Pengurus Wilayah Al-Washliyah Jawa Barat Hadiri Sarasehan Bersama Dai dan Daiyah Digelar BNPT


Dakwahpos.com, Bandung Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar sarasehan bersama dai dan Daiyah yang dihadiri ratusan orang di Hotel Pullman Jln. Diponegoro Kota Bandung.

Acara pada Rabu 24 Mei 2023 dihadiri pengurus MUI Jabar, MUI kabupaten dan kota, ormas-ormas Islam dan badan otonomnya maupun ikatan dai di Jawa Barat termasuk Pengurus Wilayah Al-Washliyah Jawa Barat.

Acara dihadiri staf khusus Menag Dr. H. Nur Zaman, Ketua Umum MUI Jabar Prof. Dr. H. Rachmat Sjafei, Kepala Kanwil Kemenag Jabar H. Ajam Mustajam, Wakapolda Jabar, dan Kepala BNPT Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si, dan bersama para deputi.

Dalam acara tersebut PW Al-Washliyah jawa Barat diwakili oleh H. Asep Komarudin (Sekretaris PW AW Jawa Barat), Dr. H. Uwes Fatoni, M.Ag. (Wakil Ketua PW AW Jawa Barat), Muchlis Sohari, M.Sos. (Wakil Bendahara PW AW Jawa Barat). Nia Kurniawati, S.S. (PW Muslimat PW AW Jawa Barat), dan Syahri Achyan Tanjung, M.Ag. (Ketua Majelis Pendidikan Al Washliyah Jawa Barat).

Sarasehan diawali dengan pembacaan ayat Al Quran oleh Qari internasional dari Jawa Barat dan doa oleh Ketua Komisi Dakwah MUI Jabar KH. Ramdhani Wahyu.

Menurut Kepala Kesbangpol Jabar, Iip Hidayat, untuk pencegahan aksi terorisme, maka Pemprov Jabar bertindakan aktif dengan membuat Peraturan daerah maupun peraturan gubernur.

"Hal ini menjadi inisiatif dan keinginan kuat dari Pemprov Jabar dalam melakukan pencegahan terorisme yang meresahkan masyarakat," katanya.

Sedangkan Nur Zaman menyatakan, Kemenag memiliki komitmen kuat untuk melakukan pencegahan terorisme karena Indonesia mendapatkan tantangan serius.

"Sebab muncul pelaksanaan agama yang ekstrem atau melebihi batas yang ditentukan oleh ajaran agama itu sendiri," katanya.

Selain itu, munculnya kelompok eksklusif yang merasa paling benar sendiri, sedangkan kelompok lainnya adalah tidak benar.

Fakta lainnya adalah muncul organisasi tertentu yang memiliki pandangan yang tidak sesuai dengan Islam yang pertengahan atau moderat.

"Kemenag sudah membuat aplikasi ustaz kita untuk gerakan pencegahan aksi terorisme apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia percaya dengan tokoh agama," katanya.



MUI Ingatkan Dai Daiyah Tetap Netral

Menghadapi tahun politik, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan para dai dan daiyah agar berhati-hati saat berceramah. Para dai dan daiyah diharapkan tetap netral dan menjaga ceramah agar tidak memecah belah umat.

“Pada tahun politik, para dai ditantang untuk netral, tak kanan dan kiri. Tapi, kalaupun dai jadi jurkam, bisa menyampaikan dengan cara yang baik, tak pecah belah umat,” ujar Ketua Komisi Dakwah MUI KH Ahmad Zubaidi.

Hal itu disampaikan KH Ahmad Zubaidi saat acara “Sarasehan Bersama Dai dan Daiyah Jawa Barat dalam rangka Pencegahan Radikal Terorisme di Indonesia” yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Pullman Hotels and Resorts Kota Bandung, Rabu (24/5/2023).

Menurut Kiai Ahmad, para dai dan daiyah sebaiknya bisa netral serta menjadi penengah ketika ada konflik. Bukan hanya untuk para dai dan daiyah, pesan yang disampaikan juga untuk para pengurus masjid. “Jadi, masjid harus jadi rumah bersama, tak jadi arena politik praktis,” kata dia.

Kiai Ahmad mengatakan, peran dai dan daiyah sangat penting sebagai juru bicara umat. Oleh karena itu, kata dia, MUI sejak 2015 berfokus mengarahkan dai dan daiyah terkait konsep berdakwah.

“MUI sudah membaca ada fenomena masyarakat ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Dua hal ini membahayakan, apalagi kalau dibumbui dakwah-dakwah,” kata Kiai Ahmad.

Menurut Kiai Ahmad, ekstrem kanan menafsirkan teks Alquran secara kontekstual. Memiliki semangat keagamaan, kata dia, tapi salah pemahaman, sehingga menjadi ekstremisme radikal.

“Niat baik, tapi dapat pemahaman yang salah. Niatnya syahid, jadi sangit. Peran dai sangat penting agar orang-orang yang mencari jalan kebenaran bisa benar-benar mendapat jalan yang benar,” ujarnya.

Kiai Ahmad mengatakan, saat ini pun paham liberalisme berkembang. Karena itu, menurut dia, MUI fokus memberikan pembinaan dan pembimbingan kepada para dai dan daiyah.

“Kami buat standardisasi dai MUI, sebagai komplementer, agar dai MUI punya standar pengetahuan agama, pemahaman ilmu keislaman, dan memiliki wawasan kebangsaan. NKRI, Pancasila, final,” kata Kiai Ahmad.

Di tempat yang sama, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Iip Hidajat menyampaikan upaya pemprov untuk mencegah terorisme.

Salah satunya, kata dia, dengan dibuatnya Peraturan Gubernur (Pergub) Jabar Nomor 40 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme. “Pergub ini bentuk komitmen Jabar untuk mencegah terorisme,” ujar Iip.



Kemenag dan MUI kirim Dai Cegah Paham Radikal

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menyatakan Kementerian Agama hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menugaskan total lebih dari 50 ribu dai--daiyah di seluruh Indonesia untuk mencegah paham radikal.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) tidak henti-hentinya menghimpun seluruh komponen bangsa termasuk di dalamnya para Dai dan Daiyah Jawa Barat untuk bekerjasama menguatkan kesiapsiagaan dan ketahanan nasional dari ancaman ideologi kekerasan.

Menurut Kepala BNPT RI, Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si., peran Dai dan Daiyah tidak dapat disepelekan dalam menguatkan kesiapsiagaan dan ketahanan nasional dari ancaman ideologi kekerasan. Mereka justru punya peranan sangat penting dalam pencegahan ideologi kekerasan. 




"Peran Dai sangat sentral, penting dan menjadi kunci dalam program kontra radikalisme dan deradikalisasi dalam upaya pencegahan ideologi kekerasan radikalisme terorisme," katanya.

Rycko menjelaskan para Dai dan Daiyah dapat berperan langsung untuk merubah pemahaman dan mindset masyarakat yang telah terpapar radikalisme termasuk kepada mantan napiter dengan cara memberikan tausyiah sesuai dengan ajaran agama yang damai jauh dari ajaran kebencian.

"Dai dan Daiyah dapat merubah paham budaya kekerasan, meluruskan pemahaman dengan tausyiah kepada masyarakat," ujarnya.

Pentingnya peran Dai dan Daiyah juga terletak pada posisi mereka pada tatanan masyarakat yang lebih dipercaya dan dianggap orang suci dalam mengajarkan kebenaran agama.

"Dai dan Daiyah termasuk para orangtua, kyai, ajengan, ustaz, ustazah mereka dipercaya dan dianggap orang suci. Untuk itu ketika Dai dan Daiyah banyak yang terlibat dalam memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat, masyarakat yang terpapar ini bisa yakin dan mau merubah pemikiran dan sikap mereka," ungkapnya.

Senada dengan Kepala BNPT RI, Staf Khusus Menteri Agama Dr. H. M. Nuruzzaman, S.Ag., mengatakan Kemenag telah banyak melatih Dai dan Daiyah di seluruh Indonesia untuk lebih aktif dalam memberikan pencerahan agama yang menekankan semangat toleransi, menghargai perbedaan dan komitmen kebangsaan dalam rangka melawan ideologi kekerasan yang merongrong kedaulatan bangsa.

"Tantangan cukup serius yang dialami bangsa Indonesia yaitu berkembangnya ajaran agama yang berlebihan bahkan ekstrim dan bertolak belakang dengan esensi agama. Kemudian ada juga klaim kebenaran dengan tafsir agama, dia benar orang lain salah dan juga ada yang merongrong konsesus kebangsaan atas nama agama. Disini peran Dai dan Daiyah untuk aktif memberikan ajaran moderasi beragama dan komitmen kebangsaan," jelasnya.

Sementara itu, mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kepala Badan Kesbangpol Jawa Barat, Dr. H. R. Iip Hidajat, M.Pd., menjelaskan Provinsi Jawa Barat telah secara nyata mendukung upaya pencegahan terorisme dalam rangka membangun kesiapsiagaan dan ketahanan nasional dari gempuran ideologi transnasional berbasis kekerasan.

"Dengan Perpres Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorism (RAN PE) No 7 Tahun 2021, Permendagri No 33 Tahun 2017 dan didukung Pergub Jabar No 4 Tahun 2022 kami di Jawa Barat telah berkomitmen mencegah terorisme," jelasnya.

Pihaknya pun mendukung keterlibatan Dai dan Daiyah Se-Jawa Barat untuk aktif dalam pencegahan paham radikalisme terorisme. Menutup kegiatan ini, Ratusan Dai dan Daiyah di Jawa Barat melakukan Ikrar Kebangsaan untuk terus menyebarkan dakwah Islam dengan semangat moderasi beragama serta menjaga perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kepala BNPT Komjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan puluhan ribu orang dai-daiyah itu bertugas menyebarkan pesan perdamaian di tengah perbedaan serta untuk mencegah kemunculan radikalisme dan terorisme di masyarakat.

"Kementerian Agama sudah menugaskan 50 ribu dai dan daiyah di seluruh Indonesia, sementara dari MUI ada 1.300 (dai-daiyah) yang terstandarisasi menyebarkan ini. Dan mereka khusus menyebarkan, memberikan pemahaman, memberikan penjelasan, mengoreksi permasalahan yang berkaitan dengan radikalisme," kata Rycko usai membuka acara Sarasehan Bersama Dai dan Daiyah Jawa Barat dalam Rangka Pencegahan Radikal Terorisme di Indonesia di Kota Bandung, Rabu (24/5) seperti dikutip dari Antara.

Dia mengatakan BNPT juga mendukung Program Dai Kebangsaan yang digagas Kementerian Agama dan unsur terkait lainnya dengan memberikan beberapa konten materi penangkal radikalisme dan intoleransi.

"Kami ingin memberikan pemahaman dan menyatukan tekad dan luruskan niat serta kita berikrar agar negeri ini tetap aman dan damai. Memperkuat keberagaman dan menatap ke depan semakin aman sejahtera," kata Rycko.

Tren peningkatan intoleransi pelajar di Bandung


Pada kesempatan itu, jenderal bintang tiga itu menyatakan ada tren peningkatan intoleransi di kalangan pelajar SMK di Kota Bandung. Dia mengatakan penelitian untuk mengkaji lebih dalam akan fenomena tersebut saat ini sedang dilakukan BNPT.

Meskipun demikian, Rycko menjelaskan peningkatan penyebaran paham intoleransi di Kota Bandung belum mengarah pada ekstrem. Artinya, kata dia, masih bisa dilakukan pencegahan sejak dini.

"Dan hasil penelitian terhadap anak SMK Kota Bandung menjadi lokus penelitian yang sudah mulai terjadi ada peningkatan tentang intoleran yang pasif, meskipun belum ke arah sana tapi sudah ada," ujar eks Kabaintelkam Polri itu.

Akibat potensi risiko tersebut, Rycko menegaskan BNPT akan terjun langsung dan melakukan pencegahan sejak dini melalui lingkungan pendidikan sehingga para pelajar bisa tetap terjaga pemahaman toleransinya.

"Tentunya hal ini menjadi cambuk dan peringatan untuk kami semua untuk semakin gencar di sekolah SD, SMP dan SMA hingga universitas jangan sampai mereka kena tipu di manipulasi," kata dia.

Rycko melanjutkan, "Bilang belajar agama ternyata belajar kekerasan untuk tujuan politik kekuasaan mau bentuk negara, bentuk ini, bentuk itu lah, jangan sampai mereka di pecah."

Menurut Rycko, Jawa Barat merupakan wilayah dengan penduduk Muslim terbanyak di Indonesia, termasuk generasi mudanya juga terbanyak.

Oleh karena itu, tegasnya, BNPT akan terus melakukan pengawasan dan pencegahan agar anak muda tidak terpapar paham intoleransi.

"Untuk generasi muda Muslim saat ini yang menjadi target jangan sampai dimanipulasi, dibohongin, dikibulin oleh pihak tertentu dengan menggunakan simbol-simbol agama," kata Rycko.


PW Al Washliyah Dukung Pencegahan Radikalisme


Sebagai salah satu Ormas Islam pendukung kemerdekaan Indonesia Al Washliyah sangat mendukung perdamaian dan pencegahan radikalisme. Hal ini disampaikan oleh Dr. Uwes Fatoni, M.Ag, Wakil Ketua PW Al Washliyah Jawa Barat saat acara Sarasehan Da'i dan Daiyah Jawa Barat. Menurutnya Pencegahan radikalisme merupakan tugas bersama agar tercipta kerukunan dan perdamaian di Indonesia khususnya Jawa Barat.



"Al-Washliyah telah berdiri sejak sebelum kemerdekaan Indonesia. Tentu Al-Washliyah berharap suasana damai menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehiduap berbangsa dan bernegara. Pemahaman radikal dan intoleran harus dicegah sejak dini. PW Al-Washliyah melalui berbagai lembaga pendidikannya di Jawa Barat turut mempromosikan suasana damai ini, Kita tidak memberi ruang untuk tumbuh kembang pemahaman radikal," ungkapnya.

Uwes berharap melalui kegiatan sarasehan dai dan daiyah di Jawa Barat ini tercipta kesepahaman antar semua komponen bangsa khususnya para tokoh di Organisasi Islam untuk mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan perdamaian dan mencegah radikalisme dan terorisme.


Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023