Pondok Pesantren Bernafas Modern, Cukup Memberikan Angin Segar

Dakwahpos.com, Bandung- Seperti yang diungkapkan Quraish Shihab dalam kutipan bukunya Ayat-ayat Cinta 2, "Islam Tertutup oleh Umat Islam sendiri". 

Islam adalah agama rahmatan lil'alamin, yang artinya rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta serta makhluk-makhluk yang ada didalamnya.  Jika memahami konsep dasar Islam yang rahmatan lil'alamin, akan mengembalikan eksistensi agama Islam yang telah lama meredup dan mampu bersaing di era modern saat ini. Tetapi keadaan yang memiliki konsep seperti ini tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh umat muslim sendiri. 

Para ulama terdahulu sebagai panutan bagi umat muslim lainnya malah memblokade diri sendiri dan membentuk golongan-golongan atau madzhab-madzhab baru. Sehingga konsep dasar Islam yang rahmatan lil'alamin hilang terlupakan oleh pemahaman yang lebih menjurus kepada ilmu figh, hadist, dan tassawuf.

Gerakan seperti ini dinamakan gerakan sebelah kanan yang lebih mementingkan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia, yaitu kelompok religius. Kelompok ini cenderung lebih bersikap apatis terhadap perubahan, karena mereka berpegang terhadap pemikiran ulama terdahulu dan tidak mau menerima pemikiran  yang ada dizaman modern ini. 

Kejumudan (beku, statis dan tidak ada perubahan) umat Islam inilah yang melatarbelakangi mundurnya agama Islam, seperti sikap apatis tidak mau mempelajari bidang ilmu yang ada seperti Sains dan tekonlogi sebagai produk Barat yang mereka anggap umat Islam tidak perlu mempelajarinya cukup mengetahuinya saja.

Doktrin-doktrin yang salah inilah yang membuat umat Islam terbelakang. Terkadang penulis melihat keadaan sekitar kampus Universitas Islam Negeri (UIN) terutama, pemuda-pemudi yang lulusan dari pesantren dan kemudian melanjutkan kuliah di universitas Islam, mereka cenderung lebih menguasai ilmu dasar keagamaan seperti mata kuliah Ilmu Hadist, Hadist, Ulumul Qur'an, Tafsir, Metodologi Dakwah dan bahasa Arab tetapi ketika berhadapan dengan selain mata kuliah keagamaan mereka sangat kurang.

Disinilah penulis melihat kehadiran pondok-pondok pesantren sebagai tempat pembelajaran agama, para santri tidak sama sekali mempelajari lebih dalam ilmu Sains dan teknologi walaupun pelajaran tersebut ada sebagai pelengkap kurikulum. Pengenyampingan ilmu Sains dan teknologi inilah yang membuat umat Islam dalam keterbelakangan.

Sekolah formal yang ada di lingkungan pondok pesantren hanya memasukan ilmu Sains (Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika) sebagai tuntutan kurikulum belaka. Sehingga hal ini berakibat pada pembelajaran Sains hanya formalitas dan tidak terlalu penting bagi para santri. Anggapan ilmu dunia kurang memberi jaminan di kehidupan akhirat memang telah melekat pada pikiran para santri dan berkembang pada sikap apatis terhadap ilmu Sains dan teknologi. 

Perkembangan Sains dan teknologi begitu pesat sehingga menuntut semua kalangan pelajar pondok pesantren ataupun sekolah-sekolah biasa untuk bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita mengikuti arus zaman dengan mempelajari bidang illmu lainnya kita tidak akan terbelenggu pada pembelajaran yang bersifat konvensional belaka.

Para santri dan siswa pada umumnya mau tidak mau harus selalu siap menghadapi perkembangan Sains dan teknologi yang sangat pesat saat ini. Jika para santri belum bisa menguasai ilmu Sains dengan baik, maka santri akan terkukung pada ilmu agama saja. Sehingga kehidupan keilmuan mereka akan timpang tak berimbang dan cenderung mengabaikan kehidupan dunianya. 

Jika sikap apatis terhadap ilmu Sains dan teknologi tetap berlanjut, maka yang terjadi peradaban umat Islam akan terlindas "Globalisasi" yang digembor-gemborkan oleh orang-orang Barat. Jadi, dengan hadirnya pondok pesantren yang bernafaskan modern saat ini merupakan sebuah solusi sebagai jawaban keterbelakangan umat muslim. Dengan tetap mengedapan ilmu agama dan ilmu Sains, umat Islam berada ditengah-tengah sebagai subjek yang tidak terlalu condong pada salah satu sisi.

Pondok pesantren modern adalah suatu madrasah yang didalamnya tetap mengedepankan ilmu-ilmu agama sebagai pembentukan kepribadian para siswanya tetapi tidak lupa terhadap ilmu dunia sebagai pelengkap untuk menjalankan hidup. Di pondok pesantren modern ini mencetak santri-santri yang siap guna terhadap masalah dunia dan akhirat.

Dengan pembelajaran ilmu yang lengkap dan tidak condong kemana pun tetapi sebagai penengah diantara keduanya (ilmu akhirat dan ilmudunia), kehadiran pondok pesantren modern diharapkan dapat menyongsong peradaban dan kemajuan Islam yang tengah meredup saat ini. 

Hal ini memang membuktikan bahwa metode pembelajaran pondok pesantren modern, memang merupakan moderasi Islam untuk peradaban dan kemanusiaan.

Dengan melihat pembahasan diatas maka Moderasi Islam memang dibutuhkan agar kita sebagai umat muslim tidak terlalu condong pada kehidupan akhirat dan tidak pula terlalu ekstrem pada kehidupan dunia, hal mana mengantar manusia untuk berlaku adil. Moderasi menuntut umat muslim berada ditengah-tengah sebagai bentuk metode dan jalan agar agama Islam terbuka atas segala perubahan dari perkembangan global. Dengan adanya suatu jalan ini, umat muslim tetap harus mempelajari ilmu agama (bahasa Arab, Hadist, Figh, danTassawuf) serta ilmu duniawi (Poltik, Ekonomi dan Sains) sebagai bentuk ilmu pengetahuan untuk para pelajar kedepannya agar dapat menyongsong keeksistensian peradaban Islam selamanya.


Reporter : Ando Adhi Putra, KPI 3A  

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beri komentar secara sopan

© Vokaloka 2023