Plagiarisme Sudah Seperti Fenomena Gunung Es di Lautan


Oleh : Tri Eka Shofyandi

Menjadi seorang sarjana adalah dambaan bagi civitas akademik di Universitas, alasan dibalik itu lebih kepada alasan klasik dan umum bagi setiap kalangan yang berada di dalamnya, kamudahan menjadi PNS, kemudahan promosi karir pekerjaan, ataupun hal yang sederhana seperti citra sosial yang harus di dapat dibalik gelar itu.

Namun karakter natural manusia adalah ingin bersifat segalanya mudah, segalanya ringan saja, tidak mau ambil pusing, apalagi kalau di sokong dengan modal yang memadai, mendapatkan gelar sudah seperti layaknya memasak mie yang sudah serba instan tinggal makan tanpa memerlukan proses lama untuk siap saji.

Kasus plagiarisme yang menimpa seorang rektor di UNJ adalah seperti sebuah fenomena gunung es di lautan, hanya sebagian kecil yang memang mencolok dan paling tinggi yang muncul ke permukaan, namun yang paling besar sisanya tidak pernah terungkap dan terlihat.

Sudah menjadi budaya rasanya bagi seorang sarjana untuk membuat karya tulisan, dimulai dari yang sederhana seperti membuat tugas makalah di kampus, tugas kelompok untuk presentasi di depan kelas, namun karakter alami manusia selalu tumbuh, ingin mudah dan ingin semuanya simple tidak berpikir lama, dan mengambil jalan pintas yaitu plagiat, baik itu dari artikel-artikel di internet atau disebuah buku yang tidak ditulis sumbernya karena kurangnya pengetahuan tentang etika menulis sebuah karya ilmiah atau memang karena prestise diri agar terlihat lebih pintar dengan mengatasnamakan tulisan orang lain menjadi tulisannya.

Memang menyenangkan kalau dilihat secara pandangan pendek, tapi lihat dampak buruk yang terjadi dari plagiarisme, kedangkalan ilmu akan terjadi, penyebabnya tidak lain adalah malasnya berpikir dan berinovasi, selain dari pada itu jika semakin maraknya plagiarisme kemurnian sumber ilmu tidak akan jelas, siapa penulisnya dan keabsahan suatu karya akan sulit diterima kedepannya karena kemurniannya akan selalu dipertanyakan.

Budaya plagiarisme memang sudah seharusnya di berantas, karena berdampak buruk pada kualitas sarjana-sarjana di NKRI ini, layaknya buih di lautan, banyak dan tak terhitung jumlahnya namun lemah dan tidak berarti apa-apa, lulusan-lulusannya walaupun di Universitas yang ternama sekalipun tetap akan turun kualitas keilmuannya jika masih punya kebiasaan buruk plagiarisme.

Maka dari itu, memberantas plagiarisme harus dimulai dengan langkah sederhana, seperti ketika membuat sebuah makalah jangan sampai plagiat dari tulisan orang lain, dan karya ilmiah apapun, karena kebiasaan plagiat ini sering dilakukan oleh mahasiswa s1 yang sudah menjadi kebiasaan buruk yang berurat dan berakar yang pasti akan selalu terbawa sampai s3 jikalau tidak ada kesadaran dalam diri seseorang.

Mahasiswa KPI, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023