Koruptor Bukan Orang Biasa-Biasa, Mereka Cerdas!

Oleh : Desti Jakiah

Korupsi bukanlah hal yang asing di telinga kita. Pasalnya, sudah banyak sekali kasus korupsi yang terjadi, khususnya di negeri tercinta ini. Korupsi seakan-akan menjadi hal yang selalu hangat untuk diperbincangkan oleh seluruh kalangan masyarakat.

Contohnya saja seperti kasus Gayus Tambunan. Siapa sih yang tidak kenal dengan Gayus Tambunan? Dia terkenal bukan karena prestasinya yang sangat membanggakan, melainkan karena kecerdasannya mengeruk uang negara. Gayus tambunan adalah seorang mantan PNS di Direktorat Jendral Pajak Kementrian dan satu-satunya koruptor yang bisa berlibur ke Bali bahkan  ke luar negeri dalam proses hukumannya. Namanya semakin populer saat dirilisnya lagu yang berjudul  "Andai Ku Gayus Tambunan" pada 13 Januari 2011.

Korupsi sendiri berasar dari bahasa  latin  corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,menggoyahkan, memutarbalik, dan menyogok. Korupsi biasanya dilakukan oleh para pejabat negara, pegawai PNS dan orang-orang yang terlibat dalam jabatan pemerintahan.

Dalam kasus korupsi  yang sangat merajalela ini, tentu  koruptor bukanlah orang yang bisa-biasa saja. Namun, orang yang cerdas, memiliki keterampilah dan tentu saja orang yang sangat serakah. Jika koruptor tidak cerdas, mereka tidak mungkin bisa mengeruk uang negara dengan sangat rapi dan terampil. Namun, kecerdasannya ini digunakan untuk keburukan yang sangat merugikan dan meresahkan rakyat.

Tidak mungkin korupsi dilakukan hanya untuk kebutuhan semata, karena yang biasa melakukan perbuatan bejad ini adalah orang-orang yang memiliki jabatan bahkan orang-orang yang sangat kaya raya. Tentukah motif yang dilakukannya ini dilandaskan atas keserakahan.

Keserakahannya akan uang dan jabatan membuat mata hati para pelaku korupsi (koruptor) tertutup. Mereka tidak memikirkan bagaimana dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Yang mereka tahu hanyalah bagaimana caranya agar mereka cepat kaya, punya banyak harta, dan tidak sengsara.

Oleh karena itu, seharusnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ditegakkan dan dikuatkan kembali agar bisa memberantas tikus-tikus berdasi yang sangat serakah.

Penulis, KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023