yang baiknya di terapkan pada masa sekarang, karena untuk mempertahankan suatu peroses bisnis transformasi digital yang mengacu pada proses dan strategi menggunakan teknologi digital dapat mengubah cara berbisnis, beroperasi dan melayani pelanggan secara ekonomis dan praktis. Dengan adanya transformasi digital diharapkan agar merubah semua sektor yang terdampak agar kembali aktif dan beroperasi dengan mudah dan praktis.

Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Peran Millenial Di Tengah Pandemi

Oleh: Atrasina Kiyasatina

Kerugian akibat dampak Pandemi Covid-19 telah dirasakan oleh hampir seluruh sektor dalam perekonomian Indonesia, tidak terkecuali sektor Pariwisata dan Ekonomi kreatif. Menurunnya nilai jual market atau pasar diakibatkan oleh pembatasan-pembatasan aktivitas fisik dan PSBB di Indonesia maupun negara lain yang merupakan mitra dagang Indonesia. Namun hal ini penting dilakukan karena dengan pembatasan-pembatasan ini diharapkan dapat mengurangi resiko penyebaran Covid-19, namun juga tidak dapat dipungkiri dengan adanya pembatasan ini perekonomian dan pendidikan mendapatkan dampak yang cukup serius.

Namun tidak semua usaha terdampak, misalnya seperti sektor telekomunikasi, farmasi dan logistik, karena pada saat ini banyak penggunaan fasilitas E-Commers dan internet yang lalu menjadi faktor peningkatan sektor-sektor tersebut, berbanding terbalik dengan pariwisata, karena pariwisata pada esensinya memerlukan interaksi manusia dan apabila dibatasi tentu saja tidak dapat beroperasi.

Pada akhirnya pandemi Covid-19 ini memunculkan istilah Newnormal atau disebut adaptasi kebiasaan baru, tujuan adanya newnormal agar masyarakat bisa kembali produktif, karena salah satu cara agar perekonomian kembali pulih yaitu dengan produktif kembali, namun perlu digaris bawahi dan kita pahami bersama bahwa keselamatan dan kesehatan juga sangat penting oleh karena itu, perekonomian dan kesehatan haruslah seimbang.

Maka dari itu generasi millenial dituntut untuk menjadi penggerak dan contoh bagaimana bisa aktif dan produktif kembali lalu bisa mendorong perekonomian dan pendidikan serta segala sektor di Indonesia kembali pulih dan membaik.

Generasi millenial memiliki peran penting dalam pembangunan Indonesia di masa sekarang dan masa depan. Peran generasi millenial di masa pandemi sekarang bisa dimulai dengan menyambut masa newnormal dengan mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah lalu juga bisa dengan memproduksi dan membeli produk buatan indonesia serta produk UMKM sebagai dukungan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan membantu ekonomi Indonesia, khususnya masyarakat kecil yang tetap bergerak di masa pandemi.

Dengan begitu generasi millenial diharapkan dapat mendukung dan merubah keadaan Indonesia menjadi lebih baik.

Mahasiswa Jurusan KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Cipta Kerja Cipta Sengsara

Oleh: Atrasina Kiyasatina

Rancangan Undang-Undang mengenai cipta kerja yang sekarang menjadi momok permasalahan negara saat ini masih jadi perbincangan hangat dikalangan semua orang. Para rakyat, mahasiswa, buruh berdemo demi menolak RUU yang telah disahkan. Permasalahan ini menjadi topik utama berita nasional sampai internasional. Aksi demo yang telah berlansung selama satu minggu belakangan ini menuai kontroversi antara mahasiswa dan pihak kepolisian, banyak mahasiswa yang pingsan karena terkena gas air mata bahkan sampai orang-orang yang tidak mengikuti aksi demo pun menjadi sasaran terkena nya gas air mata.

Pandemi belum berakhir tetapi permasalahan negara bertambah, hak rakyat tersisih oleh kerakusan para penguasa. Lalu siapa yang patut disalahkan? Keegoisan para manusia lah yang bersalah. Adanya RUU baru ini sangat meresahkan rakyat indonesia terutama para buruh, karena pandemi pun mereka sengsara lalu ditambah dengan adanya RUU baru ini lalu bagaimana mereka menghidupi keluarga mereka?.

Seharusnya cipta kerja ini menjadi tombak kemakmuran yang baru bagi rakyat indonesia tetapi malah menjadi tiang kesengsaraan bagi rakyat indonesia, sungguh ironis sekali para penguasa yang hanya ingin mengambil keuntungan dari kaum rendahan tanpa melihat dan menimbang kondisi.

Wahai para penguasa lihatlah rakyatmu, wakil rakyat yang seharusnya menjadi wakil dari suara rakyat malah mengambil hak yang tidak semestinya, lalu apakah itu adil?. Seharusnya di masa pandemi seperti ini para wakil rakyat bisa membimbing rakyatnya bukan malah mengabaikannya.

Aksi demo yang melibatkan banyak rakyat pun masih diabaikan, lalu apa yang harus rakyat lakukan agar cipta kerja ini tidak menjadi cipta kesengsaraan?.

Wahai para rakyat indonesia mari bersatu menjadikan negara ini, negara yang adil negara yang kaya akan kebijaksanaan dan negara yang maju, karena jika bukan dari rakyat itu sendiri bagaimana negara bisa menjadi lebih baik?. Maka ayo buatlah perubah menjadi indonesia lebih baik.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung 

Kritis dan Nyinyir Itu Beda Tipis

Oleh: Sahrul Adimiharja

Seiring dengan perkembangan zaman, maka teknologi pun berkembang dengan pesat dan cepat. Berdasarkan eksistensinya, ada dua hal yang mesti menjadi pertimbangan dan bijak di dalam menyikapinya yakni sisi negatif dan positif.

Dengan berkembangnya media, semakin banyak orang dari berbagai level pendidikan bisa dengan mudah berkomentar. Dalam hal ini, kita juga mesti bersikap dewasa dan bijak dalam menyikapinya. Jangan mudah terprovokasi terhadap komentar yang bernada cemoohan dan tidak membangun, bisa jadi itulah caranya dia menyampaikan kritikan. Kita perlu menyampaikan bahwa ada UU ITE dalam hal ini, jangan sampai ketikan tangan kita di kolom komentar memasukkan kita ke ranah hukum dan dipenjara.

Sikap kritis pun sering kali tidak terbendung di zaman kemudahan media. Setiap orang dengan mudah berkomentar, memberikan saran, nasihat, kritik bahkan sering kali keluar dari jalur kritik yang membangun. Saat ada postingan atau tautan media yang dilempar ke media sosial, dengan mudah orang tanpa berpikir ke depan dan sering kali tidak mempunyai basic kemampuan berargumen langsung berkomentar tanpa ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini sudah sangat jelas, bahwa nyinyir itu mengkritik tanpa ada sumber dan data, bisa jadi dia berkomentar terhadap sumber berita yang belum tentu kebenarannya atau berita hoax. Namun, ia sebarkan ke media lalu diberi tulisan yang ternyata isinya hanya nyinyiran, zero kritik. Bahkan terkesan mengumbar kebencian tak beralasan.

Untuk bisa membedakan kritikan dan nyinyiran itu membutuhkan kejelian. Dan tentu saja membutuhkan kemauan. Ini yang patut kita semua khawatirkan jika pemerintah dan pemegang tampuk pimpinan enggan mendengar lagi, karena sejatinya nyinyiran sampah itu saat ini lebih mendominasi daripada kritikan yang bisa dipertimbangkan untuk membangun kepemimpinan yang lebih baik.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lindungi Lingkungan Sekitar

Oleh: Arina Marjany

Udara semakin tidak sehat. Polusi terjadi dimana-dimana, hal tersebut sulit dihentikan sebab perlu adanya kesadaran pada setiap individu. Salah satu penyebab polusi udara yaitu asap rokok. Asap rokok ikut sumbang polusi udara. Bagi kaum pria merokok sudah hal yang biasa namun tidak menutup kemungkinan bagi kaum wanita pun merokok telah menjadi suatu kebiasaan. Merokok itu candu, jika telah mencoba akan sulit untuk berhenti.

Tidak ada peraturan yang melarang seseorang untuk jangan merokok melainkan peraturan tersebut untuk menertibkan perokok sekaligus melindungi orang dari asap rokok. Merokok merupakan hak individu, terserah mereka ingin merokok dimana saja dan kapan saja. Namun, perlu digaris bawahi bukan bebas dalam artian melupakan aturan. Sebab aturan ada untuk kenyamanan bersama dan terpenuhinya hak bersama pula.

Perokok mestinya sudah paham betul dimana tempat untuk merokok dan tempat dilarang untuk merokok. Sayangnya kebanyakan dari perokok memilih untuk merokok dimanapun mereka inginkan seperti halnya dilakukan di tempat umum. Apa mereka tidak mengetahui bahwa sebebas-bebasnya merokok namun mereka tetap dibatasi oleh aturan? Tentu saja mereka mengetahui hal tersebut. Jika masih melanggar peraturan, terbukti dirinya telah acuh terhadap hak orang lain.

Bagi perokok sendiri, tentunya mereka mengetahui resiko apa yang akan mereka hadapi. Namun lalai akan asap dari rokok yang dapat membahayakan orang sekitar yang menghirup asap tersebut. Seolah acuh terhadap hak asasi manusia (HAM) yang ingin memperoleh dan menghirup udara bersih dari asap rokok dan hak kesehatan. Bukan hanya hak manusia saja yang terampas, namun bagi bumi pun.

Merokok boleh, tapi mesti memiliki etika dan adab. Perlu adanya kesadaran masing-masing agar terciptanya kenyamanan bersama dan perlunya edukasi kepada masyarakat agar taat peraturan dan mencintai diri sendiri serta mencintai orang sekitar termasuk lingkungan dengan mengurangi asap rokok.

Arina Marjany, Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Taat Lalu Lintas, Kau Selamat

Oleh: Arina Marjany

Semakin hari kendaraan umum maupun pribadi bertambah jumlahnya, kendaraan terus memadati setiap penjuru kota. Macet dimana-dimana, ditambah lagi polusi kendaraan, serta jumlah kecelakaan terus meningkat. Ketertibaan lalu lintas dilanggar, seakan-akan ada pepatah "aturan ada untuk dilanggar". Jalan trotoar yang seharusnya dipakai oleh pejalan kaki, justru digunakan oleh pengguna sepeda motor. Alhasil, orang-orang yang berjalan kaki di trotoar terkena imbas pengguna sepeda motor.

Aturan yang diterapkan dalam lalu lintas sering dianggap sepele, bahkan kebebasan dalam berkendara selalu diterapkan. Anak di bawah umur dengan santainya mengendarai kendaraan, padahal mereka tahu bahwa hal tersebut melanggar aturan. Tidak taat rambu-rambu lalu lintas pun suatu pelanggaran, dan menjadi aturan nomor satu yang wajib dilaksanakan. Surat izin mengemudi, memakai helm merupakan sebuah kewajiban yang patut dilaksanakan.

Kesadaran masyarakat dalam berkendara baik motor, mobil, maupun pejalan kaki tentu saja menjadi prioritas. Apabila kurangnya kesadaran terhadap hal tersebut, akan menjadi salah satu pemicu kecelakaan lalu lintas. Ironis sekali melihat banyak pengendara yang selalu melanggar aturan lalu lintas khususnya melanggar rambu-rambu lalu lintas. Apakah tidak terbesit dipikiran mereka bahwa hal itu bisa merugikan diri sendiri, polisi akan menilang mereka yang melanggar dan paling mengerikan bisa merenggut nyawa dia sendiri dan mencelakai orang lain.

Setiap harinya, berita mengenai kecelakaan lalu lintas selalu ada. Itu membuktikan bahwa masyarakat acuh terhadap aturan.  Dengan begitu, sangat dibutuhkannya edukasi mengenai hal ini. Tentu saja, bukan hanya edukasi namun selalu diterapkan saat berkendara. Sebab jika peraturan dipatuhi sama saja telah mencintai diri sendiri.

Membudayakan taat akan aturan lalu lintas sama sekali tidak rugi bahkan dapat menyelamatkan diri sendiri. Sebelum terlambat, lestarikan selalu patuh akan aturan. Sebab aturan dibuat untuk keselamatan diri sendiri.

Arina Marjany, Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Kepedulian di Tengah Wabah Covid

Oleh: Arina Marjany

Covid-19 masih menjadi berita hangat di Indonesia, jumlah orang yang dinyatakan positif bertambah setiap harinya. Akan tetapi, tidak sedikit pasien positif covid dinyatakan sembuh. Antisipasi masyarakat tentu saja perlu ditingkatkan kembali agar Indonesia lekas terhindar dari wabah ini dan kemudian dapat menjalani hidup normal. Kesehatan perlu diutamakan, begitu pula kepedulian terhadap sesama jangan sampai terlupakan.

Pada masa genting seperti sekarang ini, mengetahui fakta tentang hak yang sebenarnya bukan hanya milik diri sendiri dapat menumbuhkan sifat peduli terhadap satusama lain. Mengetahui fakta ini merupakan suatu keharusan, sebab akan memperoleh suatu sifat yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan berbagi dengan sesama.

Siapapun memiliki kebebasan untuk membeli apa saja yang dibutuhkan, namun kebebasan tersebut bukan bermakna bebas sebebas-bebasnya melainkan ingat terhadap hak yang perlu dibagi. Misalnya membeli kebutuhan pokok seperti beras dan lauk pauk, serta kebutuhan yang saat ini diperlukan seperti masker dan handsanitizer. Kebutuhan tersebut tidak untuk dibeli secara berlebih-lebihan, sebab dapat merampas hak orang lain yang lebih membutuhkan.

Mengumpulkan sesuatu yang semestinya tidak untuk ditimbun dalam waktu yang cukup lama, membuktikan bahwa individu tersebut telah merampas hak orang lain secara tidak sengaja. Padahal apa yang dimiliki bukan milik ia sepenuhnya. Apalagi sesuatu yang ia beli untuk cadangan yang berlebihan tersebut sangat dibutuhkan oleh orang lain, yang mereka sendiri sangat sulit untuk mendapatkannya.

Di tengah wabah covid pula, perekonomian menurun. Seseorang yang seharusnya bekerja, kehilangan pekerjaannya. Mereka yang membutuhkan sesuatu untuk dimakan juga tidak sedikit jumlahnya. Sebagai makhluk sosial yang peduli lingkungan sekitar, berbagi merupakan suatu keharusan. Jika bisa berbagi, mengapa tidak. Sebab rezeki yang diberikan Allah kepada setiap individu terdapat hak orang yang membutuhkan pula.

Arina Marjany, Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lingkungan Tercemar, Siapa Yang Rugi?

Oleh: Arina Marjany

Memasuki bulan Oktober akhir, khususnya kota Bandung terus menerus diguyur hujan. Bagi sebagian orang, hujan sendiri merupakan berkah atau pemberian dari Allah SWT yang patut disyukuri. Namun, bagi sebagian lagi menganggap bahwa adanya hujan merupakan bencana. Mengapa ada yang berpikir turunnya hujan menjadi sebuah bencana? Tidak heran lagi, mereka yang memiliki pemikiran seperti itu beranggapan apabila hujan terus menerus mengguyur akan menyebabkan banjir, longsor, ataupun pohon tumbang yang bisa saja tiba-tiba terjadi.

Banjir identik dengan hujan begitupula sebaliknya. Karena memang demikian. Buktinya masyarakat yang tinggal dekat dengan sungai atau tempat rawan akan banjir, apabila hujan mengguyur terus menerus akan menimbulkan kewaspadaan tersendiri. Terutama ketika aliran air telah melebihi kapasitas saluran air. Dengan begitu, siapa yang bertanggung jawab atas ini? Apakah hujan atau mungkin manusia sendiri?

Melihat banyaknya sampah menumpuk dipinggir sungai, jalan, dan tempat umum lainnya terutama saluran air yang mestinya menjadi tempat untuk air mengalir mirisnya hanya dipenuhi oleh sampah masyarakat. Tidak sadarkah bahwa mungkin manusia sendiri yang menjadi penyebabnya. Masyarakat sendiri yang mengeluh, namun mereka sendiri tidak mencintai lingkungannya. Misalnya dengan membuang sampah sembarangan, membuang limbah ke sungai, dan tidak menggunakan selokan untuk air mengalir namun dijadikan pembuangan sampah.

Jikalau perlu direnungi, bukan hujanlah yang menyebabkan semua ini. Karena hujan tidak akan semena-mena membuat masalah tanpa alasan dan sebab yang jelas. Kita tahu pula bahwa dari jutaan rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada hamba-Nya, hujan merupakan salah satunya. Dengan demikian, sebagai makhluk hidup yang memiliki peran besar terhadap Bumi yang ditinggali, tanamkan hidup disiplin dan mencintai lingkungan. Sebab jika tidak, kita sendiri yang akan mengalami kerugian.

Arina Marjany, Mahasiswa KPI UIN Bandung

Urgensi Membaca dalam Menawarkan Sudut Pandang

Oleh: Arina Marjany

Membaca merupakan kegiatan yang dapat dilakukan kapan dan dimana saja, tidak ada batas ruang dan waktu. Kegiatan membaca pula dapat dijadikan pusat informasi, karena membaca hal yang paling umum untuk mendapatkan informasi. Ketika membaca, bukan hanya proses mengingat yang berkembang, namun juga melibakan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif.

Negara kita sendiri, termasuk pada bagian negara darurat membaca. Minat dan ketertarikan orang-orang khususnya pelajar dan mahasiswa sangat rendah, sebagaimana menurut data World's Most Literate Nations, peringkat literasi kita berada diposisi kedua terbawah dari 61 negara pada 2016. Dengan begitu, kesadaran atas diri pribadi untuk membudayakan membaca sangatlah penting di masyarakat.

Membaca memiliki peran yang sangat besar untuk melahirkan bangsa cerdas, bijaksana, kritis, kreatif, dan lain sebagainya. Di era yang serba canggih seperti tahun sekarang telah memberikan kemudahan untuk membaca di antaranya menggunakan e-book. Apa yang perlu dikeluhkan lagi? Sepertinya tidak ada. Hanya saja yang perlu diubah yaitu pemikiran bahwa membaca merupakan hal yang membosankan.

Berbanggalah orang-orang yang sering membaca, sebab manfaat dari membaca yaitu dapat membuka wawasan, pemikiran semakin global, memiliki lebih dari satu sudut pandang, dapat melihat segala sesuatu tidak hanya dari presepsi kita namun juga presepsi orang lain, menguasai banyak kata, menambah kreatifitas, mempertajam gagasan, mengasah daya ingat, dan tentunya memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Faktanya dengan menjadikan membaca adalah suatu rutinitas banyak orang menggapai impiannya sebab dia telah menggenggam dunia dengan cara membaca. Karena benar adanya, membaca dapat membuka jendela dunia.

Sebagai mahasiswa yang akan menjadi generasi muda bangsa, membaca harus dijadikan kegiatan yang rutin. Namun, jangan menjadikan membaca sebagai kewajiban tapi jadikan membaca sebuah kebutuhan demi kebaikan. Karena jika kita sulit untuk membudayakan kegiatan membaca, akan bagaimana nasib bangsa di masa depan? Tentu saja akan tertinggal.

Arina Marjany, Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Melihat Demokrasi Indonesia


M Ibnu Refqi Fadillah

Demokrasi adala sebuah sistem yang melibatkan rakyat dalam berlangsungnya tata kelola pemerintahan, sebagaimana yang tersohor perihal demokrasi yang pernah di katakana mantan presiden Amerika ke-16 (Abraham Lincolin) yang mengatakan bahwa demokrasi adalah system pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (from people, by people, and for people). Pemerintahan demokrasi ini mencerminkan ide bahwa pemerintahan ada demi warga Negara, bukan demi kepentingan para penguasa.

Demokrasi sendiri mempunyai beragam jenis, diantaranya demokrasi langsung dan demokrasi representative. Demokrasi di Indonesia memakai system demokrasi representative atau system perwakilan, yang dimana rakyat memilih para wakilnya, yang kemudian para wakil itulah yang menciptakan hukum.

Hidup dalam negara yang memakai prinsip demokrasi sudah seharusnya menjunjung tinggi asas-asas dalam kehidupan berdemokrasi yang diantaranya adalah : 1. Terjaminnya hak kebebasan berpendapat 2. Hak atas kesetaraan.3. Hak atas kepemilikan.

Tetapi ini sangat disayangkan jika kita melihat situasi dan kondisi yang terjadi di negeri ini rupanya asas-asas demokrasi itu telah lumayan 'lumpuh' , kata lumpuh yang penulis tuliskan tentunya bukan tak berdalil , ini bisa kita saksikan dimana kondisi yang terjadi di negeri ini hak kebebasan berpendapat yang diwujudkan salah satunya lewat tindakan mengkritik pemerintah kini seakan-akan telah menjadi teror tersendiri bagi pemerintah.

Para pemegang tambuk kekuasan di tanah ibu pertiwi ini rupanya terlalu melebihkan-lebihkan dan juga terbilang cukup baperan dalam menanggapi kritik. Kritik yang ditujukan kepada penguasa jika bisa ditindak dengan lebih 'dingin' tentunya akan berbuntut kebaikan dan perkembangan untuk bangsa ini sendiri.

Namun apalah daya nasi telah terlanjur menjadi bubur kini kritik yang seharusnya dapat menumbuh  perdemokrasian kini sudah seakan-akan menjadi momok menakutkan bagi penguasa panggung perpolitikkan di tanah air . Mungkin ada beberapa, para penguasa rezim ini menganggap dengan adanya kritik-kritik kritis dari elemen masyarakat dapat menghilangkan kewibawaan sebagai seorang pemimpin dan menggoyahkan perpolitikkan yang sedang mereka tumpangi sekarang, yang dimana fallacy semacam ini bisa dipastikan muncul dari sifat antagonis serta ketamakkan penguasa untuk selalu menempati posisi itu . Padahal pada hakikatnya jika kita mengutip teori klasik dari filsuf tersohor yunani kuno ( Aristoteles ) yang konon juga merupakan bapak ilmu politik yang notabene sudah pasti menguasai seluk beluk perpolitikkan dia mengatakan bahwa " politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama " bukan untuk kebaikan segelintir kaum penguasa.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung
© Vokaloka 2023