Pentingnya Komunikasi Berpikir Tuk Kesehatan Mental Anak Bangsa

Oleh: Raqhell Safitri

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dikombinasikan dengan Data Rutin dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertahanan (Pusdatin) menyebutkan bahwa di Indonesia, jumlah populasi gangguan mental secara emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Misalnya tingkat depresi yang diperkirakan terdapat sekitar 15,6 juta penduduk yang terus meningkat dan menjadi penyakit dengan kasus kedua tertinggi setelah penyakit jantung.

Namun, dewasa ini banyak orang yang mengalami depresi dan tidak mengungkapkannya secara gamblang, yang berakhir dengan bunuh diri. Sayangnya, orang-orang disekitarnya tidak peka dalam kondisi tersebut. Sehingga yang terucap dari lawan bicara hanyalah kalimat semangat, atau bahkan ungkapan timbal balik yang menyebutkan bahwa bukan hanya dirinya saja yang paling menderita.

Sedangkan dalam kondisi seseorang yang sedang terpuruk, mereka hanya ingin di dengar meskipun tanpa dibarengi solusi. Maka, penting adanya melakukan analisis sebelum memberikan perhatian kepada orang yang sedang menderita depresi, misalnya menimbang baik buruknya ketika berbicara agar tidak menyakiti perasaan orang tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang di inginkan.

Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa orang dengan keterampilan sosial yang buruk berisiko pada masalah kesehatan mental dan fisik. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dapat membantu kita untuk mendapatkan jalinan pertemanan serta pekerjaan yang baik.

Kita bisa saja mengurangi tingkat depresi tersebut dengan kerjasama oleh berbagai pihak, seperti keluarga, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media, maupun individu lainnya. Pengobatan orang dengan gangguan mental khususnya depresi dapat dilakukan dengan terapi psikiater, pengobatan rawat jalan, ataupun program bantuan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan berkualitas dengan biaya paling rendah bagi mereka yang membutuhkannya.

Tanpa upaya berpikir sebelum berkomunikasi, tentunya akan menjadi akhir yang mengenaskan bagi penderita depresi. Maka dari itu sudah seharusnya kita menggaungkan kalimat positif yang bisa mengurangi beban pikiran bagi penderita dan menebarkan semangat bagi orang-orang di sekitar kita, baik lingkungan nyata maupun dunia maya.

Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023