Pengkolan Menjadi Pusat Dakwah: Masjid Jamie Al-Hasby Bertransformasi Menjadi Pesantren Unggulan

Dakwahpos.com, Bandung - Kiai Abdul Malik mendirikan sebuah masjid yang berlokasi di Kampung Margamulya, Desa Cimekar, Cileunyi, yang sebelumnya dikenal sebagai Pengkolan Desa Cinunuk, Kecamatan Ujungberung. Didirikan sekitar tahun 1930, masjid ini, yang sekarang dikenal sebagai Jamie Al - Hasby Nailul Kirom, Al Hasby sendiri di ambil dari nama ayah beliau yang memiliki akar keturunan dari Mbah Hasan Nuryayi Garut, yang merupakan murid dari Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan.

Versi yang beredar di kalangan keluarga Cileunyi menyebutkan bahwa Kiai Abdul Malik adalah putra KH Hasbi, dan KH Hasbi sendiri adalah putra Kiai Sulaeman. Namun, dalam sebuah tulisan oleh Seuweu Siwi Embah Nuryayi (Ahmad Jubaedi), disebutkan bahwa KH Hasbi adalah putra KH Abdulah Manshur. Menurut tulisan tersebut, silsilahnya berlanjut dengan KH Abdulah sebagai putra KH Muhammad (Cibunut), KH Muhammad sebagai putra KH Hasan Basori, KH Hasan Basori sebagai putra KH Salim, dan KH Salim sebagai putra Mbah Hasan Nuryayi.

Masjid Jamie Al - Hasby Nailul Kirom yang awalnya bernama pesantren "Pengkolan". Masjid /Pesantren ini didirikan pada masa penjajahan Belanda, namun kurang begitu diketahui perkembangan yang sebenarnya. Namun Masjid Jamie Al - Hasby ini di fungsi kan sebagai sebuah pesantren, yang dikenal Pesantren Nailul Kirom atau lebih akrab di sebut dengan pesantren "Pengkolan", pesantren ini didirikan oleh KH. S. Naksabandiyah. Beliau memimpin pesantren tersebut sampai pada penjajahan Jepang.

Sejalan dengan revolusi fisik pesantren dan pendirinya meninggal dunia, maka pesantren pun mengalami kemandekan. Namun demikian, majelis taklim (madrasah) masih tetap berjalan, walaupun kurang begitu maju. Dengan wafatnya tokoh pendiri utama, pesantren tersebut mengalami kemandekan (fatrah) sampai datangnya penerus utama yang merupakan putranya, yaitu KH. Syukro Wardi yang didampingi KH. Ayi Sulaeman Toha sebagai adik kandungnya.

Pada masa tokoh kedua ini berlangsung, fisik atau bangunan pesantren memang belum ada, yang ada hanyalah majelis taklim yang digelar di masjid Al - Hasby termasuk diniyah yang kemudian menjadi Madrasa Ibtidaiyah (MI Naksabandiyah).

Dengan berbagai kegiatan keagamaan, pesantren ini pun mengembangkan Tarekat Naksabandiyah. Melalui kegiatan tersebut dan keagamaan lainnya, serta dukungan masyarakat baik sekitar majlis ta'lim maupun luar majlis ta'lim, maka pesantren ini mengalami kemajuan dan terkenal dengan pesantren "Pengkolan".

Dengan pesatnya kemajuan yang ditandai dengan berbagai kegiatan keagamaan, konon menurut salah satu sumber anggota majlis ta'lim ini pada waktu itu jumlah jama'ahnya mencapai ribuan jama'ah. Akan tetapi seiring dengan tuntutan keadaan, kejayaan ini sedikit demi sedikit mengalami penurunan hal ini disebabkan salah satu diantaranya dengan wafatnya KH. Sukro Wardi. Setelah beliau wafat maka majlis ta'lim dipimpin oleh KH. Ayi Sulaeman Toha, hanya sayangnya beliau tidak tahan lama, oleh karena datangnya tokoh baru yaitu KH. Agus Badrudin yang juga adik kandungnya.

Dengan datangnya KH. Agus Badrudin ini, maka KH. Ayi Sulaeman Toha lebih banyak mengurus mesjid, sedangkan tokoh baru memegang majlis ta'lim sekaligus mendiami rumah wakaf yang semula didiami oleh KH. Sukro Wardi menjadi miliknya atas dasar wasiat sebagai wakaf termasuk area pesantren. Sejak masa itu, KH. Agus Badrudin resmi menjadi pimpinan pesantren sampai sekarang dan KH. Ayi Sulaeman Toha menjadi DKM Mesjid Al-Hasbi yang terletak di sekitar area pesantren, sekarang urusan masjid dipegang oleh putra KH. Ayi Sulaeman Toha karena beliau sudah wafat pada tahun 2001.

Dengan bimbingan moral dari KH. Ayi Sulaeman Toha ini, KH. Agus Badrudin terus memajukan majlis ta'lim tersebut sampai pada tahun 1990, pada Saat itu KH. Agus Badrudin mendirikan suatu bangunan pesantren yang diberi nama pesantren "Nailul Kirom" setelah bangunan pertama berdiri, didirikanlah pemondokan (tempat penginapan Santri) yang diberi nama Az-Zahrah dan pada tahun 1991 didirikan lagi Az-Zahrah II dengan dukungan para santrinya, yang dapat menampung kurang lebih tiga puluh santri.

Bangunan tersebut telah mengalami beberapa kali direnovasi yaitu sekitar tahun 1991 dan 1994, begitupun pada tahun 1995 dengan menikahnya salah satu putrinya KH. Agus Badrudin yaitu I'ah Hasanah kepada Drs. Moh. Kholilullah, maka beliau resmi menjadi pendamping tokoh KH. Agus Badrudin sebagai pengajar di pesantren. 

Namun pada tahun 2001 KH. Kholilullah menjadi pengajar tetap / pengajar inti karena KH. Agus Badrudin terserang penyakit mata ( katarak ) sehingga penglihatan beliau terganggu ketika mengajar, jadi beliau hanya mengajar apa yang ia ingat saja. 

Namun saat tahun 2012 KH. Agus Badrudin wafat, maka kepengurusan DKM Al - Hasby sekaligus Pemimpin dan pengajar Pondok Pesantren Nailul Kirom dipegang oleh KH. Kholilullah hingga saat ini. Kepengurusan ini telah di setujui oleh keluarga besar Bani Sulaeman melalui voting ( pengambilan suara terbanyak ) pada musyawarah saat itu.


Reporter : Rizqi Afrelina, KPI / 3D




Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023