Banyak yang Terdzolimi Karena Keegoisan dan Kerakusan Kepentinganmu Semata

Oleh: Cucu Suarsih

Lihatlah tanah air yang susah payah diperjuangkan oleh para pahlawan yang makin rusak karena ulah manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab! 
Siapa yang patut disalahkan disini? Akankan ada yang bertanggung jawab dengan semua kerakusan dan keegoisan kepentingan semata yang mengorbankan banyak korban ini? 
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) salah satu contohnya. 
Yang tahun ini lokasi terparahnya terjadi di Pekanbaru, Riau, Sumatra dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. 
Fenomena tiap tahun yang sering menghiasi layar kaca berita TV yang tidak pernah absen mengisi daftar bencana di Indonesia.

Mungkin hanya orang-orang yang kurang beruntung dan bernasib malang yang merasakannya. 
Tapi, kita sebagai umat manusia yang memiliki rasa empati yang tinggi pasti akan tergugah dengan sajian berita yang satu ini, bayangkan jika kita berada di kondisi mereka. 
Udara yang terkontaminasi dengan asap kuning yang menebal dan bau asap yang sangat pekat mengganggu pernafasan yang menggambarkan bahwa sangat parahnya kondisi disana. 
Bahkan sudah memasuki kategori berbahaya. 
Akibatnya, banyak orang yang harus bolak-balik ke Rumah Sakit karena penyebab yang sama, yakni terlalu banyak menghirup asap berbahaya dari kebakaran itu sendiri.

Bahkan, tahun ini adalah tahun yang terparah dari kejadian empat tahun silam, tepatnya di tahun 2015. 
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan sejak Januari sampai Agustus tahun ini luas hutan dan lahan yang terbakar mencapai 328.724 hektar. 
Jumlah yang sangat tidak sedikit untuk lahan yang menjadi sebuah inti di muka bumi ini yang semestinya digunakan untuk penghijauan serta sumber udara dan air bagi kemaslahatan dan generasi selanjutnya. 
Seharusnya kita jaga alam ini bersama-sama untuk anak cucu kita nanti agar dapat saling merasakan keasrian bumi dan penghijauan yang didapatkan dari hutan.

Memasuki bulan September memang tidak heran lagi jika cuaca di lokasi tersebut memasuki bulan kemarau. 
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Agung Sugardiman berujar "Tahun ini diperparah dengan adanya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi juga di Australia yang arah anginnya dari Tenggara menuju ke Barat laut, sehingga udara kering dari Malaysia menambah potensi kebakaran hutan dan lahan ini". 
Kapolri Jenderal, Tito Karnavian juga sempat berkomentar tentang peristiwa satu ini di salah satu TV swasta "Ini menunjukkan adanya praktik `Land Clearing` dengan [cara] mudah dan murah yang memanfaatkan musim kemarau"

Tetapi, dibandingkan dengan fakta yang menyebutkan bahwa kebakaran hutan dan lahan disebabkan karena musim kemarau yang panjang, ada fakta yang lebih kuat lagi dan memang selalu menjadi penyebab kebakaran tiap tahunnya yang membuat banyak masyarakat setempat geram akan penyebab yang satu ini. 
Seperti yang di ucapkan oleh salah satu alumni Universitas Riau, Yannedi "Riau ini bukan terbakar, tapi dibakar. 
Sudah jadi rahasia umum perusahaan-perusahaan biadab itu yang kerjanya selalu bakar hutan"

KLHK pun mencatat hingga saat ini sudah 42 perusahaan yang disegel konsesinya untuk diteliti dan diselidiki terkait dugaan kebakaran hutan dan lahan, lima diantaranya milik perusahaan asing milik Singapura dan Malaysia. 
Sudah tidak diragukan lagi ini terjadi karena lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan daerah terhadap para pemilik konsesi dan kurang tegasnya hukum yang ditetapkan, serta tidak adanya pasal-pasal yang mengatur secara gamblang tentang masalah ini. 
Bahkan, sanksi yang diberlakukan saat ini tidak sesuai dengan akibat yang mereka lakukan. 
Ini adalah PR untuk para penegak hukum agar Indonesia dan rakyatnya tidak merasakan kejadian serupa atau minimal dapat diminimalisir.


Cucu Suarsih
Mahasiswi KPI UIN SGD Bandung 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023