Resensi Buku: Ragam Makna Berzikir

 


OLEH: MUHYIDDIN


Setiap insan pasti menginginkan ke -damaian dalam kehidupannya. Salah satu cara agar keseharian seorang Mukmin dapat tenteram adalah banyak-banyak berzikir. Zikrullah berarti menyebut nama Allah dan menghayati posisi diri sebagai hamba-Nya. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’d: 28).

Dalam Alquran, ada banyak ayat yang meng -ajarkan keutamaan berzikir. Ulama kaliber na sio nal, KH Prof Muhammad Quraish Shihab, mem bahas kaidah-kaidah kitab suci mengenai amalan ini. Hal itu disampaikannya dalam sebuah karya berjudul, Wawasan al-Quran tentang Zikir dan Doa.

Penulis buku ini merupakan salah seorang ahli tafsir terkemuka di Indonesia. Cendekiawan tersebut mene -ku ni bidang ’ulum al-Qur’an. Karena itu, karya-karyanya selalu disertai dengan dalil-dalil Alquran. Begitu pula pada uraiannya tentang zikir dalam buku ini.

Pembahasan yang termuat dalam buku setebal 418 halaman ini dibagi ke dalam 10 bab. Bagian pembukanya membahas tentang pengertian zikir dan hal-hal yang perlu direnungkan dalam berz i kir. Menurut Quraish Shihab, zikir dalam penger tian luas adalah kesadaran tentang kehadiran Allah Ta’ala. Di mana dan kapan saja, perasaan diawasi atau dilihat oleh-Nya akan selalu kuat.

Dalam konteks zikir yang diajarkan agama, tentu saja tidak keliru bahwa yang yang harus diingat dan disebut adalah Allah. Dia memiliki nama-nama yang baik, Asmaul Husna. Menurut Quraish Shihab, ada banyak ayat Alquran yang menerangkan perihal objek zikir.

Yang pertama adalah mengingat Allah. Dalam arti, mengingat sifat-sifat, perbuatan, dan kebe saran-Nya. Bukan pada Zat-Nya. Inilah yang paling utama. Intinya, dari dan kepada-Nya semua zikir berpangkal dan bersua. Dalam surah al-Ahzab ayat 41, Allah berfirman, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, berzikir (sebut-sebutlah nama Allah dan renungkanlah kebesaran-Nya) dengan zikir yang banyak.”

Kedua, mengingat hari-hari. Dalam surah Ibra -him ayat lima, Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Musa AS. Arti ayat itu, “Keluarkanlah kaum mu dari kegelapan kepada cahaya terang-bende rang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.”

Quraish Shihab menjelaskan, “hari-hari Allah” dalam ayat tersebut memiliki maksud sebagai hari-hari yang di dalamnya terjadi berbagai peristiwa penting. Dari kejadian itu, tidak hanya yang nikmat atau positif. Yang negatif pun demikian. Menurut dia, itulah sebabnya Allah Ta’ala meningatkan Nabi Muhammad SAW agar senantiasa hatinya berzikir. Yakni dengan cara merenungi dan mengingat ke adaan dan situasi yang pernah beliau dan Mus limin alami.

Ketiga, mengingat kitab Allah atau ayat-ayat-Nya yang tertulis. Mantan menteri agama RI itu mengatakan, secara khusus Allah Ta’ala dalam kitab-Nya mengingatkan kaum Muslimah agar berzikir dengan Alquran dan Sunnah Nabi SAW. Arti ayat yang dimaksud, “Dan berzikirlah (ingat dan renungkanlah) apa yang dibacakan di rumah-rumah kamu dari ayat-ayat Allah dan hikmah. Sesungguhnya adalah Allah Mahalembut lagi Maha Mengetahui” (QS al-Ahzab: 34).

Keempat, mengingat tokoh yang baik atau yang buruk. M Quriash mengatakan, cukup banyak ayat yang menyebut sosok atau tokoh sebagai objek zikir, baik nabi maupun bukan, lelaki maupun perempuan, yang taat maupun yang durhaka.

Dalam surah Maryam, misalnya, berulang-ulang ditemukan adanya ayat mengenai perintah berzikir. Dalam arti, mengingat dan merenung kan tentang Maryam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Ismail, dan lain-lain. Tentu saja, menurut cendekiawan Muslim tersebut, berzikir dan merenungi perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu bentuk zikir yang utama.

Kelima, mengingat diri manusia. Menurut Quraish Shihab, cukup banyak ayat di dalam Alquran yang menyebut manusia sebagai objek zikir. Ayat-ayat yang terkait hal ini merupakan pe rintah dari Allah kepada manusia untuk me reka memikirkan asal kejadiannya serta perja lan an hidupnya. Misalnya, dalam surah Maryam ayat 67.

Melalui buku ini, mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah itu juga memaparkan berbagai medium dan waktu berzikir. Di samping itu, terdapat daftar bacaan zikir dan dampak zik rullah bagi kehidupan. Tidak hanya menghidang kan bahasan tentang zikir, penulis juga memba has tentang seluk beluk doa. Karena, sebenarnya zikir dan doa tidak berpisah atau dipisahkan.

Selain membahas tentang pengertian muna -jat, Quraish Shihab juga mengupas manfaat doa. Menurut dia, manusia senantiasa butuh terhadap doa. Bahkan, ia juga menerangkan cara berdoa dan redaksi doa, serta waktu dan tempat yang baik untuk berdoa.

Yang penulis hidangkan dalam buku ini me -rupakan upaya untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang makna zikir dan doa. Dengan basis keilmuannya, ia mengutip banyak ayat Alquran dan hadis. Di samping itu, penulis juga mengutip pendapat para ulama.

Buku ini diakhiri dengan pembahasan ten tang shalawat. Quraish Shihab menjelaskan, sha lawat untuk Nabi Muhammad SAW diperintah kan langsung oleh Allah SWT. Dan, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak bacaan shalawat. Mereka yang enggan dinilai sebagai orang yang kikir.

Rasulullah SAW terbukti sangat besar ja sanya. Sampai-sampai, tidak ada seorang ma nu sia pun yang mampu membalas jasa itu. Namun, Allah Swt juga tidak menuntut hamba-Nya untuk memberi beliau sesuatu apapun.

Tidak diwajibkan bagi siapapun untuk mem -beri materi kepada Nabi SAW. Bahkan, keluarga beliau pun diharamkan untuk menerima zakat. Menurut Quraish Shihab, umat Islam hanya diminta untuk memohonkan rahmat untuk Nabi SAW dan keluarga beliau.

Intinya, berdoa adalah kebutuhan bagi makhluk. Allah marah terhadap siapa pun yang tidak memohon kepada-Nya.

Dengan demikian, lanjut M Quraish, tidak ada alasan untuk tidak bermohon. Selanjutnya, yang berdoa kepada-Nya akan diberi ganjaran, yang bershalawat sekali menerima 10 curahan rahmat-Nya. Menurut penulis buku ini, jasa yang besar itu hanya perlu dibalas dengan bershalawat untuk beliau kepada Allah Ta’ala.

Ia menuturkan, seseorang yang menolak dimintai materi buat orang lain yang tidak ada jasanya dapat dinilai kikir. Tetapi, lebih kikir lagi bila yang dimintakan untuknya adalah yang pernah berjasa kepada yang dimintai. Kemudian, yang jauh lebih kikir lagi daripada itu, bukanlah materi yang diminta, tetapi sekadar mengharap. Harapan agar yang bersangkutan memintakan pada pihak lain.

Selanjutnya, yang lebih kikir dari yang terakhir ini adalah bila pihak lain yang dimintai itu justru dia yang memerintahkan siapapun agar meminta kepadanya, bahkan marah jika tidak dimintai (dalam hal bershalawat kepada Allah). Apalagi Dia menjanjikan memberi balasan berlipat ganda bagi yang memintakan itu.

Jika demikian halnya, maka sangat wajar jika Nabi Muhammad SAW bersabda, “Yang kikir adalah seseorang yang disebut namaku di sisinya, lalu dia tidak bershalawat untukku.” (HR ar-Tirmidzi melalui Abu Hurairah)

Buku ini dapat menambah wawasan umat Islam, khususnya zikir dan doa. Karya M Quraish Shihab yang satu ini memiliki banyak kelebihan, terutama dalam memperjelas makna zikir dan doa. Di samping itu, buku ini juga disajikan dengan gaya bahasa yang mudah untuk dipahami berbagai kalangan. n ed: hasanul rizqa

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023