Taat Lalu Lintas, Kau Selamat

Oleh: Arina Marjany

Semakin hari kendaraan umum maupun pribadi bertambah jumlahnya, kendaraan terus memadati setiap penjuru kota. Macet dimana-dimana, ditambah lagi polusi kendaraan, serta jumlah kecelakaan terus meningkat. Ketertibaan lalu lintas dilanggar, seakan-akan ada pepatah "aturan ada untuk dilanggar". Jalan trotoar yang seharusnya dipakai oleh pejalan kaki, justru digunakan oleh pengguna sepeda motor. Alhasil, orang-orang yang berjalan kaki di trotoar terkena imbas pengguna sepeda motor.

Aturan yang diterapkan dalam lalu lintas sering dianggap sepele, bahkan kebebasan dalam berkendara selalu diterapkan. Anak di bawah umur dengan santainya mengendarai kendaraan, padahal mereka tahu bahwa hal tersebut melanggar aturan. Tidak taat rambu-rambu lalu lintas pun suatu pelanggaran, dan menjadi aturan nomor satu yang wajib dilaksanakan. Surat izin mengemudi, memakai helm merupakan sebuah kewajiban yang patut dilaksanakan.

Kesadaran masyarakat dalam berkendara baik motor, mobil, maupun pejalan kaki tentu saja menjadi prioritas. Apabila kurangnya kesadaran terhadap hal tersebut, akan menjadi salah satu pemicu kecelakaan lalu lintas. Ironis sekali melihat banyak pengendara yang selalu melanggar aturan lalu lintas khususnya melanggar rambu-rambu lalu lintas. Apakah tidak terbesit dipikiran mereka bahwa hal itu bisa merugikan diri sendiri, polisi akan menilang mereka yang melanggar dan paling mengerikan bisa merenggut nyawa dia sendiri dan mencelakai orang lain.

Setiap harinya, berita mengenai kecelakaan lalu lintas selalu ada. Itu membuktikan bahwa masyarakat acuh terhadap aturan.  Dengan begitu, sangat dibutuhkannya edukasi mengenai hal ini. Tentu saja, bukan hanya edukasi namun selalu diterapkan saat berkendara. Sebab jika peraturan dipatuhi sama saja telah mencintai diri sendiri.

Membudayakan taat akan aturan lalu lintas sama sekali tidak rugi bahkan dapat menyelamatkan diri sendiri. Sebelum terlambat, lestarikan selalu patuh akan aturan. Sebab aturan dibuat untuk keselamatan diri sendiri.

Arina Marjany, Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023